Cantika yang bekerja sebagai kurir harus menerima pernikahan dengan yoga Pradipta hanya karena ia mengirim barang pesanan ke alamat yang salah .
Apakah pernikahan dadakan Cantika akan bahagia ??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjay22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan mantan calon pengantin yang sebenarnya
Pagi itu, suasana rumah keluarga Pradipta seperti biasa ,hanya saja sekarang anggota keluarga bertambah satu ,dan itu sesuatu yang tidak direncanakan ,Cantika sekarang sudah menjadi anggota Pradipta ,mau tidak mau .
Cantika bangun dengan mata masih sepet, sambil meraba-raba sekitar. Kamar guest room yang sekarang “kamar sah istri” itu masih membuatnya merasa seperti numpang. Wangi lemari kayu mahal, seprai yang halus banget, dan AC yang dinginnya kaya membekukan masa depan,semua terasa terlalu mewah untuk kurir kaya dia.
Dia duduk, garuk-garuk kepala yang nggak gatal. “Astaga… aku nikah sama orang asing. Kapan hidupku normal lagi, ya?”
Belum sempat dia mengumpulkan kewarasan, pintu diketuk pelan.
Tok tok tok.
“Cantika? Udah bangun?” Suara itu datar. Suara yoga Pradipta. Suara yang bikin dia gugup setengah mati waktu disuruh foto mesra pengantin.
Cantika buru-buru loncat dari kasur. “I-iya! Udah!”
Pintu terbuka sedikit, menampakkan kepala Yoga. Rambutnya rapi, bajunya rapi, auranya rapi,pokoknya semuanya rapi, sementara Cantika masih seperti lontong yang baru keluar kukusan.
“Hm.” Yoga masuk sedikit. “Sarapan sebentar lagi. Mama nyuruh panggil kamu.”
“O-oke…” jawab Cantika, mencoba menarik rambutnya ke belakang biar nggak terlihat seperti rumput liar.
Yoga menatapnya, alisnya naik sedikit. “Kamu mimpi buruk lagi?”
“Loh, kok tahu?”
“Kedengaran dari luar. Kamu ngomel ‘tolong jangan suruh aku jadi pengantin pengganti lagi’ dua kali.”
DEG.
Astaga… dia ngomong sambil tidur?!
Mukanya langsung panas. “A-aku… itu… refleks!”
Yoga hanya mendengus, lalu pergi tanpa komentar lain.
"Dasar ,orang kayak cenayang ,datang tanpa diundang ,pergi tanpa permisi ."Cantika bergumam ,ia segera bergegas pergi kekamar mandi ,dan bersiap turun ke bawah .
---
Di meja makan, Mama Yoga,Bu Ratna,sudah duduk dengan wajah hangat. “Pagi, Cantika. Duduk sini.”
Cantika tersenyum canggung. “Pagi, Tante… eh… Mama.”
Yoga duduk di seberang Cantika, membuka koran seperti bapak-bapak usia 50 padahal real-nya baru 28.
Semua baik-baik saja… sampai tiba-tiba, Bu Ratna bertanya hal yang bikin Cantika hampir keselek.
“Gimana semalam? Kalian tidur nyenyak?”
KRIK.
KRIK.
Yoga hanya mengangkat wajah, menatap ibunya datar. “Kami tidur.”
Cantika buru-buru mengangguk. “I-iya! Tidur. Sangat… tidur.”
Bu Ratna hanya tersenyum misterius seperti tau lebih banyak dari yang dia katakan. Cantika ingin menguap tapi takut mulutnya kebuka terlalu besar dan harga dirinya jatuh ke lantai.
Lalu, masalah mulai muncul.
---
Setelah sarapan, Cantika membantu membersihkan meja makan ketika asistennya Bu Ratna, Mbak Rini, nyelonong ke dapur sambil ngomel.
"Non Cantika ,nggak usah repot - repot biar kami saja yang membereskannya !"
"Tidak apa apa mbk ,biar aku bantu ,aku lagi nggak ada kerjaan juga ." Cantika tersenyum dan kembali meneruskan pekerjaannya .
"Seneng deh ,Den yoga menikah dengan non Cantika ."
"iya ,non Cantika baik ,tidak seperti calonnya yang dulu ."
Mbok Darmi dan Cantika sama sama bekerja sama membereskan meja makan ,ketika mbak Rini datang dengan muka kesalnya .
"kamu kenapa Rin ? cemberut begitu ?"
“itu Mbok… itu keluarga calon mantan, dari calon mantennya Mas Yoga bikin drama lagi.”
Cantika langsung ngangkat alis. Yoga yang kebetulan lewat juga berhenti.
“Drama apa lagi?” tanya Yoga.
“Katanya… mereka mau tuntut keluarga ini karena merusak nama baik anak mereka.”
