NovelToon NovelToon
NOISY GIRL

NOISY GIRL

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:26.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Ade Annisa

Ardian Rahaditya hanyalah seorang pemuda biasa, yang bercita-citakan kehidupan normal seperti anak bungsu pada umumnya.

Namun, kehadiran gadis berisik bernama Karina Larasati yang entah datang dari mana membuat hari-harinya dipenuhi dengan perdebatan.


"Bang Ar, ayodong buruan suka sama Karin."

"Gue udah punya pacar, lebih cantik lebih bohay."

"Semangat ya berantemnya, Karin doain biar cepet putus."

"Terserah!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUNIA MANTAN

Karin mengikuti Ardi masuk ke dalam rumah, sejak menjemputnya di sekolah, pemuda itu terlihat sedikit berbeda, tidak banyak mengomel seperti biasanya, padahal cukup lama gadis itu membiarkan abangnya menunggu karena jadwal piket.

 

 

"Dek, minjem hp lo dong, gue mau nelpon ibu, hp gue mati," ucap Ardi setelah mendudukan dirinya di sofa dan melepas sepatu.

 

 

Karin yang berdiri di sebelahnya itu reflek menarik hpnya dari saku kemeja, dan tidak menyadari saat kertas di dalamnya ikut terjatuh.

 

 

Ardi memungutnya, Karin yang baru tersadar jadi panik dan menubruk abangnya, "kertas Karin, Bang." Gadis itu berusaha merebut kertas yang malah diacungkan ke udara oleh pemuda itu.

 

"Gue mau liat, ini bukan nilai ulangan lo kan?" Ardi terus menjauhkan tangannya saat gadis itu berusaha merebut kertas yang ia pegang. Semakin gadis itu berusaha melarang untuk membukanya justru semakin penasaran kan.

 

 

"Bukan ih abang, balikin kertas Karin." Karin tidak sadar saat posisinya begitu merapat pada sang abang, hingga pemuda itu menatapnya berbeda, Karin jadi diam.

 

 

Dan saat sang abang menggodanya dengan mencondongkan kepala, Karin reflek mundur dan nyaris terjengkang dari sofa. Dia akhirnya pasrah dan menuruni sofa dan membiarkan saja pemuda itu membaca isi kertas dari Dewa.

 

 

Karin melihat saat  senyum jahil di bibir abangnya itu menghilang, rahangnya mengeras.

 

 

Ardi menoleh. "Lo terima?" Tanyanya.

 

 

Karin mengangkat bahu, "nggak tau, biarin aja," jawabnya, kemudian membenarkan tas yang terselempang di pundak dan melangkah menuju kamarnya.

 

 

Ardi beranjak berdiri dan menyusul gadis itu, menghadang pintu kamar saat gadis di hadapannya sudah memegang handle dan bersiap membuka.

 

 

"Kenapa?" Tanya Karin.

 

 

Ardi tampak ingin mengucapkan sesuatu , tapi terlihat ragu. "Gue mau nanya, tapi ini seandainya ya," ucapnya yang membuat Karin mengangguk. "Seandainya nih, seandainya gue nggak bisa putus sama Nadia, lo gimana?"

 

 

Karin sontak terdiam, "seandainya kan?" Tanyanya memastikan.

 

 

Ardi mengangguk, "iya, seandainya," ucapnya yang terdengar semakin lirih.

 

 

Karin berpikir sejenak, "tentu aja Karin bakalan mundur, Karin nggak mau jadi orang ketiga di antara kalian," ucapnya yang membuat Ardi terdiam. "Abang lupain Karin aja."

 

 

Ardi menyenderkan tubuhnya ke pintu, entah kenapa mendadak lemas. "Lupain lo ya?" Ulangnya, dan Karin mengangguk. "Berarti gue harus ke kantor kelurahan dong," tambahnya lagi.

 

 

"Ngapain?" Tanya Karin.

 

 

"Bikin surat keterangan tidak mampu."

 

 

Gadis di hadapannya itu jadi tertawa,  lalu dengan sengaja membuka pintu hingga pemuda yang sok keren bersandar di hadapannya itu terjengkang. Namun sialnya Ardi malah reflek berpegangan pada dirinya yang jadi ikut terjatuh menubruk pemuda itu.

