Di hari pertama masuk kerja di sebuah perusahaan besar tanpa sengaja di tengah jalan menuju perusahaan Safira menabrak sebuah mobil mewah. Karena terburu-buru Safira hanya bisa meminta maaf dan memberikan nomor ponselnya agar dia bisa ganti rugi.
Dan ketika Safira tiba di rumah pria tampan pemilik mobil itu, Safira tidak mampu membayar biaya perbaikan mobil yang terbilang sangat mahal baginya.
"Kebetulan saat ini saya sedang kekurangan pembantu. Jika kamu mau saya bisa membayarmu 10 juta perbulan."
Tawaran seperti itu, bisakah Safira menolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Merajuk
Keluar dari kamar mandi, Amar melihat Safira yang sudah tertidur dengan punggung membelakangi nya. Dia tidak menyangka Safira akan tidur secepat ini.
Mungkin dia terlalu lelah karena baru saja masuk kerja lagi. Pikir Amar.
Amar mengambil pengering rambut di mana dia biasa melihat Safira menyimpannya dan meniup rambutnya hingga kering. Setelah itu, dia mematikan lampu dan berbaring di sebelah Safira.
Keesokan harinya Safira berangkat bekerja menggunakan mobil sendiri. Kemarin dia pergi ke vila Amar dan mengambil mobil yang biasa dikendarainya pergi ke perusahaan sebelumnya.
Amar tidak mempermasalahkan hal ini. Terserah Safira untuk ke perusahaan dengannya atau pergi sendiri.
Tapi, dia merasa aneh. Setelah pulang kerja kemarin hingga pagi ini Safira tidak pernah berbicara dengannya.
Dia merasa Safira menghindarinya. Mereka sepertinya kembali seperti saat pertama kali mereka saling kenal. Dia tidak tahu kenapa Safira seperti ini. Dan hal ini membuatnya tidak senang.
~Bagian departemen keuangan.
“Safira, tolong bawa berkas ini ke CEO untuk ditandatangani. Aku sakit perut nih. Aku mau ke toilet,” kata Gea, asisten direktur keuangan sambil memegangi perutnya.
“Baiklah. Akan saya bawakan,” jawab Safira mengambil dokumen itu.
“Oke. Makasih. Nanti saya akan traktir kamu makan,” ucap Gea sambil berlari menuju kamar mandi.
~Saat ini di ruangan CEO.
Amar mengalihkan pandangan dari komputer dan melihat wanita yang berdiri di depan mejanya.
“Apa sebenarnya yang kamu mau?” tanya Amar acuh tak acuh.
“Kamu tahu apa yang aku mau. Tapi, aku tahu kamu pasti tidak akan setuju. Aku hanya ingin kamu mengajakku jalan-jalan melihat kota ini. Kamu kan tahu aku pertama kalinya datang ke sini,” kata Naomi duduk di atas meja kerja Amar sedikit membungkuk menatapnya.
Amar mengalihkan pandangannya kembali ke komputer dari Naomi saat dia mulai duduk di atas meja kerjanya.
“Sudah saya katakan sebelumnya, saya sibuk! Bukankah ada manajer atau asisten yang akan menemani kamu?” geram Amar tidak menyukai kelakuan Naomi yang suka bertindak seenaknya.
Naomi adalah seorang model di luar negeri jadi kemana pun dia pergi, manajer atau asisten pasti akan menemaninya.
“Aku maunya hanya kamu.” Naomi mengerucutkan bibirnya kesal, lagi-lagi di tolak oleh Amar.
“Oh, ya, kapan kamu akan menemui bibi kali ini? Bagaimana kalau kita pergi bersama dalam beberapa hari ke depan kalau kamu tidak sibuk?” tanya Naomi lagi.
Amar memutar pandangannya dari komputer ke Naomi menatapnya dengan kesal.
Sementara itu, Safira yang telah tiba di depan pintu ruangan CEO telah mengetuk pintu dan tidak mendapatkan tanggapan apapun dari dalam. Dia melirik ke arah ruangan sekretaris dan melihat tidak ada orang di dalam.
Kemana perginya sekretaris itu? tanya Safira dalam hati.
Safira akhirnya memberanikan diri membuka pintu dan terkejut melihat pemandangan di depan matanya.
Dia melihat suaminya saling menatap dengan wanita lain dan wanita itu duduk di atas meja suaminya.
