NovelToon NovelToon
Wanita Milik 5 Tuan Muda

Wanita Milik 5 Tuan Muda

Status: tamat
Genre:Tamat / Perjodohan / Cintamanis / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Momoy Dandelion

Tantangan Kepenulisan Noveltoon

Bagaimana rasanya dijodohkan dengan 5 laki-laki tampan? Tanyalah kepada Irene Abraham.

Cantik, pintar, dan kayaraya membuat kehidupan Irene serasa sempurna. Apapun yang inginkan selalu bisa didapatkan dengan mudah. Hidupnya sangat bebas sesuka-suka hatinya.

Sampai suatu ketika, sang kakek berencana untuk menjodohkannya dengan salah satu putra keluarga Narendra. Ada lima tuan muda yang bisa Irene pilih menjadi pendampingnya, Alan, Alex, Alfa, Arvy, dan Ares. Kelima tuan muda memiliki sifat dan karakter yang berbeda.

Irene yang belum siap menikah, memutuskan untuk menyamar sebagai wanita jelek dan kampungan. Tujuannya satu, agar tidak ada dari kelima tuan muda yang akan menyukainya.

Apakah tujuan Irene berhasil? Ataukah Irene akan jatuh cinta pada salah satu dari kelima tuan muda itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21: Perkelahian

"Hah! Untung aku sudah menghubungi Beki kalau nanti aku bakalan pulang telat. Semua ini gara-gara wanita gila itu!" Irene menggerutu sembari menghapus penyamarannya.

Bertemu Sovia membuat hari indahnya hilang. Niat mau menikmati waktu jalan-jalan sendirian malah harus bertengkar dengan pacar Alan. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam toilet umum, membersihkan body painting yang sudah cukup acak-acakan karena keringat. Ia kembali pada mode cantiknya yang paripurna.

"Sovia ... Sovia ... kamu salah mencari musuh. Semakin kamu menggangguku, semakin ingin aku membuatmu menangis." Irene menatap dalam-dalam bayangan dirinya dalam cermin. Dengan wajah cantiknya ia bisa saja merayu Alan agar berpaling kepadanya. Apalagi jiwanya sangat kompetitif, tidak mau dikalahkan oleh orang lain.

"Sudahlah! Sekali-kali menikmati diri dengan wujud asli ...." Irene membenarkan dandanannya sembari bersenandung ria.

Orang-orang yang kemudian masuk toilet memandanginya dengan tatapan aneh karena ada orang cantik tapi bertingkah aneh. Irene mengenakan jaket kulit berwarna hitam untuk melengkapi penampilannya dengan celana jeans dan kaos putih. Tak lupa kaca mata hitam juga dipakai memberikan kesan penampilannya yang cool seperti yang biasa ia kenakan saat masih suka balapan liar.

Sepanjang jalan banyak mata yang memperhatikannya. Pemandangan yang sangat berbeda dengan saat ia menyamar. Baik lelaki maupun wanita terpesona dengan penampilan dan kecantikannya. Style yang dikenakan seakan khusus diciptakan untuk dirinya.

Dengan santainya Irene terus berjalan menyusuri keramaian taman kota saat malam sembari memakan es krim. Banyak sekali cosplayer hantu lokal mangkal di sana, menantikan orang yang ingin berfoto dengan mereka. Daripada hanya meminta-minta, setidaknya mereka sudah ada usahanya berdandan seseram mungkin menarik perhatian pengunjung.

"Kak ... mau foto?"

"Ah!" Irene terkejut sampai es krim di tangannya jatuh. Jantungnya seakan mau copot saat tiba-tiba seorang berpenampilan pocong menyapanya dari jarak dekat. Ia mengelus-elus dada sambil mengatur napas.

"Maaf ya, Kak. Hanya menawari saja," ucap si pocong.

"Tapi jangan bikin kaget dong, cong ... kalau aku punya penyakit jantungan bisa mati!" keluh Irene.

"Maaf ya ... mau foto bareng, nggak?" tanya si pocong lagi.