 

 

"Abang ngapain tarik Karin si," omelnya setelah dengan cepat beranjak berdiri dari tubuh abangnya.

 

 

"Ngapain lo buka pintu." Ardi balik mengomel, "pinggang gue sakit anjir," rutuknya dengan berusaha berdiri, dan bukannya membantu gadis di hadapannya malah cekikikan.

 

 

"Gue jemput Ibu dulu, lo buruan ganti baju kalo mau ikut," titahnya kemudian melangkah pergi ke kamarnya sendiri. "Belum apa-apa aja udah kena karma gue, anjirr."

 

 

***

 

 

"Woy Nadia, di kamar aja lo, masih siang  udah nyalain lampu kaya ayam negri sumpah." Mita yang berkunjung ke kamar sepupunya beranjak membuka hordeng di ruangan itu.

 

 

Nadia yang sempat tertidur sebentar selepas menangis jadi mengernyit, silau dengan cahaya yang masuk.

 

 

"Udah lah, Nat, nggak usah ditangisin terus, putus cinta mah udah biasa." Mita yang ikut berbaring di sebelah gadis itu mencoba menghibur.

 

 

Nadia yang masih dengan posisi tengkurapnya itu kemudian menoleh. "Siapa yang putus cinta."

 

 

Mita mengalihkan tatapannya dari boneka di tangannya, "lah, bukannya lo abis mutusin Ardi?"

 

 

"Nggak, gue mutusin Edo."

 

 

"Pacar lo Ardi apa Edo si?"

 

 

"Ya Ardi, tapi gue lebih kecewa sama Edo, gue benci dengan keputusan dia buat nyuruh Ardi macarin gue. Kesel tau nggak." Nadia kembali hendak menangis, tapi ia tahan.

 

 

"Jadi mata lo sampe sembab kaya gitu, nangisin siapa? Edo?"

 

 

Nadia jadi terdiam, dia juga bingung kenapa sejak menangis tadi yang ia maki-maki namanya hanya pemuda itu.

 

 

"Selain pacaran, persahabatan juga bisa putus ya ternyata," sindir Mita. "Gue kira lo nangisin Ardi tau nggak."

 

 

"Gue juga bingung sama perasaan gue sama Ardi, gue tuh suka sama dia, tapi liat dia cuek kaya gitu gue biasa aja. Selagi kita masih dalam status pacaran yaudah."

 

 

"Berarti lo emang butuh status, bukan orangnya, wajar si, selama ini lo sama Edo kan statusnya nggak jelas, dibilang sahabat tapi mesra, dibilang pacar tapi temenan, dibilang temen tapi deket, dibilang–,"

 

 

"Terus aja diputer-puter Ta, bikin pala gue pusing tau nggak," potong Nadia.

 

 

"Nah itu." Mita reflek terduduk, bersila menghadap gadis itu. "Hubungan lo sama Edo itu bikin pusing. Sebenernya perasaan lo buat Edo gimana si?"

 

 

"Gue." Nadia terdiam sejenak, "selama ini gue ngerasa  dengan adanya perhatian Edo, gue nggak mempermasalahkan sikap Ardi kaya gimana."

 

 

Mita menggaruk rambut kepalanya yang tiba-tiba menjadi gatal, sepupunya yang bloon dia yang pusing." Gini ya Nat, lo tuh sukanya sama Edo, tinggal bilang aja si, entar nih kalo si Edo deket sama cewek lo baru tau rasa deh."

 

 

"Gue takut kalo kita pacaran nanti ada yang berubah, terus kalo nanti putus?"

 

 

Mita menghela napas jengkek, "Gini ya Nadia Bloon Salsabila–,"

 

 

"Kenapa ada bloonnya si." Nadia jadi mengomel.

 

 

"Dengan sekarang lo mutusin persahabatan sama Edo itu apa bedanya coba? Ketauan kalo lo pacaran, putus juga statusnya mantan pacar, lah ini lo putus sama Edo yang cuma sahabat? Gue nonton sinetron hidayah keselnya nggak gini-gini amat."

