Hanaria bekerja sebagai seorang arsitek pada perusahaan Agatsa Properti Group yang memiliki kerajaan bisnis asal Indonesia.
Karena suatu hal, Hanaria terpaksa meninggalkan pekerjaan yang menjadi cita - citanya itu, dan bekerja sebagai seorang marketing di perusahaan otomotif dengan tantangan dalam enam bulan pertama ia harus berhasil memasarkan product dengan target yang telah ditentukan.
Tantangan berhasil dicapai, sehingga Hanaria menjadi kesayangan sang pemilik perusahaan otomotif raksasa tersebut.
Pengembangan diri Hanaria menghadapi banyak tantangan. Seorang pria muda, salah satu penerus bisnis Keluarga Agatsa Group, mantan bosnya, diam - diam menaruh hati padanya.
Kisah cinta akhirnya terjalin diantara mereka dengan segala kerumitannya, namun semuanya dapat berakhir bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21 Kasur, Dapur, Dan Sumur
"Selamat pagi bibi....." Sapa Hanaria, saat melihat wanita setengah baya seusia ibunya sedang menemani cucunya berjemur diteras rumah.
"Ehh nak Hana, selamat pagi..... ayo mampir dulu, ajak ibumu." Ibu Janita dengan ramah segera membuka pagar kayu rumahnya mempersilahkan Hanaria dan ibunya masuk.
"Ayo duduk - duduk dulu disini.... " Ucap ibu Janita menunjuk kursi panjang diteras rumah.
Ibu Muri lalu duduk berdampingan dikursi panjang bersama ibu Janita. Sementara Hanaria mendekati Bayi gendut yang sedang berjemur didalam keretanya sambil menggigit jempol kaki kanannya, mata indahnya yang bening menatap wajah Hanaria yang melihatnya dengan gemas.
"Dimana kak Jonly dan kak Elina bi?" Tanya Hanaria sambil menggendong Mizha.
"Nak Jonly sudah berangkat kerja ke kantor Desa. Elina mengurus BPJS Mizha yang sempat tertunda dulu." Jelas ibu Janita.
"Bagaimana keadaan ibu Muri sekarang, apakah sudah lebih membaik....?" Tanya Ibu Janita membuka obrolan dengan besannya itu.
"Sudah bu.... Hana mengajakku jalan - jalan pagi ini, katanya, aku harus berolah - raga, walau ringan seperti berjalan pagi, supaya otot - otot tubuh tidak kaku." Ucap ibu Muri dengan senyumnya.
"Oh syukurlah bu.... memang diusia kita yang sudah tua ini, rentan akan sakit - penyakit. Itu sebabnya kita dianjurkan harus rajin berolah - raga oleh para dokter, bidan, atau perawat di puskesmas untuk menjaga stamina tubuh." Ucap ibu Janita yang bersuara lembut itu.
"Rupanya ada nak Hana dan ibu Muri disini......." Ibu Erda menyembulkan kepalanya dari balik pagar kayu yang membatasi rumahnya dengan rumah ibu Janita sambil tersenyum ramah.
"Iya bu.... sekalian lewat.....mampir melihat cucu....." Ucap ibu Muri membalas senyuman ibu Erda diikuti ibu Janita dan Hanaria.
"Ibu Muri sudah baikan sekarang....??" Tanya ibu Erda lagi.
"Iya.bu Erda, sudah sembuh....." Sahut ibu Muri dari tempat duduknya.
"Syukurlah bu Muri.... semoga selalu sehat ya bu...." Ucapnya masih dengan senyum ramahnya.
"Amin.... iya terima kasih banyak bu Erda untuk doanya....." Ucap ibu Muri masih tersenyum.
"Nak Hana, kau sudah cocok menimang bayi seperti itu...." Ucap ibu Erda beralih pada Hanaria yang sedang mencium gemas pipi chubby Mizha.
Hanaria tetawa kecil mendengar ucapan ibu Erda yang berkata padanya sambil menjemur pakaian disamping rumahnya.
Sementara Ibu Muri dan ibu Janita kembali melanjutkan obrolan ringan mereka.
"Seumuran dirimu, anak gadis disini sudah punya dua atau tiga anak Hana, jadi kau kapan menyusul mereka....?" Ucap ibu Erda lagi.
"Belum tahu tante, calon suami juga belum punya...." Jawab Hanaria jujur, lalu menyunggingkan senyumnya. Ia sedikit berjongkok untuk mengambil mainan boneka kain yang dijatuhkan oleh Mizha.
"Kalau dikampung ini.... sepertinya..... sudah tidak ada anak muda yang belum menikah....." Ucap ibu Erda sambil berpikir.
"Masih ada Reymon, dia juga sedang mencari isteri Hana. Ia seorang guru seperti ayahnya. Sepertinya hanya dia saja pria dikampung ini yang usianya tidak jauh darimu dan cocok untukmu dikampung ini nak Hana..... Kalau yang lainnya masih terlalu muda....." Ucap ibu Erda santai dengan tawa kecilnya, tangannya sibuk menjemur pakaian - pakaian basah ditempat penjemuran sehingga tidak melihat perubahan wajah Hanaria.
"Kalau anak - anak muda lainnya, mereka pasti tidak berani mendekatimu nak Hana, karena pendidikanmu jauh lebih tinggi dari mereka....." Ucapnya terus dengan sesekali melihat kearah Hana.
Bila sudah berbicara hal pribadi seperti itu, Hanaria lebih memilih untuk mendengarkan saja dibandingkan harus merespon, sambil menggendong Mizha dibawah sinar matahari pagi.