"Boleh, boleh ... sini!" Irene mengeluarkan ponselnya dan mengajak si pocong berswafoto.

Diberikannya dua lembaran merah dari dalam sakunya. Si pocong tampak kegirangan dan berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada Irene yang berlalu pergi. Irene hanya senyum-senyum sendiri dengan kelucuan hantu jadi-jadian tadi. Ia melanjutkan jalannya sembari memakan takoyaki yang baru dibeli.

Melewati salah satu gang yang sepi, langkahnya terhenti mendengar suara berisik seperti orang yang sedang bertengkar. Sepertinya ada sekelompok pemuda yang sedang mem-bully temannya. Itu suatu hal yang sudah lazim ditemukan di kota besar.

"Hahaha ... Ares ... Ares ... masuk tim basket karena nama besar kakekmu saja bangga. Sok jadi orang penting di kampus?"

"Tidak usah membawa-bawa nama kakekku!"

"Makanya jangan campuri urusanku!"

Irene yang hendak melangkahkan kaki mengurungkan niatnya mendengar peecakapan orang-orang yang ada di dalam gang. Ia mendengar suara yang familiar. Saat ia mendekat, ternyata benar. Ada Ares dan Fathir di sana.

Tubuh Ares dipegangi oleh anak buah Fathir. Sepertinya Ares hanya sendiri dikepung oleh Fathir dan kawan-kawannya yang banyak yang berjumlah lima orang.

"Apa sekarang kamu mau berlagak menjadi pembela orang-orang culun, hah? Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak mengganggu satu sama lain?" Fathir mencengkeram kerah leher Ares seraya melayangkan tatapan tajamnya.

Ares terkekeh. Lelaki di hadapannya sangat pengecut sampai harus keroyokan untuk melawannya. "Kenapa? Takut kalah pamor kalau aku naik?" ledeknya.

Bugh!

Satu pukulan dilayangkan ke pipi Ares. Ares yang tidak terima langsung memberontak, mendorong kedua orang yang sedari tadi memeganginya. Ia melawan keenam orang itu sekaligus.

Akibat jumlah lawan yang tidak seimbang, beberapa kali ia terkena pukulan. Memang sudah bisa dipastikan ia akan babak belur, namun seorang Ares tetap akan terus maju demi harga dirinya sekalipun harus terluka.

"Menyerah saja, Ares! Minta ampun dan berjanjilah tidak ikut campur urusanku lagi di kampus!" Fathir menginjak dad Ares yang sudsh terjatuh ke tanah. Ares tetap keras kepala tak mau melakukan apa yang Fathir inginkan.

Bruk!

Tubuh Fathir terdorong ke belakang sampai jatuh tersungkur. Seseorang menendangnya. Ares tercengang melihat orang yang menolongnya, seorang wanuta cantik dengan power tenaganya mampu menumbangkan Fathir dengan satu tendangan.

"Brengs3k! Siapa kamu!" Fathir tampak murka. Anak buahnya membantu dirinya berdiri dari sana.

"Aku cukup suka berkelahi. Apa boleh aku ikut beegabung?" tanya Irene sembari mengembangkan senyuman termanisnya.

"Wanita ini sepertinya sudah gila. Cepat minggir sebelum kamu menyesal!" perintah Fathir.

"Nggak mau ...." ejek Irene dengan nada dibuat-buat.

Ares yang tidak ingin melibatkan siapapun dalam masalahnya langsung bangkit berdiri menghampiri wanita itu. "Pergi dari sini," pintanya.

Irene tak menjawab, ia hanya tersenyum.

Fathir yang tidak sabaran, maju bersama para anak buahnya menyerang Ares. Lagi-lagi Irene melibatkan diri turut membantu Ares mengatasi mereka. Memang Ares agak khawatir wanita itu akan terluka. Tapi, melihat kemampuan bela dirinya yang lumayan, ia bisa bernapas lega. Keduanya saling bekerja sama menghadapi enam orang itu bersama-sama.

Fathir dan anak buahnya kewalahan menghadapi kedua orang itu. Jika hanya menangani Ares, mereka sangat sanggup. Ditambah satu wanita bar-bar itu membuat mereka kalang kabut dan akhirnya kabur.

