NovelToon NovelToon
Whispers Of The Enchanted Realm

Whispers Of The Enchanted Realm

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: MllyyyStar

Luna Delfina berprofesi sebagai seorang penulis di hidupnya, ia memiliki cukup banyak pengikut setia yang selalu mendukung setiap karyanya.

Suatu hari muncul satu komentar misterius di karya tulisannya yang pada akhirnya membawa dirinya ke dalam Dunia Karya Ciptaannya tersebut.

Segala cara telah ia lakukan agar dapat terlepas dari ikatan dunia ini, namun tak ada satupun cara yang berhasil. Satu-satunya jalan terakhir baginya adalah dengan menjodohkan kedua Pemeran Utama sesegera mungkin agar ia dapat segera terlepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang Pemeran yang tidak diketahui Perannya disini.

Apakah ia dapat berhasil menjodohkan mereka di tengah badai-badai konflik yang ditulis olehnya sendiri? Ataukah semua tindakannya ini malah membuatnya terjerumus lebih dalam? Dan.. Siapakah orang misterius itu?

Ayo baca drama seorang Penulis kecil ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MllyyyStar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 6 Diawasi Mulai Dari Hari Ini

Luna mengikuti Elena kemanapun ia pergi, karena hanya dia saja yang bisa ia percayai disini.

Sekarang mereka sedang berada di sebuah ruangan yang dipenuhi oleh rak-rak berisi buku-buku, Elena sedang merapikan beberapa buku yang tampak berantakan sementara Luna berkeliling dan melihat sekitarnya untuk memenuhi rasa penasarannya.

“Elena, apa kau tidak ada Kelas hari ini?” Tanya Luna, tangannya meraih salah satu buku yang sudah terlihat tua di antara beberapa tumpukan buku kuno di rak itu.

“Em.. Ada.”

“Kau tidak masuk?” Luna menoleh. “Apa karena aku?” Ia bertanya karena takut jika Elena merasa terbebani atau terganggu atas kehadirannya disini yang selalu mengikutinya.

Elena tertawa. “Tentu tidak, Luna.”

“Sebentar lagi liburan akan segera tiba, tak ada Pelajar yang masih akan fokus dengan Kelas mereka sekarang.” Jelasnya dengan lembut.

“Aku sudah selesai, bagaimana denganmu? Apa ada buku yang ingin kamu bawa untuk baca?” Tanya Elena setelah selesai merapikan buku terakhirnya.

“Em.. Tidak ada.” Jawab Luna, mengembalikan buku yang ia ambil sebelumnya ke tempatnya semula.

“Baiklah, ayo keluar.”

Mereka akhirnya keluar dari ruangan itu, Luna merasa cukup kagum dengannya, Elena cukup dekat dengan siapapun dan ia dapat berbaur dengan begitu cepat.

Selama mereka berjalan bersama, cukup banyak yang menyapa Elena, sementara Luna hanya seperti toping yang tak terlihat di sampingnya.

“Luna.”

“Em?”

“Masa Liburan nanti, aku akan Merayakan Ulang Tahunku dengan sebuah Pesta kecil, maukah kamu datang?”

“Okey.” Jawab Luna.

Elena memandangnya. “Oke..?”

“Oh, dia tidak mengerti kata okey?”

“Maksudku. Baiklah, aku akan datang.” Ucap Luna, mengulangi dengan lebih jelas dan kali ini Elena mengerti.

“Luna.” Panggil Sierra, entah sejak kapan ia telah berada disana, berhenti di ujung Koridor seolah menunggunya datang untuk membicarakan hal penting.

“Sampai jumpa lagi nanti, Luna.” Ucap Elena, melambai kecil mempersilahkan Luna untuk sibuk.

Luna melangkah mendekati ke tempat dimana Sierra sedang menunggunya disana. “Ada apa, kak..?” Tanyanya. Sejenak ia melupakan nama gadis itu, Sierra.

“Panggil nama saja, usia kita tidak berbeda jauh.”

“Baiklah.. Nama anda..?”

“Sierra.”

“Oh, maaf karena saya melupakan namamu, kali ini aku pasti akan mengingatnya. Sierra..”

“Hm.” Ia hanya bergumam namun tetap memandang Luna lurus yang membuat gadis itu tampak.. Canggung.

“Dia sedikit kurus.. Apa yang dikatakan Profesor itu benar?” Batin Sierra.

“Apa ada masalah, Sierra?” Tanya Luna yang merasa penasaran.

“Sekarang kau adalah teman sekamarku, apa harus ada masalah agar kita dapat bertemu selain waktu di Asrama?” Tanya balik Sierra, memiringkan kepalanya dan senyuman tipis tampak terukir.

Luna menggeleng karena menurutnya apa yang dikatakan oleh Sierra cukup masuk akal.

Sierra mulai berjalan dan Luna mengikuti di sampingnya.

“Mulai sekarang maupun setelah liburan nanti selesai, di waktu istirahat Kelas kau harus ikut denganku. Dan ketika aku sedang melakukan urusan lain, maka dimanapun kamu berada, kau harus melaporkannya kepadaku.”

Luna mengernyit, meski ia tak tahu situasi apa yang pernah terjadi kepada pemilik tubuh ini sebelumnya sehingga membuat ia harus diawasi setiap harinya, tetapi ia pasti jika pemilik tubuh ini pasti telah mengalami sebuah masalah sebelumnya, apalagi ketika ia tersadar dengan kondisi sedang terjebak pada malam itu.

