Aurelia... seorang wanita cantik yang selalu hidup dengan penuh kesederhanaan, dia hidup bersama ibu dan juga neneknya di dalam kesederhanaan.
walaupun banyak cobaan yang datang, aurelia tidak patah semangat dalam menapaki kehidupan yang penuh liku. sampai pada akhirnya dia bertemu dengan seorang laki laki tampan yang membuat hatinya terpatri akan nama dan wajah tampan laki laki tersebut, akankah kisah aurelia akan berakhir bahagia...? jika penasaran dengan cerita ini...? ikuti ceritanya dari awal sampai akhir yaa... selamat membaca…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aurel dan Angga.
Hai reader… sebelumnya perkenalan dulu ya… biar kalian semua bisa menghayati dan membayangkan tokoh yang ada di ceritaku ini, oke lanjut… gambar di atas adalah Aurelia Saputri seorang gadis cantik, periang dan juga mandiri dia selalu kuat dalam menghadapi pahitnya kehidupan.
Dan untuk cowok tampan ini namanya Yudistira Anggara Saputra, seorang cowok yang bisa di bilang nakal atau bisa di katakan bad boy. Sepak terjangnya di dunia malam tidak perlu di ragukan lagi, terlahir dari keluarga kaya, dia bisa berbuat semaunya dari fasilitas yang di berikan orang tuanya.
Clarissa Regina seorang wanita cantik yang juga berasal dari keluarga terpandang dan kaya raya, di balik kecantikannya dia adalah seorang wanita yang sangat disegani oleh beberapa teman temannya.
Angga Wicaksono biasa di panggil cak sono, seorang cowok tampan dan juga tengil. Dia selalu menyembunyikan identitas aslinya, seorang putra tunggal pemilik perusahaan nomor satu di kota Andromeda.
Sepertinya kita sudahi perkenalannya ya…
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Aurel…” terdengar suara seorang laki laki menggema di ruangan yang terlihat masih ada beberapa orang di sana.
Aurelia menoleh merasa ada yang memanggilnya dari arah belakang, gerakkannya terhenti saat dia akan melangkahkan kaki jenjangnya ke depan.
“Cantik… tunggu abang.” Ucap tengil seorang laki laki tampan melangkah cepat mendekati Aurelia.
“Ish… cak sono… ngapain…?” Kedua alis Aurelia sedikit terangkat melihat angga yang berjalan cepat ke arah Aurelia.
“Tunggu abang sayang, kita bareng pulangnya.” Angga tidak peduli dengan sikap Aurelia yang sepertinya tidak peduli dengannya.
Saat Aurelia akan berbalik dan meneruskan langkahnya, tiba tiba angga menautkan tangannya ke jemari Aurelia. Terdengar sorak sorai dari beberapa orang yang melihat tingkah angga ke Aurelia, dengan kesal Aurelia berusaha melepaskan tautan jemari angga.
“Sayang, tungguin abang. Apa kamu tega abangan pulang sendiri seperti kemarin.” Bibir angga mengerucut lucu seperti layaknya anak usia tiga tahun, dia selalu memperlihatkan wajah sok imutnya jika Aurelia tampak kesal akan sikap angga.
“Udah rel, dari pada nanggis. Turuti aja apa kemauan tuh si angga.” Godaan dari salah satu teman Aurelia membuat dia tidak bisa menolak keinginan angga.
“Kamu…” Aurelia memelototkan kedua matanya kesal ke wajah tampan Angga, senyum tengil Angga terlihat jelas saat itu juga.
“Yuk…” dengan perlahan Angga menarik pelan tangan Aurelia, kedua pasangan tersebut menjadi tontonan gratis di dalam ruangan tersebut.
“Memang benar ya tuh si angga udah jadian sama Aurelia…?” Wanita cantik yang berambut pirang memandang tidak suka ke arah Aurelia dan juga Angga.
“Kayanya enggak deh, lihat aja tuh si Aurelia kayak kesel gitu waktu angga pegang tangan Aurelia.” Ucap Rere sambil membetulkan kacamatanya melihat Aurelia yang sudah keluar bersama Angga dari ruangan.
“Udah yuk kita pulang, sepertinya akan turun hujan.” Ajak Leon sambil merangkul bahu Rere.
Mereka pun akhirnya keluar dari ruangan mengikuti langkah angga dan juga Aurelia, sedangkan aurel yang masih tampak kesal terpaksa mengikuti langkah angga menuju ke parkiran.
