Malam itu di sebuah ruang VIP karaoke, seorang CEO perusahaan besar sekaligus pemilik tempat hiburan malam, merenggut kesucian Nisa dalam keadaan mabuk.
"Sakit Andreassss,,,,!!" Teriak Nisa.
Pikirannya kalut dengan kejadian mengenaskan yang sedang menimpanya.
"Hentikan.!! Kau ib liss.!! Lepaskan aku.!!"
Nisa begitu frustasi dengan kejadian itu. Kebencian dan rasa sakitnya pada Andreas, membuat Nisa bertekad untuk membalas dendam pada laki - laki yang telah merenggut paksa kesuciannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Andreas ikut masuk ke dalam kontrakan Nisa. Pria itu memaksa masuk dengan alasan mau ke kamar mandi.
"Kamu bisa mengemasi barang-barang kamu dari sekarang, pernikahan kita beberapa hari lagi dan kamu akan langsung tinggal di apartemenku." Kata Andreas. Pria itu sedang mengedarkan pandangan ke semua sudut ruangan berukuran 4 kali 6 meter itu. Barang-barang di sana tertata rapi dan bersih. Meski kecil tapi sepertinya sangat nyaman untuk di jadikan tempat beristirahat melepas penat setelah bekerja.
"Barang-barang ku nggak banyak, nggak butuh waktu sehari untuk mengemasinya." Jawab Nisa.
"Kamu bisa tunggu di luar Ndre, aku mau mandi sekarang." Nisa menyuruh Andreas keluar dari kamarnya, lagipula laki-laki itu sudah selesai ke kamar mandi, jadi tidak ada alasan lagi untuk tetap berada di dalam kontrakan Nisa.
"Memangnya kamu mau mandi disini.?" Kata Andreas sambil tersenyum geli. Dia sudah keluar dari kamar mandi, jadi bukannya tidak masalah kalau dia tetap berada di dalam kontrakan Nisa. Kecuali kalau perempuan itu akan mandi di luar kamar mandi.
"Buruan mandi, kita harus ke salon setelah ini." Ucap Andreas lagi. Dia tetap tak mau keluar dari kontrakan Nisa dan malah menyuruh Nisa untuk buru-buru mandi. Karena enggan berdebat, Nisa membiarkan Andreas berbuat semaunya.
20 menit berlalu, Nisa keluar dari kamar mandi dengan dress elegan yang sudah melekat sempurna di tubuhnya. Dan rambut yang sedikit basah, membuat Andreas menatap tertegun.
Kedua manik matanya terus mengikuti pergerakan Nisa, sampai gadis itu berhenti di depan meja rias dan duduk di dapan cermin.
Sementara itu, Nisa yang menyadari bahwa dirinya sedang di perhatikan oleh Andreas, mencoba untuk bersikap tenang dan pura-pura tidak tau bahwa dirinya tengah menjadi pusat perhatian Andreas.
Nisa mengambil hairdryer, mulai menyalakannya dan mengarahkan pada rambutnya yang masih basah.
"Sini biar aku bantu,," Andreas berjalan mendekat, berdiri tepat di belakang Nisa lalu mengambil hairdryer dari tangannya.
Andreas mengambilnya begitu saja tanpa permisi, dan langsung membantu Nisa mengeringkan rambut.
"Nggak usah Andreas, aku bisa sendiri,," Nisa menolak bantuan Andreas, mencoba mengulurkan tangan ke belakang sembari menatap wajah Andreas dari pantulan cermin.
"Santai saja. Nanti setelah menikah, aku yang akan mengeringkan rambutmu setiap hari." Jawabnya. Andreas ikut menatap Nisa yang terlihat tersenyum padanya.
"Sepertinya aku akan sangat beruntung selama menjadi istrimu." Kata Nisa. Kalimat pujian itu tak ayal membuat Andreas ikut mengukir senyum.
"Bukan kamu yang beruntung, tapi aku yang beruntung karna bisa mendapatkanmu." Balas Andreas tak kalah memuji kesempurnaan Nisa. Apalagi wanita itu sangat menjaga kesuciannya, membuat Andreas merasa bangga bisa menjadi yang pertama.
...****...
"Aku gugup Andreas,," Nisa memberanikan diri menyentuh tangan Andreas setelah keluar dari mobil. Keduanya sudan sampai di restoran dan bersiap untuk masuk ke dalam.
Walaupun Andreas selalu menyuruhnya untuk tenang dan tetap percaya diri dengan kecantikan dan kesempurnaan yang dia miliki, tapi semua itu tak bisa memberikan kepercayaan Nisa di depan orang tua Andreas yang memandang dari segi materi. Dan Nisa tak bisa percaya diri karna dia hanya terlihat seperti debu bagi orang tua Andreas.
"Jangan khawatir, aku akan selalu di sampingmu."
Andreas mengusap tangan Nisa untuk mengurangi kegugupan wanita itu.
"Lagipula kamu tau sendiri kalau mereka sudah menerimamu." Ucapnya lagi. Tadi saat perjalanan pulang dari salon, Nisa berulang kali mengatakan gugup dan takut bertemu kembali dengan kedua orang tua Andreas. Dia takut kedua orang tua Andreas tak menyambutnya dengan baik, mengingat di sana juga ada menantu Nyonya Zoya dan Tuan Chandra yang sama-sama berasal dari keluarga konglomerat.
"Tapi kakak mu dan kakak ipar mu.? Apa mereka akan menerimaku.?" Nisa menunjukkan kecemasan melalui sorot mata dan ekspresi wajahnya.
"Mereka berdua sangat baik, pasti akan menerima mu." Andreas menjawab yakin.
Tapi meski Andreas terlihat yakin, Nisa tetap ragu keluarga Andreas benar-benar bisa menerimanya dengan tulus.
"Ayo, mereka sudah menunggu di dalam."
Andreas menggandeng tangan Nisa, membawa wanita itu masuk ke restoran mewah.
Seorang pelayan menyambut kedatangan Andreas, pelayan yang sudah mengenal pria itu.
"Mari Tuan, saya antar ke atas,,"
Andreas hanya mengangguk, berjalan mengikuti pelayan itu ke lantai atas sambil terus menggandeng tangan Nisa.
Nisa menarik nafas dalam saat pelayan itu akan membukakan ruang VIP di mana keluarga Andreas berada di dalam.
"Tenanglah, aku pastikan mereka akan menyambut dan memperlakukanmu dengan baik." Ucap Andreas meyakinkan. Nisa mengangguk, mencoba percaya pada Andreas.
Karna Andreas pasti akan membelanya jika salah satu dari mereka merendahkannya.
"Silahkan masuk Tuan, Nona," Pelayan itu mempersilahkan kedua untuk masuk.
Genggaman Nisa di tangan Andreas semakin erat. Wanita itu benar-benar gugup, tidak siap kalau harus menerima hinaan dari orang tua Andreas.
Nisa sampai menundukkan pandangan, tak berani langsung menatap mereka saat masuk ke dalam.
Nisa hanya bisa mendengar suara canda tawa penuh kebahagiaan yang seketika sunyi saat dia dan Andreas masuk.
"Malam, maaf kami terlambat." Kata Andreas dengan suara berat dan datar. Tiba-tiba gaya bicaranya berubah, lebih menunjukkan kharismanya.
"Tidak masalah Nak, ayo duduk,," Hanya suara lembut Nyonya Zoya yang menyambut kedatangan Andreas dan Nisa. Sedangkan Tuan Chandra tetap memberikan tatapan tidak suka ke arah mereka, sama seperti saat Andreas membawa Nisa ke rumahnya. Dan reaksi kakak. serta kakak ipar Andreas, hanya memasang wajah santai.
"Angkat wajahmu, kamu harus percaya diri." Bisikan. Andreas tepat di telinga Nisa.
Dengan perasaan takut, Nisa mulai mengangkat wajahnya dan berusaha untuk tetap tenang dalam keadaan jantung yang berdetak kencang.
Nisa mengukir senyum ke arah mereka untuk memberikan kesan sopan, tapi senyum itu seketika redup saat melihat sosok yang sangat dia kenal ada di sana dan menjadi bagian dari keluarga Andreas.
alurnya menarik...
konfliknya buat emosi naik turun...
ga bs berhenti baca...penasaran terus...
jadi dendam mana yang didustakannnnn....👍👍✊️