Azzura. Seorang gadis yang memiliki kekuatan super namun hidupnya berakhir tragis. Sebuah keajaiban terjadi, jiwa Azzura ternyata masuk ke dalam tubuh Azzura Aurora, tokoh figuran dari cerita novel yang pernah dia baca. Akankah Azzura memiliki kehidupan yang layak di dalam novel tersebut atau sama saja dengan kehidupannya di dunia nyata? ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Kekesalan Azzura
"Apa maksud mu?" tanya Aaron yang seketika menghentikan aktifitasnya. Dia meneguk saliva susah payah. Azzura berbalik, dia menelisik wajah tampan Aaron, sekilas mata itu memang terlihat menatap kosong, tapi Azzura yakin jika apa yang dia pikirkan itu benar, Aaron tidak buta dan Azzura mengetahui itu.
Perlahan namun pasti Azzura mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Aaron, mata wanita itu mengunci tatapan mata Aaron, dan ketika hidung mereka sudah bertemu, Azzura diam cukup lama dalam posisi tersebut, ingin membuat Aaron semakin tegang, kedua kaki Azzura bergerak naik mengangkangi paha suaminya. Dia mengusap kulit kepala Aaron dan semakin mendekatkan bibir mereka dengan mata yang masih menetap laki-laki itu.
"Tuan! Jujurlah padaku. Aku tahu kau bisa melihat ku. Aku sudah menduga ini sejak lama. Apa yang kau sembunyikan dariku hah?"
Aaron berusaha untuk tetap tenang, namun semakin Azzura mendekat, dia semakin gugup. Hingga ketika bibir Azzura hampir mengenai bibirnya Aaron mendorong tubuh Azzura hingga gadis itu terduduk di atas sofa masih menatapnya lekat.
"Jika aku memang tidak buta apa yang akan kau lakukan?"
"Hah?" Azzura cengo mendengar pertanyaan aneh dari Aaron. Jika suaminya itu tidak buta tentu saja Azzura senang, tapi melihat Aaron yang bersikap seperti ini Azzura menjadi malas. Azzura merasa apapun yang telah dia lakukan selama ini sia-sia. Wanita cantik itu beranjak dengan wajah dibekuk dalam. Setelah berganti pakaian, Azzura berjalan melewati Aaron. Belum sempat tangannya menyentuh pintu, Aaron sudah mencekal pergelangan tangannya.
"Mau ke mana?" tanya Aaron menatap Azzura tajam.
Azzura tersenyum sinis, "Jangan hiraukan aku. Jika aku sebegitu tidak berartinya di matamu, kenapa Tuan harus repot seperti ini. Kemanapun aku pergi itu bukan urusan mu."
Azzura menepis tangan Aaron dari tangannya. Dia kembali ingin membuka pintu namun ....
"Kau istriku!" jelas Aaron singkat nan padat.
Kembali Azzura tersenyum tipis. Dia berbalik lalu menatap Aaron dengan tatapan yang sangat nanar. "Kau pikir hubungan suami istri itu hanya hubungan di atas kertas, itu yang kau maksud dengan hubungan suami istri. Aku tahu kau hanya menganggap ku sebagai pelayan mu, tidak usah kau jelaskan lagi."
Blam!
Pintu ruang rawat itu tertutup dengan cukup kencang. Aaron menghembuskan napas kasar, dia menjambak rambutnya dengan suara geraman tertahan. Giginya gemelatuk menahan amarah yang tidak bisa dia keluarkan.
"Kenapa harus seperti ini!" gumam Aaron kembali duduk di sofa. Jemarinya tertaut di depan dagu, dengan siku yang bertumpu pada kedua paha. Aaron tidak mengerti kenapa Azzura bisa semarah ini, dia tidak menceritakan segalanya karena dia memiliki alasan. Aaron sudah memiliki niat untuk memberitahu Azzura tapi dia masih memerlukan waktu yang tepat.
****
Azzura berjalan sedikit linglung. Dia ingin memesan taksi tapi dia tidak membawa uang. Azzura memutar-mutar ponselnya. Dia tahu apa yang harus dia lakukan. Azzura menghubungi nomor Hugo dan memintanya untuk menjemput Azzura didepan rumah sakit.
"Ada apa? Kau sedang ada masalah?"
Azzura hanya menghembuskan napas kasar. Entahlah, haruskah dia membicarakan ini dengan Hugo atau tidak.
"Bang, aku ingin bertanya, kalau seandainya ada orang di dekat kita yang sudah kita anggap sebagai orang yang paling penting dalam hidup kita tiba-tiba ketahuan menyembunyikan rahasia yang sangat besar. Menurut Abang wajar gak kalau kita kecewa?"
Hugo mengangguk paham. Azzura ini masih sangat muda, meskipun dia memiliki kelebihan namun pengalaman hidup dan juga cara dia menjalani hidup masih sama seperti orang-orang kebanyakan.
"Apa dia pacar mu?"
