Melinda Seorang gadis berusia 20 tahun terpaksa menikahi Pria lumpuh akibat ulah Ayahnya sendiri, Memiliki saudara tiri dan ibu tiri yang jahat.
Sikap sang ayah yang pilih kasih membuat Melinda sedih, ia ingin sang ayah kembali seperti dulu lagi.
Sampai hari itu terjadi, niat untuk memohon agar sang ayah tidak dipenjara membuat dirinya harus menerima persyaratan agar sang ayah terbebas dengan cara menikahi Raka Arafat pria yang kini tengah lumpuh.
Akankah kehidupan Melinda berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muliyana setia reza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Pria ini benar-benar berhati batu. Apa hanya dengan aku mengatakan tidak perlu mengkhawatirkan aku, itu artinya bahwa aku tertarik padanya? Sepertinya pria ini benar-benar narsis. (Batin Melinda)
Raka mengambil ponselnya dan terdengar kalau Raka sedang berbicara dengan orang yang kemungkinan adalah dokter. Dikarenakan, Raka mengatakan bahwa lawan bicaranya untuk untuk segera datang ke rumah sebelum subuh.
“Sekarang kembalilah untuk tidur!” perintah Raka dengan tatapan dingin.
Melinda benar-benar tak mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh Raka. Raka begitu senang memerintah dan sangat senang membuatnya kesal.
“Kenapa masih berdiri menatap ku? Apa kamu benar-benar terpesona dengan wajahku?” tanya Raka dan mengangkat sebelah alisnya sembari tersenyum sinis.
Melinda saat itu juga melangkahkan kakinya menuju sofa dengan berusaha menahan sakit di pergelangan tangannya.
“Sebaiknya jangan di oles minyak, mungkin setengah jam lagi akan ada dokter yang datang,” ucap Raka yang sudah berbaring di ranjangnya sembari memejamkan mata.
“Terima kasih, Mas Raka.” Melinda mengucapkan terima kasih atas apa yang Raka lakukan padanya.
“Ya. Memang seharusnya kamu berterima kasih kepada ku,” sahut Raka.
Melinda hanya bisa menerima perkataan Raka tanpa ingin membalasnya. Lebih baik Melinda mencari aman saja daripada Suaminya terus mengomeli dirinya.
Waktu yang ditunggu-tunggu oleh Raka akhirnya datang juga. Dokter yang Raka panggil telah datang untuk memeriksa kondisi pergelangan tangan Melinda yang terkilir.
“Bangun! Dokter yang aku panggil tadi sudah datang, awas saja sampai kamu mengatakan bahwa aku melakukan kekerasan dalam rumah tangga,” ucap Raka barangkali Melinda nantinya akan memfitnah dirinya.
“Saya tidak pernah berpikiran seperti itu, kenapa Mas Raka selalu menuduh saya yang bukan-bukan?” tanya Melinda dengan tatapan penuh kesedihan karena Raka malah memfitnah dirinya.
Suara pintu diketuk, saat itu juga Melinda membukakan pintu kamar dan ternyata seorang dokter telah berada dihadapannya.
“Selamat pagi, saya Dokter Rania,” ucap seorang wanita yang berprofesi sebagai dokter.
“Masuklah dan periksalah pergelangan tangan istriku!” perintah Raka yang masih berada di ranjang tempat tidur.
Dokter wanita itu tersenyum dan masuk ke dalam kamar tersebut.
“Istriku, kenapa masih berdiri disitu? Ayo naik kemari,” ujar Raka memanggil istrinya untuk segera naik ke tempat tidur.
Melinda mengiyakan seakan-akan hubungan mereka berjalan dengan harmonis.
“Periksalah dengan hati-hati, aku tidak ingin istriku ini kenapa-kenapa,” ucap Raka sembari melirik ke arah Melinda.
Melinda tersenyum manis dan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
Sekitar 5 menit, dokter itupun memutuskan untuk menyelimuti pergelangan tangan Melinda dengan perban karena pergelangan tangan Melinda cukup parah.
