NovelToon NovelToon
Wanita Pelangkah

Wanita Pelangkah

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Murid Genius / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Kuswara

Apa yang akan terjadi pada Jamilah setelah tiga kali dilangkahi oleh ketiga adiknya?.

Apa Jamilah akan memiliki jodohnya sendiri setelah kata orang kalau dilangkahi akan susah untuk menikah atau mendapatkan jodoh?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 Wanita Pelangkah

Jamilah menemani Alexander sarapan setelah menyiapkan baju untuk Emir.

"Jangan lupa untuk meminta maaf pada Pak kepala sekolah." Jamilah mengingatkan.

"Iya Bu, aku enggak lupa." Balas Alexander memasukkan botol minum.

"Hari ini biar Daddy yang mengantar mu!." Alexander dan Jamilah menatap pada Daddy Emir yang baru menuruni anak tangga.

"Sekalian kau temui kepala sekolahnya." Pak Utomo cukup memaksa Emir untuk menemui Pak Ginanjar.

"Iya." Jawab Emir singkat.

Jamilah meletakkan kopi panas dan roti panggang dihadapan Emir.

"Terima kasih." Emir segera memakan roti panggang yang terasa enak jika Jamilah yang membuatnya.

"Sama-sama." Jamilah tersenyum pada Alexander yang bergelayut manja padanya.

Jamilah mengantarkan Alexander dan Emir sampai mereka masuk kedalam mobil. Lalu Jamilah masuk kembali ke dalam rumah setelah mobil Emir tidak terlihat lagi.

"Kapan Nak Jamilah mulai mengajar lagi?." Tanya Pak Utomo saat mereka sedang berada diruang tengah, ada Bibi Isti juga.

"Insya Alloh besok Pak." Jawab Jamilah singkat.

"Kalau Nak Jamilah berkenan, Bibi Isti ingin menceritakan pernikahan terdahulu Emir dengan Mommy Alexander dan Joy." Ucap Pak Utomo hati-hati. Pak Utomo tidak memiliki maksud apa-apa untuk pernikahan Emir dan Jamilah. Pak Utomo hanya ingin membantu Jamilah jika nanti harus bertemu dengan Isyana Mommy dari Alexander dan Joy. Jamilah mengangguk mempersilakan, dengan alasan siapa tahu ia akan mendapatkan sesuatu dari cerita Ayah mertuanya. Pikir Jamilah.

Bibi Isti saksi hidup dari rumah tangga yang dijalani Emir dan Isyana selama hampir lima tahun.

"Perjalanan awal rumah tangga mereka begitu harmonis, seperti kebanyakan pasangan lain. Mereka menikah juga karena mereka saling mencintai dan menyayangi, bukan hasil perjodohan. Lahirlah Alexander sebagai pelengkap kebahagian Emir dan Isyana. Hari-hari mereka jalani penuh dengan kebahagian dan tawa gembira. Tapi perubahan Isyana mulai terjadi saat usia Alexander memasuki usia dua tahun. Banyak hal yang berusaha dalam diri Isyana maupun sifatnya. Sampai Emir dibuat pusing karena perubahan Isyana yang sangat tiba-tiba itu. Sebab sebelumnya Isyana tidak menunjukan apa pun. Hampir semua teman pria Isyana, Emir pun sangat mengenalnya. Jadi Emir tidak berpikir kalau perubahan Isyana itu karena pria lain. Hingga pada satu malam, saat Emir seperti biasa pulang dari kantor, tiba-tiba saja Isyana mengamuk sampai diluar kendali. Pertengkaran hebat pun tidak bisa dihindarkan lagi, sampai Isyana lebih memilih pergi dari rumah mereka, meninggalkan Alexander."

Bibi Isti melihat Pak Utomo seperti sedang meminta izin untuk melanjutkan ceritanya atau menyudahi saat melihat Jamilah seperti tidak merespon. Atau memang itu sebagai bentuk perhatiannya pada cerita Bibi Isti.

Kakek Utomo menggeleng pada Bibi Isti, untuk memberikan waktu pada Jamilah yang seperti berada dalam lamunannya.