Ya, dia mengakui, Amar adalah suaminya dan dia tidak suka melihatnya begitu dekat dengan wanita lain.
Mungkin harus dia akui juga, dia cemburu.
Safira tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya saat dia melihat Aditya dekat dengan wanita lain. Apa ini membuktikan kalau dia tidak cukup menyukai Aditya? Seperti dia menyukai Amar saat ini.
Meski kesal, wajah Safira tetap tidak berubah. Ini perusahaan dan tidak ada yang tahu kalau Amar telah menikah dan dia adalah istri sahnya. Sebagai pegawai perusahaan dia harus tetap profesional.
Amar yang mendengar bunyi pintu terbuka mengerutkan kening. Siapa yang tiba-tiba masuk ke kantornya tanpa pemberitahuan?
Amar memutar kepalanya melihat ke arah pintu. Dia langsung rileks melihat ternyata Safira yang datang, namun Amar sedikit khawatir Safira akan salah paham melihat Naomi.
Naomi juga berdiri dari meja dan melihat orang yang datang ternyata salah satu karyawan perusahaan Amar.
“Aku akan menemuimu lagi nanti. Sampai jumpa besok, Amar,” kata Naomi sambil memberikan ciuman jarak jauh menggunakan tangannya.
Hal ini sontak membuat Safira berhenti sejenak di langkahnya dan memelototi Amar.
Amar tidak membalas Naomi, dia hanya memperhatikan Safira.
Naomi mengambil tasnya di atas meja dan meninggalkan ruangan tidak peduli Amar menanggapinya atau tidak.
“Kamu marah padaku?” ucap Amar setelah hanya mereka berdua di dalam ruangan itu.
“Tidak,” jawab Safira ketus. Dia berjalan hingga di depan meja Amar.
“Kalau begitu kenapa kamu memelototi ku?”
“Kamu salah lihat. Aku ke sini karena membantu asisten direktur keuangan. Ini dokumen yang diminta direktur keuangan untuk kamu tandatangani,” kata Safira meletakkan dokumen di tangannya di atas meja kerja Amar.
Amar mengambil dokumen itu dan menyisihkannya.
“Ada apa denganmu selama beberapa hari ini? Kamu sepertinya terasing dari ku?” tanya Amar ingin tahu.
“Tidak ada. Itu mungkin hanya perasaanmu saja,” jawab Safira mengelak.
“Kamu tidak punya pertanyaan yang ingin ditanyakan padaku?”
“Tidak ada.”
Amar menggelengkan kepalanya melihat tanggapan Safira. Semakin dia seperti ini, semakin yakin dia bahwa Safira pasti punya masalah.
"Baiklah. Kamu boleh keluar.“ Amar akhirnya menyerah bertanya dan membiarkan Safira pergi.
Safira segera berbalik meninggalkan ruangan mendapat perintah dari Amar.
Di luar ruangan, Safira berjalan dengan menghentakkan kakinya ke lantai melampiaskan kekesalannya.
”Amar brengsek!“ pekik Safira kesal.
Sekretaris yang melihat Safira keluar dari ruangan CEO sambil marah-marah menggelengkan kepalanya.
Sekretaris membuka kamera belakang ponselnya dan memotret bagian belakang kepergian Safira. Dia mengirim gambar yang di ambilnya ke dalam grup dan menambahkan caption.
Sekretaris CEO: “Seorang karyawan sepertinya mendapat amarah CEO lagi~”
Lantai 1: “Apa dia cantik?”
Lantai 2: “Pasti dia salah satu wanita yang mencoba merayu CEO!"
Sekretaris: “Cantik, sih. Tapi, kalah seksi dengan wanita kemarin.”
Lantai 10: “Wow! Yang mana lebih cantik?”
Sekretaris: “Cantikan aku lah~”
Beginilah kelakuan para karyawan wanita, sering bergosip tentang bos mereka di grup WhatsApp.
°°°°°
Amar memasuki rumah dan bertanya pada pengurus rumah tangga yang menyambutnya. ”Safira sudah pulang?“
”Belum Tuan Muda. Nyonya muda belum kembali. Saya pikir Anda dan nyonya akan pulang bersama,“ kata pengurus rumah tangga.
Amar melirik ponselnya dan mengirim pesan.