“Nih…” angga menyerahkan helm ke arah aurel, dia berharap aurel segera menerima dan memakainya.
“Aku mau naik angkutan aja cak sono.”
Angga tersenyum melihat wajah kesal aurel, dia tahu jika aurel tidak akan pernah mau pulang bersamanya. Padahal jalan pulang mereka satu arah, tapi aurel mempunyai alasan selalu menolak ajakkan angga. dia tidak ingin menjadi bahan gosip di kampus gara gara tingkah angga yang selalu memperlakukannya seperti kekasihnya, sedangkan hubungan mereka hanya sebagai teman dekat bisa di katakan mereka adalah sahabat.
“Udah nggak usah pikirin omongan orang, kan yang tahu pikiran kita kan hanya kita berdua.” Angga memakaikan helm di kepala aurel dengan perlahan, dia sengaja melakukannya agar aurel tidak merasa kesakitan saat kepalanya di pakaikan helm milik angga.
“Tapi aku mau mampir dulu ke toko.”
“Siap tuan putri, hamba akan mengantarkan anda ke manapun. Asal jangan ke akhirat aja.” Terlihat senyuman aurel muncul di wajah cantiknya mendengar ucapan konyol angga, sampai gigi putihnya terlihat dan kedua matanya menyipit sempurna.
Angga naik ke motornya setelah memakai helm full face miliknya, aurel yang melihatnya mengikuti gerakkan angga. Bunyi kenalpot milik motor angga terdengar saat dia menghidupkan motor sport miliknya, saat angga akan melajukan motonya keluar dari parkiran gerakkannya terhenti seketika.
“Cak… kenapa…?” Tanya aurel merasakan angga tiba tiba menghentikan motornya.
“Tuh lihat… rombongan bad boy yang sok keren mau keluar, kita berhenti dulu di sini ya… dari pada entar kita kena masalah.” Angga sengaja menghentikan motornya memberikan akses jalan untuk rombongan motor sport yang sama seperti miliknya.
“Sok keren banget sih mereka, emang nih tempat punya mereka apa, sampai kita harus memberikan akses jalan buat mereka keluar.” Aurel merasa sangat kesal, dia tahu jika rombongan motor sport tersebut adalah penguasa di kampus tempat aurel dan angga berkuliah saat ini.
“Kita tunggu bentar, setelah itu kita langsung ke toko. Oke sayang…”
Aurel sengaja mencubit pinggang angga, angga yang merasa kesakitan mengaduh keras sampai pemimpin rombongan tersebut menoleh melihat ke arah angga dan aurel berhenti.
“Mati kita, tuh pemimpinnya melihat ke arah kita rel. Kamu sih pake acara cubit cubit pinggang aku segala.” Angga menyalahkan aurel, dia merasa kesal dengan tingkah aurel.
“Emang kenapa, gue nggak takut sama tuh orang.”
Glek…. Angga merasakan sulit menelan air liurnya sendiri saat melihat pemimpin dari rombongan itu melangkah ke arahnya, aurel yang tidak takut sengaja turun dari motor angga.
“Ngapain kamu rel, sini naik.” Suara angga terdengar seperti berbisik, dia tidak ingin mencari masalah dengan pemimpin rombongan tersebut.
“Ngapain takut, kita kan nggak salah cak.” Aurel sengaja masih memakai helmnya tanpa membuka kacanya, dia menatap sengit ke arah cowok yang berjalan mendekati mereka.
Satu… dua… tiga… aurel sengaja menghitung langkah cowok tersebut yang hampir sampai di depan mereka, tapi apa yang angga dan aurel prediksi ternyata tidak sesuai ekspektasi mereka.
Cowok tersebut melewati mereka, dia berjalan ke arah kamar mandi yang ada di dekat parkiran tersebut.
“Huft…” terdengar helaan nafas dari angga, sedangkan aurel masih menatap cowok tersebut yang berjalan ke raja kamar mandi di belakang aurel.
“Kita pergi sekarang rel.” Angga menarik lengan aurel untuk segera naik ke motornya, dengan cepat aurel menaiki motor angga sebelum cowok itu kembali.
Angga segera menghidupkan motornya dan berjalan menjauhi rombongan motor sport tersebut, dia merasa lega setelah keluar dari perkiraan kampus. Bukannya angga takut, tapi dia tidak ingin membuat masalah selama berkuliah di kampus tersebut.
Tawa pecah terdengar dari belakang tubuh angga yang mengendarai motornya, angga yang mendengar jika aurel tertawa seketika menoleh cepat melihat aurel di belakang tubuhnya.