Mizha memainkan boneka kain ditangannya, sesekali ia berbicara dengan bahasa yang hanya dirinya sendiri saja yang mengerti membuat Hanaria semakin gemes melihatnya.
"Seharusnya..... ayah dan ibumu itu tidak perlu menyekolahkanmu tinggi - tinggi nak Hana." Ucap ibu Erda lagi dengan suara setengah berbisik sambil melirik kearah ibu Muri dan Janita yang masih asik mengobrol.
"Kalau terlalu tinggi sekolahnya nanti kau sulit jodoh nak Hana, laki - laki akan takut mendekatimu. Lihat saja, anak muda dikampung kita rata - rata memilih gadis - gadis yang pendidikannya sama dengan mereka atau bahkan dibawah mereka." Ujar ibu Erda menyampaikan pendapatnya.
"Hidup kita, juga jodoh ada Tuhan yang sudah mengaturnya tante, jadi tidak perlu khawatir. Kita jalani saja dengan rasa syukur, dan melakukan apa yang menjadi bagian kita." Sahut Yurina berusaha bersikap hormat pada ibu Erda yang selalu berusaha menyudutkannya dengan kata - katanya.
"Iya nak Hana, perkataanmu itu benar, tante percaya itu, hidup... bahkan jodoh.... sudah ada Tuhan yang atur, tapi kalau kita tidak usaha, tidak mungkin yang kita sebut itu datang begitu saja....." Ucap ibu Erda seperti tidak habis bahan obrolan.
"Maksud tante.... kau bisa membuka hatimu untuk nak Reymon.... dia pemuda yang baik.....apalagi tante dengar dia sangat menyukaimu nak Hana......" Ucap ibu Erda setengah berbisik supaya perkataannya tidak terdengar oleh ibu Muri dan ibu Janita.
"Wahh.... sejak kapan tante Erda jadi mak comblang....." Hanaria tiba - tiba terkekeh membuat ibu Muri dan ibu Janita melihat kearahnya dengan pandangan ingin tahu.
"Hushh...." Ibu Erda buru - buru menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya yang memancung kedepan.
"Nak Hana ini, tertawanya keras sekali..... sampai ibu Muri dan ibu Janita melihat kearah kita." Ucapnya sedikit tidak nyaman.
"Tante hanya ingin membantumu nak Hana, untuk mendapatkan pria yang baik dan juga sudah berpenghasilan seperti nak Reymon." Ucap ibu Erda dengan wajahnya yang serius.
"Iya..... terima kasih tante Erda, sudah mau repot - repot memikirkan jodohku....." Ucap Hanaria berusaha menghentikan tawanya, ia dapat melihat bahwa wanita yang seusia ibunya itu adalah orang yang baik walau terkesan sering ikut camput dalam pribadi para tetangganya.
"Nak Hana, jangan terima kasih saja, tapi pikirkan apa yang tante katakan tadi. Jangan sampai nak Reymon mencari jodoh dikampung lain....." Ucap ibu Erda masih serius.
"Lhaa... kalau jodoh tidak masalah "kan tante....?" Ucap Hanaria merasa bingung dengan pernyataan ibu Erda.
"Tidak masalah apanya nak Hana, lihat anaknya pak Gurun, suaminya tidak jelas kemana sekarang. Terus anaknya pak Budiman, kepala dusun kita, isterinya tidak betah tinggal dirumah suaminya, ia selalu mau pulang kerumah orang tuanya kalau bertengkar." Ibu Erda mengurangi volume suaranya, sambil menoleh kiri kanan takut ada orang lain yang mendengar perkataannya.
"Tidak baik julid begitu tante Erda....." Ucap Hanaria yang merasa tidak nyaman mendengar cerita kurang sedap tentang tetangganya.
"Bukan maksud tante julidin, tapi kenyataannya begitu nak Hana. Orang - orang yang menikah satu kampung disini tidak ada masalah yang berarti, kalau mau pergi juga..... mau pergi kemana, 'kan keluarganya juga ada disini, jadi sedikit kemungkinan akan terjadi hal seperti anaknya pak Gurun dan pak Budiman...."
"Sudahlah tante Erda, bagaimana kalau ada orang yang mendengar.....'kan tidak baik....." Hanaria berusaha mengingatkan.
"Itulah sebabnya nak Hana, kau tidak perlu pilih-pilih orang luar, orang kampung kita sini saja..... Lagi pula, kodrat kita sebagai wanita, mau sekolah setinggi apapun.... tetap kembalinya..... kasur, dapur, dan sumur..... Benerkan nak Hana? Yah.... seperti yang tante lakukan sekarang ini, menjemur pakaian bergunung - gunung......" Ucap ibu Erda seraya terkekeh enteng tanpa beban.
Hanaria sedikit mendesah pelan mendengar kalimat akhir dari ucapan ibu Erda yang seolah menganggap pendidikan pada seorang wanita tidaklah penting.
"Tante Erda.... Kodrat wanita memang akan kembali ke kasur, dapur dan sumur. Tapi kasur, dapur dan sumur wanita yang berpendidikan akan berbeda dengan wanita yang tidak mengenyam pendidikan." Hanaria berusaha memberi penjelasan pada wanita paruh baya itu, betapa pentingnya pendidika untuk seorang wanita, apalagi wanita itu akan menjadi seorang isteri dan seorang ibu.
...•••...
😂
lihat itu Oma.. Billy semakin ditindas sama tuan jenderal.. tangan Billy sampai luka tuh Oma.. ayo dong Oma turun tangan langsung
dan .. akhirnya rindu keduanya terobati ..
rencana licik apa lagi yang akan di lakukan kedua orang itu