Yoga mengepalkan tangan. “Mereka yang tinggalin aku di hari H , kok jadi nyalahin kita,dasar sudah gila ?”
“Ya gitu, Mas. Mereka bilang keluarga ini bikin tekanan sampai anak mereka kabur.”
Cantika yang mendengar itu langsung ikut tegang.
Lah? Kok jadi dia ngerasa bersalah? Padahal dia cuma kurir tersesat yang masuk rumah salah dan… terjebak jadi pengantin.
Mbak Rini melanjutkan, “Lagian… mereka juga ngomong di medsos. Katanya pengantin pengganti itu pasti ada motif.”
Cantika membeku.
Yoga mengerutkan kening. “Motif apa?”
“Nah itu… mereka bilang ya kemungkinan cewek itu sudah lama incar Mas Yoga dan sengaja cari kesempatan.”
Deg.
Mata Yoga langsung menatap Cantika.
Cantika merinding. “Ehh… aku?! Lah… kok aku?! Aku bahkan nggak tahu kamu itu siapa waktu pertama lihat! Aku pikir kamu pegawai catering! Masa sih aku kejar kamu dengan berbekal paket COD?!”
Yoga menahan napas panjang.
Mbak Rini buru-buru menimpali, “Iya, Mas, saya juga bilang ke mereka kalau Mbak Cantika ini polos banget. Kalau ada maksud macem-macem, nggak mungkin dia panik waktu disuruh nikah.”
Cantika mengangguk heboh. “Bener! Aku bahkan pingsan hampir tiga kali!”
Yoga akhirnya bersandar pada meja, wajahnya terlihat lebih tenang… tapi juga agak serius. “Mereka nggak bisa gitu. Kita harus klarifikasi.”
Cantika mengangguk. “Iya… nanti aku jelasin kalau aku cuma kurir tersesat.”
Yoga menatap Cantika dalam-dalam. “Masalahnya… kalau kamu jelasin itu, nama keluarga ini malah makin jelek. Orang akan bilang kita memaksa orang asing untuk nikah demi nutup malu.”
Cantika langsung terdiam.
Ya benar juga…
Yoga melanjutkan, “Kita harus hati-hati bicara. Sekarang kamu bagian dari keluarga ini. Setiap langkah kamu punya dampak.”
Kalimat itu bikin hati Cantika bergetar. Entah kenapa, bukan karena takut… tapi karena merasa dianggap penting.
“Jadi kita harus gimana?” tanya Cantika, pelan.
Yoga menatapnya lebih lama dari seharusnya. “Kita hadapi sama-sama.”
Dan entah kenapa, dada Cantika tiba-tiba hangat.
---
Tapi konflik belum selesai.
Siangnya, ketika Cantika turun ke ruang tamu setelah mandi, ada seorang perempuan dengan tubuh semampai, rambut panjang, dan wajah cantik menunggu di sana. Elegan banget. Kaya model majalah.
Cantika langsung menelan ludah. “Ehh… siapa?”
Perempuan itu menatap dari ujung kaki sampai ujung rambut Cantika dengan ekspresi… meremehkan? Iya, meremehkan tingkat dewa.
“Kamu… Cantika?”
“Iya. Memangnya kenapa?”
Perempuan itu tersenyum sinis. “Aku Viona Mantan… eh, bisa dibilang calon tunangannya Yoga sebelum drama kemarin. Aku ke sini… buat bilang sesuatu.”
Cantika langsung merinding. “B-bilang apa?”
Viona mendekat.
Sangat dekat.
“Jangan senang dulu kamu bisa masuk keluarga ini. Kamu cuma pengganti darurat. Dan aku nggak akan tinggal diam.”
Cantika tertegun.
Belum sempat dia jawab, Yoga muncul dari belakang.
“viona ? Ngapain kamu di sini?”
Viona langsung berubah manis seolah tadi nggak ngomel. “Yoga… aku cuma mau ngobrol.”
"Dasar tidak tahu malu ! Berani -beraninya kamu datang kemari !"
Yoga berdiri di depan Cantika, seperti refleks melindungi. Suaranya dingin. “Pergi. Kita nggak ada urusan lagi.”
Wajah viona berubah masam tapi tetap tersenyum palsu. “Baik. Tapi ingat, Yog… keluarga kamu belum tentu bisa tahan tekanan.”
Setelah viona pergi, Cantika masih membeku.
Yoga menatapnya. “Kamu nggak apa-apa?”
Cantika menarik napas dalam. “Kayaknyaaa… konflik kita baru mulai.”
Yoga menatap lurus, suaranya tenang tapi tegas.
“Apa pun yang datang… kita hadapi bareng-bareng.”
Dan untuk pertama kalinya sejak menikah mendadak itu, Cantika merasa…
Mungkin… mungkin dia nggak sendirian di hidup baru yang kacau ini.