Tetapi bukankah tetap saja jika mulai dari sekarang dan nantinya kegiatannya selama di Akademi seperti akan dibatasi?

“Kenapa harus begitu?” Tanya Luna.

“Perintah langsung dari Profesor Ella, jika kau merasa keberatan maka kau bisa langsung berbicara dengannya.”

Luna diam sejenak. “Baiklah.. Profesor Ella lagi. Sebenarnya ada masalah apa?”

“Luna.”

“Sebaiknya kamu nurut dan jangan terlalu ingin mencari tahu. Beberapa hal akan terasa lebih baik jika tidak terdengar.” Ujar Sierra, meski terdengar singkat tetapi untuk sesaat kata-kata itu terasa bermakna.

Luna kembali memandang ke sekitarnya. “Kemana kita akan pergi?” Tanyanya.

“Kau akan tahu sebentar lagi.”

Tak berapa jauh mereka berjalan, Sierra akhirnya berhenti tepat di sebuah Halaman besar yang kosong.

“Besar sekali halamannya.. Apa setara dengan ukuran Halaman sepak bola, ya?” Batin Luna, memandang dengan takjub.

“Halo adiknya Alsean, kita berjumpa lagi!” Sapa seorang pria yang tiba-tiba saja muncul di hadapan Luna, itu adalah pria tadi, Edwin.

“Berhenti mengagetkannya, dia akan takut kepadamu.” Ujar Sierra.

“Benarkah? Kurasa tidak akan begitu.. Benarkan Luna?” Tanya Edwin namun Luna tampak tak memperhatikannya, ia justru hanya memandang ke sekitarnya seolah mencari seseorang.

“Kau mencari kakakmu? Dia sedang Latihan.” Kata Edwin.

“Ingin melihat?” Tanyanya kepada Luna.

“Bisakah?” Luna memastikan.

“Tentu saja, ayo!”

Sierra dan Luna akhirnya mengikuti Edwin ke sebuah tempat.

Dengan sedikit sentuhan Sihir, layar lebar muncul di udara, tanpa panel apapun dan tanpa alat apapun. Seolah layar itu sudah menyatu dengan angin dan alam.

Luna memandang dengan kagum. “Sangat menakjubkan.. Bagaimana bisa layar transparan yang lebar seperti itu bisa muncul hanya dengan satu kibasan tangan?”

“Hm.. Dimana bocah itu?” Edwin bergumam setelah ia tak melihat ada Alsean di tampilan dalam layar tersebut.

“Apa kau yakin dia sedang latihan?” Tanya Sierra, tangannya menekuk di pinggangnya seolah tak mempercayai Edwin.

“Ya, seharusnya.. Tapi dia tak terlihat disini..” Gumamnya. “..! Apa dia telah dimakan oleh Hewan Magis di hutan?!” Racaunya asal.

“Cih, sangat tidak bisa diandalkan.” Gumam Sierra, melangkah mendekat untuk menggantikan Edwin, ia menggunakan Sihirnya agar dapat menunjukkan beberapa lokasi agar tampak lebih rinci secara menyeluruh.

Di kesibukan mereka ketika masih mencari, mereka tak menyadari jika Alsean telah berada di antara mereka.

“Apa yang sedang kalian lakukan?” Tanyanya.

Mereka semua menoleh. “Sejak kapan Pangeran ini kembali? Kami kira kau telah habis dimangsa di dalam hutan.” Ujar Edwin.

“Sepertinya hanya kamu yang mengira begitu.” Sanggah Sierra.

“Sierra.. Karakternya cukup keren.” Luna memperhatikan ke arahnya.

Pada waktu yang bersamaan, Alsean memandang ke arahnya dan kemudian ia mendekatkan dirinya.

“Halo, adik kecilku.” Sapanya, tidak ingin merasa canggung dengan adiknya sendiri.

“Apa?! Alsean menyapaku?” Luna merasa sedikit terkejut.

“Wo-ah, tampaknya ini harus diabadikan karena akhirnya aku bisa berbicara langsung dengan Karakter Pemeran Utama Ciptaanku, dan ini artinya bahwa dia nyata!”

“..Hai?” Jawab Luna kaku.

“Ada apa ini? Suasananya terasa aneh. Benarkan manis?” Goda Edwin.

“Kau sudah bosan hidup, Edwin?” Ujar Sierra, tampak lelah dengan tingkah pria itu.

“Memang tidak aneh. Di Novel, mereka kutulis seperti kucing dan tikus yang tidak pernah akur.” Luna tersenyum, akhirnya ia merasakan secara langsung keuntungan sebagai seorang Penulis yang masuk ke dalam Novel ciptaannya sendiri.

“Maaf Luna, aku tak memperhatikanmu dengan baik sejak awal. Namun aku berjanji, mulai sekarang aku tak akan pernah melepaskanmu dari pandanganku, sedetikpun.” Ucap Alsean, mengelus lembut kepala Luna.

Luna memandangnya lekat, ia merasakan kehangatan yang telah lama ia lupakan. “Baiklah, aku harap kakak menepati perkataan kakak.” Ucapnya.

“Mulai sekarang, aku adalah adik Alsean. Dan aku akan membiasakan hal ini mulai dari sekarang.”

“Sebagai tambahan, aku juga bisa turut berkontribusi dalam menjodohkan Alsean dan Elena secara langsung lebih cepat.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!