"Nak Jamilah..." Panggil Pak Utomo lirih.

"Ah iya Pak, mohon maaf saya jadi melamun. Tapi tenang saja bukan tentang apa-apa, hanya saja saya juga jadi ikut penasaran kenapa Isyana bisa berubah secepat itu. Lalu kalau Isyana pergi, bagaimana dengan Joy bisa lahir?." Tanya Jamilah menatap Pak Utomo dan Bibi Isti.

"Setelah beberapa bulan, Isyana pulang lagi ke rumah dalam keadaan badan yang sudah hamil besar. Dan Emir pun tidak meragukan sedikit pun jika anak yang dikandung Isyana adalah anaknya, darah dagingnya. Tapi itu juga tidak bertahan lama, setelah dua bulan Joy lahir. Isyana pergi dan tidak pernah kembali lagi. Saat Joy berumur enam bulan, Emir dan Isyana sudah benar-benar berpisah dengan datangnya surat pisah mereka dari pengadilan."

Bibi Isti menyeka sudut matanya, setiap kali mengingat kejadian menyakitkan itu hatinya ikut sedih dan teriris oleh penderitaan Alexander yang paling nyata dilihatnya. Sebab Alexander besar bersama dirinya. Sedangkan Joy langsung berpindah tangan pada Tiffani setelah Emir resmi memacarinya.

"Saya ikut prihatin dengan rumah tangga Pak Emir sebelumnya. Anak yang paling terluka untuk setiap perpisahan kedua orang tuanya. Sebab ia tidak tahu apa yang yang harus dilakukannya. Kadang kita sebagai pelakunya saja seperti hilang arah dalam sekejap, apalagi ini seorang anak yang tidak mengerti apa-apa." Jamilah memegang dadanya yang terasa sakit. Sebegitu sakitnya, Alexander saat itu.

"Maka dari itu Nak Jamilah, saya mohon buatlah mereka kembali tertawa dan bahagia. Karena saya yakin, Nak Jamilah akan sanggup melakukannya. Sembuhkan luka hati mereka dengan cinta dan kebaikan yang Nak Jamilah miliki. Saya mohon." Pak Utomo melipatkan kedua tangan dan meletakkannya di dada. Begitu besar permohonan beserta pengharapan Pak Utomo pada menantunya itu.

Jamilah cepat menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Jangan seperti ini Pak, saya rasa mereka saat ini sudah bahagia dengan cara mereka sendiri. Ya walau pun sesekali mereka terlibat pertengkaran hebat, tapi itu untuk mengungkapkan rasa peduli dan khawatir mereka. Karena mereka tidak bisa menyampaikannya dengan cara yang lebih baik. Mungkin saya hanya perlu mempermanis sikap mereka saja." Senyum Jamilah mampu menenangkan Pak Utomo dan Bibi Isti.

.

.

.

Daddy Emir menjadi saksi permohonan maaf Alexander yang tertuju pada Bapak kepala sekolah. Bertepatan dengan kedatangan wali murid yang kemarin cukup mengalami luka parah akibat Alexander.

"Saya tidak terima Pak kepala sekolah, saya mau anak nakal itu dikeluarkan dari sekolah kita." Ucapnya dengan lantang, masuk tanpa permisi dan langsung duduk menghadap Pak Ginanjar.

"Saya kemarin sudah ke Dokter yang ada di kota Pak kepala sekolah, untuk menjahit bibir anak saya yang sobek. Tahu sendiri kan Pak, perjalanan dari sini sampai kota cukup memakan waktu. Terlebih biaya yang tidak sedikit untuk berobat. Sekarang saya mau anak bandel itu dikeluarkan dari sekolah ini. Takutnya nanti anak berandal itu membuat ulah lagi. Ini pasti kedua orang tuanya kurang tegas dalam mendidik anaknya, hingga anaknya berani bermain kasar." Berbagai macam sebutan yang disematkan pada Alexander oleh orang tua dari murid yang bernama Wahid, murid kelas 6.

