Bocil dilarang keras mampir di sini. Bijaklah mencari bacaan. Dilarang komen negatif. Ini hanya sebuah cerita yang isinya hanya haluan, jadi jangan baper.
Karena pengkhianatan istrinya, Axel terluka, hingga luka itu mendarah daging. Memperegoki istrinya yang tengah bercinta dengan sahabatnya sendiri. Tak cukup sampai disitu, Hanna yang merupakan istrinya harus pergi selama-lamanya akibat perkelahian antar suami dan selingkuhannya.
Berimbas, Axel yang menjadi tersangka akan pembunuhan yang dilakukan sahabatnya sendiri. Axel mendekam selama 15 tahun di penjara. Saat terbebas, ia akan membalaskan dendamnya pada sahabat sekaligus pembunuh yang sebenarnya. Hasil dari perselingkuhan, hadirlah sosok wanita cantik yang menjadi incaran Axel untuk membalaskan dendamnya.
RANJANG PENGKHIANTAN (balas dendam)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode_021
Elle tengah sarapan, gadis itu hanya memotong-motong roti hingga roti hancur tak berbentuk. Carla melihatnya hampir menyatukan alis, ada apa dengan gadis itu? Pikirnya. Ia juga tak melihat tuannya, padahal ini sudah jam tujuh. Mungkin hari libur sehingga pria itu belum memunculkan batang hidungnya.
"Pulang jam berapa semalam?" tanya Carla, tapi Elle masih melamun. "Semalam pulang jam berapa?" Carla menyentuh bahu Elle.
"Apa, Mis?" Elle terkejut.
"Kenapa melamun? Tidak berselera?" tanyanya.
Gadis itu hanya tersenyum tipis, untuk bersuara pun terasa enggan. Elle meletakkan garpu di piring, lalu menjauhkan piring itu dari hadapannya. "Aku sudah kenyang," ucap Elle, gadis itu memilih pergi dan ingin menyendiri. Ia tak mungkin menceritakan kejadian semalam dengan daddy-nya bukan.
"Ada apa dengannya?" Carla menatap punggung gadis itu yang kian menghilang dari pandangan. "Kenyang dari mana? Rotinya saja tidak makan," gumamnya.
Elle berjalan menaiki tangga dengan cara menghentakkan kaki, bibir cemberut. Marah seorang gadis belia. Membuka pintu, menutupnya dengan punggung, bersandar di balik pintu itu. Tubuhnya merosot, tidak tahu harus berbuat apa. Lalu pandangannya tertuju pada ponselnya, ponselnya pun sepi. Padahal, semenjak Axel kembali ponselnya sering berdering meski hanya sebuah pesan masuk.
Axel selalu cerewet meski ia sedang berada di sekolah. Tapi hari ini, sejak kejadian semalam tak ada pesan satu pun dari pria itu. Elle beranjak dan langsung menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Tidak tahu harus melakukan apa hari ini, seharian mengurung diri di kamar.
* * *
"Apa, Tuan tidak pulang? Nanti nona Ell khawatir," kata Jose.
"Dia tidak akan mengkhawatirkanku, Jose. Mungkin saja sekarang dia marah padaku," jawab Axel, pria itu malah bersantai sambil menyeruput kopi dipagi hari.
Tak lama, ponsel milik Jose berdering. "Carla." ucap Jose seraya memperlihatkan layar ponselnya pada tuannya. Tapi Axel tidak peduli, ia malah beranjak pergi ke balkon.
Setelah menerima panggilan, Jose menghampiri tuannya. "Kata Carla, nona Ell tidak sarapan."
"Biarkan saja, terserah mau apa dengannya. Lapar juga nanti makan sendiri." Axel tidak mau mendengar alasan gadis itu, itu hukuman darinya untuk anak gadisnya. Mau berapa lama gadis itu bertahan tanpa dirinya.
Sampai menjelang malam, Elle tak keluar dari kamarnya. Gadis itu tetap menunggu kedatangan sang daddy, menantinya berada di balkon sambil menatap pintu gerbang.
"Ini sudah terlalu malam, apa Tuan tidak akan pulang?" tanya Jose. Axel melirik jam di tangan, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ia putuskan untuk pulang malam ini, berpikir kalau anak gadisnya pasti sudah tidur.
"Aku akan pulang sekarang, mobilku sudah kamu ambil di club?" tanyanya.
"Sudah, mobil itu ada di depan," jawab Jose.
Tanpa menunggu lagi, Axel pulang setelah Jose memberikan kunci mobilnya. Ia masih akan menghukum anak gadisnya. Untuk sementara ia tak akan menemui gadis itu.
_
_
_
Axel sampai di kediamannya, dari dalam mobil ia dapat melihat siluet seorang gadis berdiri di balik tirai. Ia yakin kalau Elle tengah menantikan kedatangannya. Tak lama, gadis itu menghilang. Lampu kamarnya mendadak gelap.
Axel masuk ke dalam rumah, pergi menuju kamar dan langsung mengunci pintu kamarnya. Cukup tidak menemui gadis itu.
Sedangkan Elle, ia membiarkan pintu kamar tidak terkunci. Berharap sang daddy akan masuk dan meminta maaf padanya. satu menit, lima menit, sampai setengah jam tidak ada yang membuka pintu kamarnya. "Daddy benar-benar marah padaku." Elle merasa sendirian, ia pun menangis dan tertidur dengan sendirinya.