“Fokus ke depak pun cak, jangan lihat belakang.” Teriak aurel panik.
“Ngapain ketawa kayak Mak kunti.” Ucap angga kesal.
“Hahaha… kamu ngerasa nggak kita tadi kayak monyet yang nggak di kasih makanan sama majikannya.”
“Lah… kog kita… kamu aja kali, gue mah ogah.” Aurel menepuk helm angga dengan tangan kanannya pelan, dia kesal dengan ucapan angga.
“Emang kamu nggak ngerasa, padahal aku tadi udah siap siap kuda kuda buat nge lawat tuh anak bad boy.” Senyum degil terlihat di wajah aurel tanpa angga sadari.
“Kamu tuh rel, nggak usah cari gara gara sama tuh cowok bad boy.”
“Lagian sok kegantengan tuh orang, makanya aku kesel banget sama tuh orang.” Aurel menegakkan tubuhnya, dia merasa encok lama lama menempelkan tubuh depannya ke punggung angga.
“Emang dia ganteng rel, kamu emang nggak pernah lihat ya…?”
“Ngapain lihat, nggak nafsu juga. Mending lihat opa opa di dalam Korea aja, dari pada lihat cowok bad boy yang sukanya celup sana celup sini.”
Angga mengelengkan kepalanya mendengar ucapan aurel, sebenarnya dia setuju dengan ucapan aurel. Tapi dia tidak ingin menjawab ucapan aurel yang terdengar masih kesal, lebih baik dia diam dan mendengarkan kekesalan aurel.
Tak terasa mereka sampai di depan toko yang menjual beberapa perabot dapur dan kawan kawannya, angga menghentikan motornya tepat di depan toko tersebut.
Aurel segera turun dan melepaskan helmnya, dia segera menyerahkan helm miliknya di depan angga yang terlihat belum siap menerima pemberian aurel.
“Sialan kamu rel, gue belum siap juga menerimanya.” angga kesal melihat kelakuan aurel yang seenaknya.
“Kamu sendiri yang kurang sigap menerima helmnya.” Aurel berjalan tergesa masuk ke toko tersebut, dia melihat seorang wanita paruh baya yang sednag menata beberapa mangkok keramik di depannya.
“Mama…” teriak aurel melihat mamanya yang tidak menyadari kedatangannya.
Aurel memeluk Aulia dari belakang, sedangkan aulia yang merasakan pelukan hangat aurel tersenyum sambil membalikkan badannya.
“Kamu tuh ya… selalu ngagetin mama, jadi perempuan hla mbok yang kalem to Nduk cah ayu.” Aulia memegang kedua pipi aurel dengan kedua tangannya, dia merasa gemas dengan tingkah random aurel.
“Mama Ish…” ucap aurel dengan bibirnya yang maju karena ulah aulia.
“Tante…” angga menegur aulia, dia sengaja melakukannya Karena tidak tega melihat aurel yang sepertinya merasa tidak nyaman dengan sikap aulia.
Aulia menoleh ke arah angga, dia dengan segera melepaskan tangannya dan menatap angga. Senyum manis dia perlihatkan ke arah teman aurel tersebut.
“Angga…”
Dengan segera angga mendekat dan segera menyalami aurel, angga selalu bersikap sopan jika melihat orang yang lebih tua, apalagi di depan orang tua aurel.
“Sehat tant…”
“Seperti yang kamu lihat.”
Angga tersenyum mendengar ucapan aulia, dia menoleh melihat ke belakang aulia.
“Oma lagi keluar sama temannya, katanya mau beli apa gitu.” Aulia tahu jika angga akan mencari keberadaan oma ana.
“Ayo kita masuk, kalian pasti capek kan sepulang dari kampus.” Ajak aulia sambil menarik lengan angga.
“Mama… anak mama itu aku apa cak sono sih.” Aurel mengerucutkan bibirnya kesal melihat aulia yang tiba tiba menggandeng lengan angga.
“Aurel…” aulia melirik tajam menatap aurel.
“Bukan cak sono tapi angga.” Ucap aulia memperingatkan aurel mengubah panggilannya.
“Nggak apa apa tante, itu panggilan sayang aurel ke angga kog.”
Aurel melirik tajam ke arah angga kesal, melihat Angga dna aulia masuk, aurel mengikutinya dari bekakang. Dia tidak terkejut melihat mamanya memperlakukan angga seperti anaknya sendiri, sama seperti aulia memperlakukan aurel.