GODAAN RANJANG SANG SEKRETARIS

GODAAN RANJANG SANG SEKRETARIS

Bab 1~

~RUMAH TANGGA YANG SURAM

***

"Enggak! Aku enggak mau punya anak dulu, Mas! Kamu 'kan udah tahu itu sejak awal kita nikah," pekik seorang perempuan cantik bernama Vanila. Dia menyorot tajam lelaki yang nampak terlihat frustrasi itu. Siapa lagi jika bukan suaminya sendiri.

Galang Aditya Pratama—seorang pengacara terkenal yang biasa menangani kasus perceraian. Seorang Galang yang biasa terlihat tegas akan berubah menjadi lemah bila di hadapan istrinya ini.

Apalagi Vanila adalah perempuan yang sangat dia cintai. Apa pun akan dia lakukan demi menyenangkan hati Vanila Pearce. Seorang model yang tengah naik daun, karirnya sedang berada di puncak popularitas.

Keduanya tengah berdebat masalah momongan. Sesuatu yang sangat riskan dan sensitif. Hal yang mampu memecah belah hubungan suami istri. Namun, mungkin itu hanya berlaku bagi pasangan lain. Dan tidak berlaku bagi kehidupan rumah tangga Galang dan Vanila.

Menunda momongan adalah salah satu syarat yang diajukan Vanila ketika Galang mengajaknya menikah. Meski hampir empat tahun lamanya mereka telah menundanya, namun tak ada sedikit pun niat Vanila untuk hamil.

Lantas, hari ini Galang mencoba mempertanyakan kesiapan Vanila. Kapan istrinya ini siap untuk hamil dan memiliki momongan seperti pasangan suami istri lainnya. Usia Galang yang sudah tak lagi muda menjadi faktor utama bagi lelaki tersebut mendesak Vanila.

Kemudian seperti hari-hari sebelumnya dan tahun-tahun yang lalu, Vanila akan marah dan kesal bila Galang bertanya soal anak. Vanila akan berubah menjadi dingin dan tidak akan pulang selama berhari-hari. Menjauhi Galang dengan alasan ingin mencari ketenangan.

Lalu seperti biasa pula, Galang yang harus mengalah dan hanya berkata, "Maaf. Aku enggak ada maksud buat menekan kamu, Sayang."

Dengan cara demikian Galang membujuk istrinya supaya tidak lagi marah dan kesal. Meskipun begitu, Vanila tetap tidak menggubris permintaan maaf suaminya. Vanila memilih pergi meninggalkan Galang tanpa berkata apa pun lagi. Meninggalkan lelaki tampan itu dengan segala kelemahannya.

"Heuhh ...," Menghela napas berat seraya menatap nyalang kepergian Vanila. "Kapan kamu berubah, Van? Kapan kamu memprioritaskan hubungan kita, ketimbang karir kamu?" gumam Galang yang tidak tahu lagi harus berbuat apa demi merubah sifat Vanila.

Tak lama fokusnya pun teralihkan dengan suara nada dering ponsel di saku kemejanya. Galang meraih ponsel tersebut kemudian melihat nama yang tertera. Panggilan dari asisten pribadinya di kantor, yang segera dia angkat.

"Iya. Ada apa?" tanyanya begitu benda pipih itu menempel di telinga.

Alis Galang seketika tertaut. Entah apa yang dibicarakan oleh asisten pribadinya di seberang sana. Raut mukanya berubah menjadi dingin.

"Kamu urus dia dulu. Saya segera datang ke sana." Galang gegas memutus sambungan telepon dan menaruhnya lagi di saku kemeja. "Sepertinya aku harus mencari sekretaris baru."

Lelaki bertubuh tegap itu segera bangkit dari tempatnya, dan pergi dari sana dengan tergesa-gesa. Tak lupa dia meninggalkan lima lembar uang ratusan ribu di atas meja.

_

_

"Harusnya kamu jangan mendadak seperti ini kalau mau mengundurkan diri. Jadi saya tidak pusing begini." Galang berucap kepada sekretarisnya yang bernama Anggi sambil memijat pelipisnya.

Anggi sendiri adalah sekretaris pribadi Galang di firma hukum miliknya. Gadis itu mendadak mengundurkan diri tanpa alasan yang jelas hingga membuat Galang menjadi pusing. Mencari seorang sekretaris pribadi itu sangatlah sulit. Jadwal Galang yang padat mengharuskannya mempunyai asisten sekaligus sekretaris.

"Maafkan saya, Pak. Saya terpaksa harus undur diri karena orang tua saya mau menjodohkan saya dan menyuruh saya untuk segera pulang." Anggi menjawab lirih dengan posisi kepala yang terus menunduk. Gadis itu takut dan merasa bersalah kepada atasannya yang terkenal sangat baik itu.