Azzura menggeleng pelan, dia tidak tahu status hubungannya dengan Aaron seperti apa, selama ini Azzura memang mencintai laki-laki itu, tapi sepertinya cinta Azzura bertepuk sebelah tangan.
"Aku tidak tahu siapa yang kau maksud, tapi aku yakin, orang itu pasti memiliki alasan. Dia tidak mungkin melakukan suatu hal yang besar jika dia tidak memiliki niat dan tujuan tertentu. Apakah dia mengatakan alasannya?"
Azzura kembali menggeleng. Dia tadi sangat marah kepada Aaron jadi dia tidak bisa mendengar apapun. Aaron pun tidak berusaha untuk mengejarnya. Itu Artinya Azzura memang tidak berarti untuk Aaron.
"Huaaaaaa!"
Hugo melotot saat Azzura menangis kencang seperti anak balita, saat ini mereka sedang berhenti di depan lampu merah, apa yang akan orang-orang katakan saat mendengar suara tangisan Azzura.
"Yak! Jangan menangis seperti itu. Nanti orang-orang akan berpikir kalau aku yang membuat mu menangis."
Hugo celingukan, dia berusaha untuk menyembunyikan kepalanya. Azzura ini benar-benar sangat merepotkan.
"Kenapa mencintai seseorang bisa sesakit ini Bang. Apa aku kurang cantik, aku kurang montok?"
Hugo menggelengkan kepala. Pantas saja Azzura bersikap seperti ini, cinta memang selalu membuat orang melakukan hal yang tidak biasa. Azzura, gadis yang sangat cuek dengan wajah dinginnya ternyata bisa bersikap manis seperti wanita kebanyakan.
"Kau cantik, kau tidak kekurangan apapun. Jangan menangis, siapapun yang telah membuat mu patah hati pasti akan menyesal. Jangan menyiksa dirimu seperti ini."
"Hik ... Abang gak bohong kan?"
Hugo tersenyum tipis. Ternyata Azzura sama saja dengan gadis-gadis yang pernah dia kencani, mudah untuk di bujuk dengan kata-kata manis.
"Abang jamin dia kan mencari mu. Hari ini kau tidak usah pulang, ikut bersamaku ke markas. Kau aman di sana."
Azzura mengusap air matanya kasar. Matanya kembali berbinar. Dia memang ingin melakukan ini, menghindar dari Aaron sejenak agar dia bisa menjernihkan pikiran yang kacau.
****
"Wuahhhhhhh! Kau punya bisnis apa Bang! Aku pikir kalian hanya gelandangan."
Hugo mendengus kasar, dia melepas jaket kulitnya lalu melemparkan jaket itu pada anak buahnya.
"Kami tentu tidak bisa selalu mengandalkan uang hasil buruan kami. Aku mendapat gedung ini dari kedua orang tuaku. Setelah mereka meninggal aku mulai membuka bisnis waralaba."
"Kau seorang rentenir?" tanya Azzura tidak percaya.
"Awalnya iya. Tapi setelah beberapa tahun aku mulai memperbaiki sistem yang aku kelola. Bunga pinjaman dariku malah lebih rendah dari bunga pinjaman dari bank. Tapi kalau mereka tidak bisa membayar hutang 2 bulan berturut-turut, aku akan mengambil apapun yang mereka gunakan sebagai jaminan."
Azzura mengangguk anggukkan kepalanya mengerti. Dia melihat sekeliling gedung tersebut, memang agak lusuh tapi dia yakin jika usaha Hugo ini memang sudah bisa mambantu banyak orang.
"Bang, aku lapar nih. Bisa pesen makanan gak? Nanti aku bayar kalau udah balik."
Hugo berdecih. "Memang kau tidak punya dompet digital apa. Jaman sekarang kemana-mana harus bawa dompet? Udah gak jaman lah."
"Lah. Emang bisa ya kayak gitu?"
"Kau itu lahir di tahun mana sih, seharusnya kau mengerti hal-hal kecil seperti ini."
Azzura menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia sebenarnya memang tidak mengerti akan hal-hal yang menyangkut uang. Dulu uang yang dia dapatkan pun hanya uang receh. Apalagi yang harus Azzura simpan. Hari ini dapat uang, besoknya habis, wajar saja jika dia tidak mengerti.
Brakkkkk!
"Bang Hugo! Huhhh, haaahhh!" Anak buah Hugo berdiri di ambang pintu setengah berjongkok dengan napas terengah-engah. "Bos, di bawah, di bawah ada orang-orang yang ingin menyerang kita."
Hugo langsung berlari ke arah dinding kaca di ruangan tersebut. Dia menunduk melihat ke arah bawah. Benar kata anak buahnya, beberapa mobil Van hitam berhenti di depan gedungnya. Rombongan orang-orang bersetelan hitam pun mulai masuk ke area gedung tersebut.
"Bersiap!" ucap Hugo pada semua orang.
thor thank you bangeet untuk tulisan yg sangaaaat bagus.
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐❤️