NovelToon NovelToon
MADU YANG KU NAFKAHI

MADU YANG KU NAFKAHI

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Suami Tak Berguna / Selingkuh / Romansa
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Mursyidah Awaliyah adalah seorang TKW yang sudah lima tahun bekerja di luar negeri dan memutuskan untuk pulang ke kampungnya. Tanpa dia tahu ternyata suaminya menikah lagi diam-diam dengan mantan kekasihnya di masa sekolah. Suami Mursyidah membawa istri mudanya itu tinggal di rumah yang dibangun dari uang gaji Mursyidah dan bahkan semua biaya hidup suaminya dan juga istrinya itu dari gaji Mursyidah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENIKAH LAGI

Pagi-pagi sekali Aini berangkat dari tempat kosnya menuju desanya. Hari ini dia minta izin cuti kuliah selama dua hari karena ingin menemui kakaknya yang baru pulang dari luar negeri. Sejak diberi kabar oleh Handika cucu mbok Walijah jika kakaknya telah pulang, Aini sudah tidak sabar untuk segera sampai dan bertemu dengan sang kakak yang sangat dirindukannya.

Setelah menempuh dua jam perjalanan akhirnya Aini sampai di rumahnya. Aini segera menemui mbok Walijah saat melihat pintu rumahnya yang tertutup rapat.

"Mbak Aliyah kemana mbok?" tanya Aini setelah menyalami Mbok Walijah, wanita tua yang menjadi pengganti ibunya setelah ibunya tiada.

"Aliyah sedang pergi ke makam, mungkin sebentar lagi dia pulang. Kamu kok pagi sekali sudah sampai di sini nduk? jam berapa kamu berangkat? jangan berangkat terlalu pagi, masih sepi berbahaya untuk gadis sepertimu,"

Mbok Walijah menasehati Aini sambil mengusap-usap punggung gadis dua puluh tahun tersebut. Aini sudah seperti anaknya sendiri bagi Mbok Walijah, karena sejak kecil sudah dekat dengannya bahkan dia menyayangi Aini sejak baru lahir. Mbok Walijah sangat menyayangi Aini seolah Aini adalah putri bungsunya. Apalagi sejak ibu gadis itu meninggal perasaan kasihan dan sayangnya semakin bertambah.

"Kenapa Mbak Aliyah pulang mbok? Bukankah kontrak kerjanya masih ada dua bulan lagi? Apakah karena ibu? Siapa yang mengabarkan padanya tentang ibu?"

"Mbok belum bertanya soal itu, kenapa dia pulang. Mbok rasa bukan karena kepergian ibumu. Aliyah juga baru tau tentang ibumu dari mbok, dia sangat terkejut dan juga terpukul saat mbok kasih tau. Mbakmu itu menangis semalaman, tadi pagi matanya masih bengkak mbok liat."

Mbok Walijah merogoh kantong daster yang dipakainya dan mengeluarkan beberapa kunci yang terikat kain dan memberikannya pada Aini. Kunci itu sengaja dititipkan oleh Mursyidah agar Mbok Walijah bisa masuk jika butuh sesuatu saat dia pergi.

"Itu mbakmu nduk!" tunjuk Mbok Walijah ke ujung jalan setapak yang ada di samping rumah.

Aini berlari menuju kakaknya dengan tersenyum senang. Tangisnya tumpah setelah menubrukkan dirinya pada kakaknya. Mursyidah pun demikian, air matanya kembali mengalir saat memeluk adiknya. Mungkin matanya akan kembali bengkak karena terlalu banyak menangis.

Aini mengurai pelukannya dan menatap kakaknya bingung saat kakaknya itu mengatakan bertemu dengan ibu mereka.

"Mbak ketemu ibu?"

Kening Aini mengernyit melihat pada kakaknya. Dengan airmata yang masih berderai Mursyidah tersenyum pada adiknya. Dia teringat mimpinya semalam, ingat kata-kata ibunya yang menitipka Aini padanya, tapi dia tidak ingin mengatakan itu pada Aini.

"Iya... mbak baru saja mengunjungi ibu ke makamnya," jawab Mursyidah akhirnya. Kedua kakak beradik itu berjalan menuju ke rumah mereka.

"Mbok ikut ke rumah kami mbok, aku mau bagi oleh-oleh," kata Mursyidah saat melihat Mbok Walijah dan Handika berjalan menuju rumah mereka.

"Nanti saja nduk, kalian mengobrol dululah berdua," tolak Mbok Walijah. wanita tua itu mengikuti cucunya masuk ke dalam rumah.

"Ini motormu?"

Mursyidah menunjuk motor tua berwarna merah yang terparkir di sudut halaman di sisi teras rumah mereka.

"Iya mbak. Ibu membelikanku motor bekas karena aku kesulitan

"kamu bawa motor ke tempat kos kamu?"

"nggaklah mbak... aku bawa motor cuma sampai pangkalan di kecamatan, dari situ aku naik angkutan umum sampai terminal. Ibu melarang aku bawa motor sampai ke kosan karena terlalu jauh," terang Aini menjelaskan. Mursyidah menganggukkan kepalanya,

"Sama. Mbak juga nggak akan mengijinkan kamu bawa motor ke jalan raya. Oh ya mbak boleh pinjam motor kamu nggak? Mbak mau pulang ke rumah hari ini atau kamu antarkan mbak saja pulang. Mas Gun gak tau kalau mbak sudah pulang. Mbak mau memberikan kejutan padanya."

Mursyidah mengulum senyumnya membayangkan kalau suaminya itu pasti akan terkejut melihatnya yang pulang tiba-tiba.

"Mbak, aku mau ngomong sesuatu. Aku..."

Aini mencekal tangan kakaknya. Dia ingin mengatakan yang sebenarnya pada kakaknya, tapi kata-katanya hanya sampai di situ, tenggorokan Aini rasanya seperti tercekik. Aini tidak berani meneruskan kalimatnya. Matanya menetap sendu pada Mursyidah.

"Nanti aja pulang ke rumahmu mbak."

Akhirnya kata-kata itulah yang keluar dari mulutnya. Aini menulan ludahnya beberapa kali untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering dan pahit. Dia kembali memandangi kakaknya. Harus bagaimana cara menyampaikannya.

"Kenapa nanti? Sekarang aja mumpung ada motor kamu, kalau berjalan kaki kan lumayan jauh. Mbak juga capek apalagi baru datang kemarin," protes Mursyidah tidak setuju. "Jadi kamu nggak mau nganterin mbak? Atau kamu nggak mau meminjamkan motor kamu sama Mbak?" lanjut Mursyidah lagi dengan pura-pura merajuk.

"Bukan begitu mbak... aku kan masih kangen sama kamu. Aku mau bermanja-manja dulu sama kamu. Kalau kamu sekarang pulang, adikmu ini bagaimana? Aku mau menginap di sini malam ini mbak, aku mau merasakan tidur bersama kamu lagi. Udah lama banget kita nggak tidur bareng. Aku kangen mbak."

Mursyidah membiarkan Aini berceloteh mengenang masa-masa kebersamaan mereka ketika ibu mereka masih ada, sementara tangannya memutar kunci pintu. Pintu terbuka lebar dan Mursyidah pun masuk sambil menepuk-nepuk tangan adiknya yang bergelayut manja di lengannya. Adiknya itu seolah tidak mau melepaskan tangannya sambil terus berceloteh apa saja mengenai kebersamaan mereka di masa lalu.

"udah ceritanya? Mbak mau ke kamar dulu sebentar."

Mursyidah melepaskan tangan Aini yang masih memeluk erat lengannya, lalu masuk ke kamarnya. Aini tidak menjawab, dia mengikuti kakaknya itu masuk ke kamar. Mursyidah membuka tas kopernya yang besar dan mengambil pakainnya di sana. Wanita itu mengganti daster yang dikenakannya dengan tunik bermotif dan celana panjang warna hitam.

"Antarkan mbak sebentar ya... mbak nggak akan bawa pakaian mbak dulu. Mbak cuma mau memberi kejutan saja sama mas Gun, ntar mbak minta ijin sama mas Gun buat nemenin kamu di sini nanti malam. Gimana? kamu mau kan?"

Mursyidah melirik Aini yang duduk di tepi tempat tidur sambil menatap sendu padanya. Mursyidah sempat tertegun saat melihat cara pandang adiknya itu. Ada kesedihan yang terlihat di sana yang tidak ingin dia ceritakan. Mungkin Aini tidak ingin kakaknya pergi lagi, begitulah yang ada dalam pikiran Mursyidah. Pastilah adiknya itu tidak ingin kehilangan yang kedua kalinya. Dia pasti tidak ingin kehilangan Mursyidah setelah kepergian ibu mereka untuk selama-lamanya. Mursyidah merapikan hijab pashmina yang baru dipakainya setelah itu dia mendekati Aini dan duduk di sebelah adiknya tersebut.

"Aini... mbak tidak akan pernah meninggalkanmu, apa pun yang terjadi mbak tidak akan meninggalkanmu. Kamu adalah adikku, tapi bagaimanapun mbakmu ini punya suami. Mbak harus menemui suami mbak dulu dan meminta ijin padanya. Yuk ikut mbak ke sana!"

Mursyidah menatap wajah sedih Aini dan membelai lembut kepala adiknya yang tertutup hijab hitam tersebut. Aini balas menatap kakaknya, seulas senyum terbit di wajahnya yang sendu. Mursyidah melihat seperti dipaksakan

"Mbak nggak usah ke sana ya,"

Aini mencoba membujuk kakaknya agar mengurungkan niatnya. Gadis itu beberapa kali meneguk ludahnya. Dia ingin menyampaikan sesuatu yang sejak tadi tahan di hatinya. Mulutnya terasa berat mengatakannya. Aini tidak ingin kakaknya itu kembali bersedih setelah baru saja mengetahui kematian ibu mereka.

"jadi kamu betulan nggak mau mengantar mbakmu ini? Ya sudah mbak berangkat sendiri saja, mbak pinjam motormu sebentar!"

Mursyidah bangkit dari duduknya. Dia tahu adiknya itu belum mau jauh darinya, tapi bagaimana lagi dia harus bertemu suaminya terlebih dahulu. Dia pun rindu bertemu dengan suaminya setelah sekian tahun mereka berjauhan. Mursyidah tidak akan membawa tasnya, biarlah nanti suaminya yang menjemput semua barang-barang bawaannya.

"Mana kuncinya? Mbak pinjam dulu!"

Mursyidah menadahkan tangannya di depan wajah Aini yangmasih duduk terdiam di sisi tempat tidur.Ani mencekal tangan Mursyidah dan menengadah menatap wajah kakaknya. Setitik bening mengenang di sudut matanya.

"Mbak... " Aini kembali meneguk ludahnya. "Mmas Gun menduakanmu mbak. dia sud-sudah menikah lagi."

Aini cepat-cepat menunduk tidak berani menatap mata kakaknya. Gadis itu menghapus air matanya yang langsung turun seketika.

"Maksud kamu apa mengatakan begitu. Segitunya kamu melarang mbak untuk pergi," ujar Mursyidah kesal setelah beberapa saat terdiam mendengar ucapan adiknya. Menurutnya perkataan adiknya itu tidak masuk akal karena saking kangennya dan ingin berlama-lama dengannya.

Be-benar mbak, aku nggak bohong. Suamimu itu sudah menikah lagi dia bahkan membawa istri barunya itu tinggal di rumah kalian."

Aini mengangkat wajahnya yang sudah penuh air mata, berusaha meyakinkan Mursyidah dengan tatapannya.

Mursyidah diam terpaku. Otaknya berusaha mencerna ucapan adiknya. Perlahan wajahnya memucat dan mata membelalak, seolah kabar itu tidak bisa diterima oleh akal sehatnya. Badannya gemetar, kedua tangannya terkatup erat mencari pegangan, sementara napasnya terasa berat dan tidak teratur. Suaranya tercekat di kerongkongan, tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun, seakan-akan semua kata telah hilang dari ingatannya.

Pandangan Mursyidah kosong seperti orang yang berada dalam mimpi buruk yang tidak bisa diakhiri. Baru saja dia mengetahui tentang kematian ibunya yang mendadak dan sekarang dia harus mendengar berita lain yang kembali menyayat hatinya.

"Menikah lagi? Mas Gun menikah lagi," lirih Mursyidah nyaris tak terdengar.

1
Siti Zaid
Author..terima kasih selalu update ceritanya berkali2...cerita makin menarik..kakak tunggu terus sambungan cerita nya...🤭
Hasri Ani: heheee makasi kembali sudah mampir... 😁😁
total 1 replies
Siti Zaid
Malangnya mursyidah bersuamikan Gunadi..sepatutnya dia merasa bimbang dan risau akan keselamatan mursyidah..malah harta warisan yg difikirkan😠benar2 benalu siGunadi
Ma Em
Gunadi bkn nya sedih mendengar kabar bahwa Mursydah kecelakaan dan meninggal eh malah senang karena akan dapat warisan , tdk taunya Mursydah nya msh sehat segar bugar tambah cantik lagi pasti Amar akan menyesal .
CB-1
semakin menarik ceritanya..makasih author cantik sehat slalu biar makin banyak update nya
Hasri Ani: aamiin.. semoga suka dengan cerita nya😁😁
total 1 replies
CB-1
penasaran apa yg di sembunyikan kinasih
Siti Zaid
Author..terima kasih sudah update berkali2..terbaiklah👍👍👍
Hasri Ani: makasih kembali sudah mampir say... 😁😁
total 1 replies
Siti Zaid
Betapa tidak tahu malu Astuti..sudah rampas suami mursyidah..malah duit hasil titik peluh mursyidah pun dia nak juga..dasar benalu...😠
N Wage
semangat Thor...kutunggu lanjutannya.
N Wage
TOP👍👍👍👍♥️♥️♥️
aku suka cerita halu yg realitis.
N Wage
dan cahaya adalah anak Gunadi yg gak diakui oleh Gunadi.
N Wage
apakah Kinasih pernah selingkuh sama Gunadi?
Ma Em
Bagus Mursydah kamu jgn tertipu lagi sama suamimu yg mokondo itu Mursydah cuma di porotin duitnya doang untuk kasih menyenangkan istri mudanya juga keluarganya , balas semua perbuatan Gunadi yg sdh membohongimu Mursydah buat si Gunadi menyesal .
Hasri Ani: sabar saaayyy sabaaar🤭🤭🤭
total 1 replies
Siti Zaid
Geram banget pada Gunadi..bohong terus ya hidupnya sekarang..takut ketahuan...sayang semua kelakuan busuknya sudah diketahui sama mursyidah...
Siti Zaid
Terima kasih author selalu update ceritanya...👍👍👍penasaran apakah ada rahsia yg disembunyikan kinasih..
Siti Zaid
Nyaris ketahuan sama Gunadi..kalau ketahuan bisa2 nya gagal rancangan mursyidah...
Ma Em
Sudah tdk sabar Thor Mursydah bertemu dgn Gunadi setelah melihat Mursydah cantik pasti Gunadi kaget , tapi Mursydah tetap hrs cerai sama Gunadi biar Mursydah berjodoh dgn ayah temannya Amar 😄😄
Hasri Ani: 🤣🤣🤣ketika jodoh diatur netizen🤣🤣🤣.. hehehe makasi sudah mampir semoga tetap suka ceritanya..
total 1 replies
Siti Zaid
Author ditunggu lanjutannya ya..nak lihat bagaimana mursyidah membalas sakit hatinya pada suami dan juga madunya😠
Hasri Ani: makasi say sudah mampir.. sehat selalu
total 1 replies
Siti Zaid
Terima kasih author sudah update beberapa episode lagi👍👍👍
Siti Zaid
Mursyidah..perempuan yg dikhinati itu harus kuat dan tabah..bangunlah dan balas semua perbuatan suami mertua dan madu mu itu...biar mereka menyesal kerana telah mengkhanati kamu😠
Siti Zaid
Cerita yg menarik..author anda hebat kerana bisa bikin cerita bisa bikin hati panas bila membacanya..terbaik👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!