Alasan Anggi seketika membuat Galang mengembuskan napas berat. Zaman sekarang masih saja ada perjodohan semacam itu—pikirnya.

Menyondongkan badan dan menatap tajam Anggi yang masih menunduk, lantas Galang bertanya,

"Terus gimana sama jadwal-jadwal saya, Nggi?Gimana? Siapa yang akan urus itu semua? Saya enggak bisa kalo cuma ngandelin Kevin. Dia juga punya tugasnya sendiri."

Kevin adalah asisten pribadi Galang yang mempunyai segudang pekerjaan. Dari mulai mendatangi klien penting juga mengkonfirmasi bila klien Galang mendadak membatalkan rencana memakai jasa pengacara tersebut.

Anggi sontak mengangkat kepalanya.

"Kalau Pak Galang tidak keberatan, saya ada, kok, Pak temen. Kebetulan dia sedang mencari pekerjaan," tawar Anggi yang disambut semringah oleh Galang.

"Boleh." Galang menghela napas lega. "Suruh teman kamu ke sini besok. Saya mau lihat orangnya dulu. Bagi saya pengalaman tidak penting. Asal dia konsisten dan pekerja keras pasti saya akan menerimanya," tandasnya kemudian.

Dari dulu Galang tidak pernah melihat latar belakang para pekerjanya. Mau orang itu lulusan SD sekali pun, asal niat bekerja pasti Galang akan menerimanya dengan tangan terbuka. Contohnya ya si Anggi ini. Cuma lulusan SMA, Anggi bisa menjadi sekretaris pribadi dari seorang Galang Aditya Pratama. Itu pun dengan gaji yang cukup besar.

"Baik, Pak. Nanti saya akan bicara sama teman saya," ucap Anggi semringah. "Kalau begitu saya permisi dulu. Saya mau mencatat ulang semua jadwal Bapak supaya besok bisa langsung dipelajari oleh teman saya," tambahnya lagi yang langsung diangguki Galang.

Anggi pun berdiri dan segera pergi dari ruangan Galang dengan perasaan tenang. Atasannya memang sangat baik dan pengertian. Dia pikir Galang akan mengomelinya habis-habisan. Namun, pemikirannya ternyata salah.

Setelah kepergian Anggi, Galang beranjak dari kursi kebesarannya. Dia berjalan mendekati kaca besar yang ada di ruangan kerjanya. Jendela itu menampilkan pemandangan kota Jakarta secara langsung dari atas.

Tatapan Galang menerawang jauh ke masa depan rumah tangganya yang begitu suram.

"Heuhh ....," Menghela napas seraya memasukkan tangannya ke saku celana. "Nanti malam pasti Vanila enggak pulang lagi. Ponselnya saja mati," duga Galang yang seakan hapal betul perilaku Vanila.

Empat tahun menikah dengan Vanila, Galang jelas sudah hapal dengan semua sifat dan karakter istri super sibuknya itu. Keras kepala dan sangat sulit diatur. Karena rasa cinta, Galang tidak pernah sekali pun menuntut ini itu dari Vanila. Cukup Galang yang pusing lantaran desakan kedua orang tuanya yang meminta cucu.

Galang sangat sayang kepada Vanila. Perempuan itu begitu dipuja olehnya. Mungkin karena itulah Galang akan menjadi lemah di hadapan Vanila dan selalu berakhir mengalah.

"Apa mungkin caraku yang selama ini sudah salah? Vanila semakin tidak terkendali. Apa aku kurang tegas kepadanya?"

Menurut mami dan papinya, Galang memang kurang tegas sebagai suami. Terlalu memanjakan istrinya yang maminya pikir tidak tahu diri itu. Tak hanya tidak tahu diri, bahkan maminya Galang sebenarnya malu mempunyai menantu Vanila yang seorang model. Apalagi jika Vanila menjadi model majalah luar negeri yang mengharuskannya memakai pakaian terbuka dan seksi.

Maminya Galang pasti selalu marah dan mengomel kepada putra semata wayangnya itu. Menceramahinya tujuh hari tujuh malam. Dan tak segan menyuruh Galang untuk menceraikan Vanila.

###

tbc...

Terpopuler

Comments

Hany Surya

Hany Surya

Coba ngikutin ya..🙏

2023-10-18

1

Mamah Kekey

Mamah Kekey

assalam mualaikum mampir kk 🙏

2023-10-17

2

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

kayanya bagus ceritanya. 🙏🏻

2023-09-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!