Ares mengusap darah di sudut bibirnya. Ia mengatur kembali napasny yang memburu karena kelelahan. Diliriknya wanita yang ada di sebelahnya. Wanita itu masih terlihat cantik meskipun rambutnya terlihat sedikit berantakan setelah perkelahian.

"Terima kasih," ucapnya. Malam itu rasanya dia sangat beruntung, mendapatkan seorang penolong yang kecantikannya bak bidadari turun dari kahyangan.

"Kamu tidak perlu berterima kasih. Aku memang sedang butuh olahraga. Kebetulan sekali ada mereka." Irene tersenyum puas akhirnya otot-otot tubuhnya bisa dilemaskan setelah sekian lama. "Lukamu perlu diobati," ucapnya.

"Tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil." Ares mengelap keringat di dahi dengan lengan bajunya. "Sungguh memalukan aku sampai dibantu seorang perempuan untuk menghadapi mereka." Ia terkekeh dengan kejadian yang baru saja terjadi.

"Kenapa harus malu? Mereka seharusnya yang malu karena beraninya keroyokan."

"Hahaha ... iya, kamu benar. Sekali lagi terima kasih."

"Aku bilang tidak perlu berterima kasih, aku hanya menumpang lewat."

"Takiyakimu sampai tumpah gaga-gara tadi."

Irene melirik ke arah makanan yang tadi sempat diamankannya, ternyata memang tumpah terkena tendangan. "Ah, iya. Sayang sekali padahal ini enak." Wajah Irene tampak sedikit kecewa.

"Biar aku belikan lagi," sahut Ares.

"Hah?"

"Aku akan membelikanmu takoyaki sekaligus mengantarmu pulang."

Irene membeku. Dia tidak mungkin membiarkan Ares mengantarnya pulang, nanti mereka akan pulang ke rumah yang sama. Akan lebih runyam jika dia lebih lama di sana. Bisa-bisa Ares akan mengenalinya.

"Aku pergi dulu ... bye!" secepat kilat Irene melarikan diri sebelum Ares sempat menghentikannya.

1
Depiyanti Oktaviansyah
Luar biasa
GuGuGaGa_90
jalan ceritanya panjang tapi mantap... tapi aku lbh suka ren sama hamish... titik.
GuGuGaGa_90
hmm... dasar pentingkan diri sdri...
hamish tgh sekarat pun sempat lagi bercium... nyampahhhh
GuGuGaGa_90
kamu degil ren...
GuGuGaGa_90
menyerah jelah... awal2 dh aku x setuju ko dgn alan/Proud/
GuGuGaGa_90
Luar biasa
GuGuGaGa_90
baru je jumpa dh bergaduh .. hmmmmm
GuGuGaGa_90
Sorry aku Byk skip sbb terlalu panjang.
GuGuGaGa_90
kesian Alex la... kan Alex yg bersikap baik Dr awal... LG pun Alex x pernah bercium...
GuGuGaGa_90
hmmmm... x nakkkk/Cry/
GuGuGaGa_90
aku x mau irene sama alan/Left Bah!//Right Bah!/
GuGuGaGa_90
irene sama hamisah je
GuGuGaGa_90
jgn sama Alan kerana mulut Alan sudah x suci🤣🤣🤣🤣
Nuratul yurifah
Hamish
Nuratul yurifah
Irene sama Hamish aja!!!
Nuratul yurifah
apa jadinya ya kalo Bryan ketemu Hamish, bisa² langsung ditembakkk🤣
Nuratul yurifah
Kok aku lebih pro ke Hamish ya. gemesss banget sma Irene lebih cocok😉
Nuratul yurifah
Aku malah ngeshipp Irene sama Hamish😁
GuGuGaGa_90: btl2... sbb dh kenal lama... lagi pun hamish syg mati Kat irene
total 1 replies
Sisilia Fonny Alit
lucu dan nakal irene
Sisilia Fonny Alit
nakal sungguh irene tp kocak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!