 

 

Nadia terdiam, ikut terduduk memainkan bonekanya, "terus gimana dong, mana tadi gue nampar Edo lagi, " akunya.

 

 

"Lo bukannya kemaren malem bilang mau nampar Ardi," Tanya Mita memukul sepupunya itu dengan boneka beruang di tangannya.

 

 

"Nggak bisa gue Ta, mukanya mulus banget, nggak tegaaa." Nadia menggigit boneka di tangannya.

 

 

Mita berdecak, dia memang gemas sekali ingin melihat pemuda songong itu ditabok, tapi alasannya apa. Dan membayangkan kejadian di bawah tangga dia jadi heran kenapa dulu nggak ditampar aja ya. Gadis itu kembali menggaruk rambut kepala.

 

 

"Lo jangan maruk banget lah, Nat. Masa Edo mau Ardi juga mau."

 

 

"Gue juga bingung kenapa gue susah buat lepasin Ardi, padahal jelas-jelas dia nggak ada rasa sama gue."

 

 

"Ya karena lo tuh suka udah dari lama sama tu anak, cuman aja keduluan gue yang nembak."

 

 

Nadia menoleh, "eh, dulu lo yang nembak duluan ya?" Tanyanya yang membuat Mita jadi berdecak.

 

 

"Ardi mana pernah si nembak cewek, makanya gue kaget, kenapa lo bisa ditembak sama tu anak, karena gue tau lo nggak mungkin nembak duluan."

 

 

"Apaan, orang dia nembaknya juga gitu."

 

 

"Gimana, gimana?"

 

 

Nadia berdehem, menirukan suara pemuda tampan yang sekarang ini masih berstatus pacarnya. "Lo suka kan sama gue, mau coba jadi pacar gue?"

 

 

Belum selesai sepupunya itu bercerita, Mita sudah tertawa, "itumah ketauan banget emang tu anak disuruh sama Edo," ujarnya.

 

 

"Ya makanya gue keselnya sama Edo," ucap Nadia kemudian berbaring di kasurnya.

 

 

Mita ikut berbaring di sebelah gadis itu, "terus selama pacaran sama Ardi lo ngapain aja?" Tanyanya, sebagai mantan dia cukup penasaran bagaimana pemuda itu  memperlalukan pacarnya.

 

 

"Nggak ngapa-ngapain, gue diapelin aja jarang. Malahan Edo yang sering main ke rumah." Nadia tersadar sesuatu, kemudian merubah posisi jadi tengkurap dan menoleh pada gadis itu. "Lo kan mantannya Ardi Ta, emang anaknya gitu banget ya? Kaku, nggak romantis."

 

 

"Ya gimana mau romantis, dia suka sama lo aja nggak," ucapnya yang mendapat tabokan boneka.

 

 

Mita yang kesal merasakan sakit di lengannya jadi punya ide gila. "Ya kalo sama gue mah bedalah romantisnya."

 

 

"Masa?" Nadia tidak percaya.

 

 

"Beuh Naat, manja banget sama gue mah," ucapnya mulai bercerita.

 

 

"Yakin lo?"

 

 

"Mana nih ya kalo lagi sepi bawaannya nyosor mulu, mesum banget pokoknya."

 

 

"Serius??"

 

 

"Kalo lagi main lidah niyah, tangannya nggak bisa diem, apa aja di raba?"

 

 

"Sumpah lo Ta?"

 

 

"Kalo dia mulai merajalela mah pasrah aja udah."

 

 

"Selomitaaaa!" Nadia menutup kedua telinganya. "Gue nggak mau denger lagi."

 

 

Melihat sepupunya yang terlihat syok, Mita jadi tertawa. Bagaimanapun juga  pemuda yang ia ceritakan itu masih berstatus pacarnya.

 

 

"Bercanda gue yaelaah." Mita kembali tertawa. "sepengalaman gue sih, Ardi tuh anaknya nggak mau mulai, tapi sekalinya kita pancing, nggak bisa nolak. Yaa tipe-tipe cowok normal gitu lah."