Pak Ginanjar hendak memberitahu orang tua Wahid, jika mereka yang sedang dibicarakan ada dibelakangnya. Tapi Emir melarangnya dengan mengangkat tangannya. Pak Ginanjar pun tidak bisa berbuat apa, sebab masih banyak ocehan dari orang tua Wahid mengenai kenakalan Alexander.

Setelah beberapa menit berlalu, baru orang tua Wahid tahu kalau orang yang dibicarakan dari beberapa menit lalu ada di ruangan itu bersamanya. Saat Ibu Zahra meminta Alexander untuk masuk kedalam kelas setalah hampir satu jam tertinggal satu mata pelajaran.

Nyali yang sejak tadi berkobar kini ciut sudah mendapati Alexander dan Daddy nya ada berada dekat dengan dirinya. Orang tua Wahid tahu kalau Alexander anak sambung dari Jamilah. Tahu kalau mertua Jamilah orang terpandang dari kampung sebelah, yang sudah tidak diragukan lagi kekayaan yang sangat melimpah dimana-mana.

"Saya permisi dulu Pak kepala sekolah." Pamit Emir berdiri dan menghampiri Pak Ginanjar.

"Tolong berikan uang ini sebagai ganti berobat anaknya." Emir menyerahkan uang tambahan pada Pak Ginanjar untuk diberikan pada orang tuanya Wahid.

"Baik Pak Emir, terima kasih." Jawab Pak Ginanjar.

Maksud dan tujuan Emir datang ke sekolah selain menemani Alexander. Emir juga ingin menyerahkan bantuan untuk memperbaiki keadaan toilet yang menutur Alexander sudah tidak layak dipakai.

Setelah Emir pergi, Pak Ginanjar memberikan sejumlah uang yang tadi dititipkan oleh Emir pada orang tua Wahid.

"Pak Emir menitipkan uang ini sebagai ganti uang berobat."

"Ini tidak perlu Pak kepala sekolah." Balas orang tua Wahid malu.

"Terima saja, tidak apa-apa." Pak Ginanjar memaksanya.

"Terima kasih Pak."

"Sampaikan langsung pada Pak Emir." Ucap Pak Ginanjar sambil tersenyum.

"Saya tetap akan menindaklanjuti kejadian kemarin. Siapa pun nantinya yang bersalah, saya akan memberikan skors pada siswa yang sudah membuat ulah." Ucap Pak Ginanjar mewakili banyak pertanyaan yang dari tadi ditanyakan oleh orang tua Wahid.

"Iya Pak kepala sekolah." Jawabnya.

.

.

.

Kini Jamilah kembali mencerna apa yang sudah dikatakan oleh Bibi Isti. Tidak ada petunjuk apa pun yang bisa ditemukannya. Hanya Emir lah yang tahu persis kejadiannya. Bagaimana bisa juga mereka berpisah secara resmi kalau mereka tidak pernah bertemu. Pasti ada yang disembunyikan Emir dari Alexander. Tapi kenapa?.

"Kamu memang sudah sangat menderita dari dulu. Kalau aku bisa memberimu sedikit kebahagian maka akan aku lakukan." Gumam Jamilah.

Jamilah menyiapkan beberapa buku paket yang besok akan dibawanya.

Drt Drt Drt

"Assalamu'alaikum Mak..."

"Wa'alaikumsalam Milah..."

"Sehat Mak?"

"Iya Milah, Alhamdulillah sehat."

"Milah sama Pak Emir juga sehat Mak."

"Bapak, Julia dan Jaka, sehat Mak?."

"Iya mereka sehat-sehat Milah."

"Besok Milah udah ngajar?."

"Insya Alloh Mak, besok Milah ngajar."

"Ada apa Mak?."

"Besok Bapak mau ke sekolah nganterin makanan kesukaan kamu. Pepes ikan peda, pepes tahu sama ikan teri."

"Alhamdulilah Mak, terima kasih. Besok Milah tunggu di sekolah ya Mak."

"Iya Milah. Ya udah ya, salam buat Emir."

"Iya Mak, nanti Milah sampaikan pada Emir."

"Assalamu'alaikum Milah..."