Amartya: "Di mana kamu?"
Kira-kira ke mana Safira pergi? Amar bertanya dalam hati.
Amar kemudian naik ke kamarnya dan berganti pakaian.
Safira yang saat ini di cari oleh Amar sedang berbaring di dalam kamarnya di kediaman Mahendra, merajuk.
”Kenapa dia tidak menjelaskan? Kenapa dia bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa dan aku tidak melihat apa pun? Apa dia masih menganggap aku ini istrinya?!“ teriak Safira berderai air mata memukul-mukul bantal melampiaskan kekesalannya.
Lelah menangis dan memukuli bantal, Safira berbalik menatap langit-langit di atas kepalanya mulai berpikir.
Apakah Amar tidak menyukainya karena tidak memenuhi kewajibannya sebagai istri dengan baik?
Tidak!
Mereka punya perjanjian dan perjanjian itu mengikat keduanya. Jika Amar benar-benar selingkuh, maka dia bisa meminta cerai.
Tapi, apa dia mau menceraikan Amar?
Dia sekarang baru sadar kalau sebenarnya dia mulai terbiasa dengan kehadiran Amar di sekitarnya.
Tapi, apa Amar akan menyukainya?
Mereka berasal dari dua dunia yang berbeda. Amar mungkin lebih memilih wanita yang setara dengannya. Dia bisa melihat wanita itu pasti juga berasal dari keluarga kaya.
Safira apa yang telah kamu lakukan? Safira menggelengkan kepalanya, kemudian menopang kepalanya dengan kedua tangan mencoba menghilangkan pikiran-pikiran dalam kepalanya.
Bertanyalah jika kamu ingin tahu kebenarannya. Jangan hanya menarik kesimpulan secara sepihak.
Jika Amar benar-benar menyukai wanita itu, maka lepaskanlah. Pernikahan tanpa cinta memang tidak akan bertahan lama.
~Kediaman Danapati.
Saat waktu makan malam tiba Safira belum pulang juga. Di telepon nggak di angkat, pesan yang dia kirim juga tidak dibaca, ke mana dia pergi tanpa memberitahu siapa pun?
Khawatir, Amar mulai menelepon ayah Safira, Pak Lukman yang sekarang adalah ayah mertuanya.
Pak Lukman yang masih duduk di kursi meja makan baru saja selesai makan malam melihat panggilan telepon dari menantunya. Dia segera menekan tombol jawab.
”Assalamualaikum, halo Ayah mertua,“ ucap Amar saat telepon terhubung.
”Alaikumsalam...“ jawab Pak Lukman.
”Apa Safira ada bersama Ayah?“ Amar bertanya langsung.
Pak Lukman melirik Safira
yang baru saja keluar dari pintu mengatakan ingin pergi jalan-jalan ke taman menghirup udara segar.
”Iya, Safira ada di sini. Namun, dia sedang keluar jalan-jalan sebentar di taman katanya,“ ucap Pak Lukman.
”Apa kamu mau bicara dengan Safira? Ayah bisa menyusulnya sekarang,“ imbuh Pak Lukman.
”Tidak perlu Ayah. Aku hanya ingin tahu keberadaannya saja. Soalnya dia tidak ingin mengangkat telepon ku. Terima kasih Ayah. Saya akan tutup telepon dulu. Assalamualaikum...“ ucap Amar buru-buru mengakhiri panggilan.
”Alaikumsalam.“
Pak Lukman melihat ponselnya yang sudah tidak menyala sambil berpikir. Sepertinya Safira sedang bertengkar dengan suaminya.
”Bu, apa Safira menceritakan sesuatu padamu saat dia datang tadi?“ teriak Pak Lukman bertanya pada istrinya yang masih ada di dapur.
”Tidak, Yah. Memangnya kenapa?“ Bu Kamila balas teriak dari dapur.
”Tidak ada apa-apa,“ balas Pak Lukman menggelengkan kepala.
Masalah pengantin baru biarkan mereka yang menyelesaikan sendiri. Sebagai orang tua dia hanya bisa menasihatinya nanti.
°°°°°
kasian itu
♥️♥️♥️♥️
Suka banget cerita kayak gini, tentang CEO konglomerat yang baik hati dan nggak angkuh.
ayo ajukan kontrak...
agar mkn bnyak pembaca..
ttp semangat 💪💪💪