 

 

"Tapi lo udah pernah dicium Ta?" Nadia jadi penasaran.

 

 

"Pernah waktu main ke rumah, gue duluan tapi yang maksa," ucap Mita yang mendapat lemparan boneka di wajah dari sepupunya.

 

 

"Idih nggak ada malunya lo, Ta." Nadia memasang tampang jijik yang membuat saudaranya itu tertawa lagi.

 

 

"Yang kemaren lo nemuin kita di bawah tangga juga dia abis nyium gue."

 

 

"Serius demi apah? Dia masih cowok gue sialaan." Nadia reflek terbangun dan mencekik sepupunya main-main.

 

 

Mita menceritakan niatnya yang ingin menjebak pemuda itu dengan foto ciuman di pipi, tapi malah dirinya yang merasa terjebak.

 

 

"Lo tampar nggak?" Tanya Nadia.

 

 

"Apaan, gue lemes."

 

 

Nadia berdecak malas, "lo nyuruh gue nabok tu anak, lo sendiri juga nggak bisa. Eh tapi masih ada nggak fotonya?"

 

 

"Ada nih, lo mau liat."

 

 

"Idih, hapus Ta, dia cowok gue." Nadia  menarik-narik lengan baju sepupunya gemas.

 

 

"Foto gue nyium Edo juga ada."

 

 

Nadia terdiam, cengkramannya di kaus gadis itu terlepas, wajahnya tampak pias. "Serius?" Tanyanya.

 

 

Mita mengangguk, memperhatikan raut sepupunya yang tampak tidak percaya. "Nat?" Panggilnya lirih dengan mencondongkan wajahnya demi melihat raut sepupunya yang berubah kusut. "Gue bercanda."

 

 

"Mitaaa!" Nadia berteriak marah, "nggak lucu tau nggak," omelnya nyaris menangis.

 

 

"Lo beneran suka sama Edo tau Nat, gue aja nanti yang ngomong biar dia nembak lo."

 

 

"Ih jangaan."

 

 

"Gue bercandain tentang Ardi lo nggak sesedih ini."

 

 

"Mungkin gue emang juga nggak ada rasa sama Ardi, cuma sekedar suka dan nyari status yang nggak bisa gue dapet dari Edo, apa besok gue putusin Ardi aja ya?"

 

 

"Jangan dulu, kita kerjain dulu tu titisan kulkas dua pintu, biar tau rasa."

 

 

"Kerjain gimana?" Tanya Nadia, dan Mita membisikan sesuatu pada gadis itu. "Ah, gue nggak mau."

 

 

"Yaudah, kalo nggak mau ntar gue bilangin Edo tentang perasaan lo."

 

 

"Jangan, gue malu."

 

 

"Yaudah ikutin aja ide gue, biar tu anak kena batunya," ucap Mita, kemudian memeluk saudaranya, dalam hati dia juga bersumpah akan menceritakan tentang semuanya pada Edo. Mereka berhak bahagia.

 

 

***

 

 

Sampai di rumah sakit, Ardi menduduki sofa di salah satu ruangan tempat kakak perempuannya, pemuda itu memperhatikan Karin yang tampak sibuk mengajak dua anak bayi berbicara.

 

 

"Bang Ar, dia ketawa." Karin berseru senang, membuat Nena yang ikut melihatnya jadi tersenyum.

 

 

"Mbak Nena, si kembar namanya siapa?"

 

 

Nena yang sudah terlihat segar tampak berpikir, "ada deeh," ucapnya yang membuat Karin kecewa.

 

 

Ardi beranjak berdiri, mendekati dua wanita itu kemudian melongok pada dua bayi yang terlihat anteng di tempat tidurnya.

 

 

Tidak lama kemudian suara pintu terbuka membuat ketiganya menoleh, William yang menggenggam buket bunga di tangannya masuk ke dalam ruangan dengan Justin menyusul di belakang. Lily kekasih pria bule bernama William itu juga ikut serta.

 

 

"Hay, Selamat yah sayaang," ucap William berniat memeluk Nena yang mendapat tarikan di kerah baju dari suami wanita itu.