"Wa'alaikumsalam Mak..."

Tut Tut Tut

.

.

.

Jamilah sudah berada di bawah guna menyambut kepulangan Emir dan Alexander. Beberapa makanan dan minuman sudah terhidang di atas meja.

"Wangi sekali makanannya." Puji Pak Utomo yang baru turun lalu duduk di meja makan.

"Bapak mau nyobain?. Milah ambilkan Pak." Jamilah mengambil beberapa makanan dan meletakkannya di atas piring lalu diletakkan di depan Pak Utomo.

"Terima kasih Nak Jamilah." Pak Utomo mengambil sendok.

"Sama-sama Pak, mudah-mudahan suka." Ucap Jamilah malu-mulu.

Pak Utomo mengacungkan dua jempolnya kearah Jamilah, sebagai apresiasi dari makanan yang sudah Jamilah buat dan memiliki rasa yang enak.

"Mereka baru pulang." Ucap Pak Utomo saat suara mesin mobil Emir mati di depan rumah.

"Iya Pak, saya permisi, ke depan dulu." Pamit Jamilah.

"Iya Nak Jamilah." Balas Pak Utomo dengan menyematkan sebuah senyuman.

Jamilah segera berjalan keluar untuk menyambut keuangan Emir dan Alexander.

"Ibu...." Panggil Alexander berlari kearah Jamilah yang sudah berdiri di teras rumah.

"Assalamu'alaikum..." Alexander nyengir sambil menyalami tangan Jamilah.

"Wa'alaikumsalam..." Jawab Emir menghampiri keduanya. Lalu tangannya terulur pada Jamilah.

"Alhamdulillah..." Jamilah menyalami tangan Emir dengan takzim.

1
Farida Husein
semangat author
Nazwan Faiq
kok sedihh ya😭😭
kirei ardilla
aku pernah di posis Jamilah di langkah smp 2x, tapi yg pertama kali ibu aku ksih alasan ke org2 klw aku lgi nunggu pacarnya yg sedang kerja diluar kota. padahal kenyataannya ga seprti itu, aku memang lagi g punya hubungan sm siapapun dan aku lagi enjoy dengan kehidupan sendiri ku dan membahagiakan kedua ortu terutama ibu, karena jika sudah nikah pasti fokusnya bukan ke ortu lagi tapi ke pasangan kita. klw dilangkahi ke 2x nya udah g ada ibu(meninggal) jadi ga ada yg belain sprti itu lagi, hanya saja kakak2 sepupu aku pada nangis semua karena aku dilanfkah lagi. mungkin juga pola pikir aku hampir sm sprti Jamilah jadi biasa aja. jika ditanya org kapan nyusul Ade2 nya nikah? aku cukup bilang nanti akan ada undangan datang tanpa tau siapa pacar aku. terkadang mereka itu g mikir apa, jika punya anak perempuan digituan enak g? ga takut apa kalw kata2 itu balik ke mereka. emosi kadang2 klw dengar org gomong gitu.
Yashlaura
ukuran anak kelas 5 sd terlalu itu anak
zhoedjie liem
huh..bener* rubah si Tiffani...akhirnya ketahuan jg siapa bapak si bayi
Roha yati
Buruk
Roha yati
Luar biasa
Yashlaura
gimana 3 minggu usianya. sedangkan emir nyebutin jamila udah jadi istri beberapa bulan dan artinya emir d indo udah beberapa bulan
Kiki
Luar biasa
Anonymous
n
Rahmawati
bagus bgt
Ryan Jacob
semangat Thor
Sha Yusuf
begitu kurang diajar itu anak🥴🥴
Erlina Candra
Luar biasa
Lilik Farihah
bagus ceritanya ...sy suka sy suka😀
Alfi Yah
Luar biasa
Mutya Wendra
Kecewa
elly fitriyatun
Terima kasih atas cerita yg disajikan,benar2 SBG pljrn hidup kita jg,smgt dg karya yg lain
elly fitriyatun
/Sob//Sob/
elly fitriyatun
eeejiyeeee/Angry/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!