 

 

Pria bule itu pun berdecak sebal lalu berbelok pada Karin dan merentangkan tangannya pada gadis itu. "My princes," ujarnya yang kemudian malah mendapat pelukan dari Ardi. "Ya Tuhan kenapa kalian posesif sekali. Ingin peluk saja tidak boleh," keluhnya.

 

 

"Bang Bule kapan bisa punya yang kaya begini." Karin menunjuk bayi kembar di hadapannya.

 

 

Setelah menyerahkan bunga di tangannya pada Nena, William menjawab. "Kapan yah? Kira-kira kau maunya kapan?" William malah bertanya pada Lily di sebelahnya.

 

 

"Kenapa kau tanya aku."

 

 

William yang tertawa kembali menoleh pada Karin. "Nanti ada saatnya," ujarnya yang mendapat cebikan dari gadis itu.

 

 

William mengalihkan perhatiannya pada bayi kembar yang begitu lucu dan mengajaknya berbicara.

 

 

Karin menyingkir, merogoh saku jaket saat ada pesan masuk ke hpnya.

 

 

Mbak Nadia? Karin bertanya dalam hati.

 

 

"Kenapa?" Tanya Ardi yang melihat keanehan pada gadis di sebelahnya.

 

 

Karin menggeleng, "nggak apa-apa," jawabnya.

***iklan***

 

 

Netizen: Kenapa Nadia sama Mita bisik-bisik sih thor?

 

 

Author: Biar kaya cerita sinetron, udah tau di kamar cuma berdua, tapi nyusun rencananya bisik-bisik, biar apa coba, kan gue kesel.

 

 

Netizen: Yaelah kesel sih dipraktekin.

 

 

Author: Biar lu pada ikut kesel kaya gue. Haha

 

 

**makasih ya buat sarannya, gue seneng banget baca komen yg panjang-panjang biarpun isinya  promosi juga gue seneng aja udah.

 

 

Jangan ragu buat nagih cerita, karena gue percaya kalian itu pembaca setia, gue nggak bakal marah karena gue tau rasanya nulis tapi nggak ada yang baca.

 

 

Makasih buat kalian. Jangan lupa kasih bintangnya ya 🤣🤣 set dah udah kaya ojek online gue.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1
Nini
berkali kali ngulang baca cerita ini tetep aja seru dan bagus recommend banget dehhh pokoknya🫶
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
astaga nama grup macam apalah itu /Facepalm//Facepalm/
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
ih ada ondel² marah nih kabur aja yukk 🏃🏃
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
bilang aja kamu cemburu ar tapi kamunya aja yang gak peka /Proud//Proud/
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
ih karin mending kamu ga usah tau deh /Chuckle//Chuckle/
Rahmaara269💋👻ᴸᴷ
ya ampun ayo cepetan lari buru emakmu keluar arr /Facepalm//Facepalm/
fy
kira'' KK author masih nulis di noveltoon apa di KBM ajh yah?
Yo Zhibin❤️💞
Wuiiih..keren nih bajunya..🤔
Yo Zhibin❤️💞
So happy ending..see you 😘😘😘
Yo Zhibin❤️💞
Aih.. Jino Nino ga mau kalah sama Arka 😂😂😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Astaghfirullah..Jino kalimatnya..ampun dah..😂😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Ya elah..bang Ar mah..ga ada bosen2 nya sama Candu 🤭🤭😂😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Karin yg ngidam..kenapa Q yg seneng liat minta ini itu nya..😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Q bakal ikutin terus cerita kamu thoor..😘👍👍
Yo Zhibin❤️💞
Yeee...tambah seru nih.. Thor..Q promoin di SW ya..😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Yg lama di tunggu.. akhirnya gadis 2😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Yes..terbaik Aldo 👍😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Baca di laman ini lebih seru..ketimbang di kolom sebelah yg butuh Coin😂😂 makasih kak adeannisa 😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
dasar somplak semuanya..ga Buronan mitoha.. author+ netizen jua..😂😂😂😂
Yo Zhibin❤️💞
Jiaaaah..ini bulan lagi honey moon konsepnya kalo rame2..😂😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!