“Kenapa sampai di perban?” tanya Raka melihat tangan istrinya yang sudah diperban.
“Tuan Raka, pergelangan istri Anda cukup parah. Mungkin sekitar 1 minggu bahkan lebih, pergelangan tangan istri Anda akan sembuh total,” jelasnya pada Raka.
Pantas saja tadi terlihat begitu kesakitan, ternyata memang separah ini. (Batin Raka)
Almer tiba-tiba masuk ke dalam kamar mengetahui bahwa ada seorang dokter yang datang.
“Raka, kamu apakan cucu menantu Kakek?” tanya Almer pada Raka yang terlihat sangat marah.
Raka menatap Kakeknya dengan tatapan kesal. Bagaimana bisa Kakeknya itu menuduh dirinya melakukan hal yang tidak-tidak kepada Melinda.
“Kamu pergilah, uangnya nanti akan aku transfer ke rekening mu,” ujar Raka pada dokter wanita tersebut.
Dokter itu mengiyakan dan memberikan secarik kertas bertuliskan resep obat untuk Melinda.
Melinda bangkit dari ranjang tersebut untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Setelah mendengar penjelasan dari Melinda, Almer meminta Melinda untuk lebih berhati-hati lagi agar kejadian seperti itu tak terulang lagi. Kemudian, Almer melenggang pergi meninggalkan kamar tersebut begitu saja.
“Sebenarnya, apa yang sudah kamu lakukan terhadap Kakek? Bagaimana bisa wanita seperti mu bisa mengambil hati Kakek?” tanya Raka terheran-heran dengan tatapan penuh kebencian.
“Apa Mas Raka selalu membenci saya? Tidak bisakah Mas Raka menyukai saya walaupun hanya sedikit saja?” tanya Melinda yang telah berlinang air mata karena sikap Raka yang selalu dingin padanya.
“Menyukaimu? Hahaha... Apa kamu begitu baik sampai-sampai aku harus menyukaimu? Lihatlah dirimu ini, wanita menjijikan yang dengan mudahnya menjadi istriku hanya gara-gara ulah dari Ayahmu yang pencuri itu,” terang Raka yang semakin menghina Melinda.
Melinda menghapus air matanya dengan tangan kirinya dan saat itu juga Melinda memilih untuk keluar dari kamar karena perkataan Raka benar-benar membuat perasaannya semakin sedih.
Mimpi untuk mendapatkan suami yang mencintaiku sepertinya tidak akan pernah terwujud. Buktinya saja, Mas Raka begitu membenciku dan terus-menerus menghina ku. (Batin Melinda)
Raka sama sekali tak merasa bersalah dengan apa yang telah ia ucapkan kepada Melinda. Justru, Raka merasa sangat senang melihat Melinda menderita seperti itu.
Selamanya aku tidak akan bersikap baik kepada mu. (Batin Raka)
Melinda menghapus air matanya dan mencoba untuk terlihat baik-baik saja. Melinda tidak mungkin terus-menerus menangis dengan apa yang tengah dialaminya.
“Melinda, kamu bisa dan kamu kuat. Ayo semangat dan kamu pasti bisa melewati ini semua,” ucap Melinda menyemangati dirinya.
Cukup lama Melinda berdiri di depan pintu kamar, sampai akhirnya Melinda kembali masuk ke dalam kamar suaminya.
“Kenapa?” tanya Raka datar.
“Mas, sebentar lagi waktunya sholat subuh. Sebaiknya Mas mandi,” ucap Melinda sembari menahan sakit di pergelangan tangannya.
“Kamu jangan sok mengatur, tanpa kamu beritahu pun aku akan melakukannya,” sahut Raka yang benar-benar sangat angkuh.
“Mas Raka tidak perlu marah-marah begini, apa susahnya menjawab iya?” tanya Melinda dengan nada selembut mungkin agar Raka tak salah paham padanya.
“Memangnya kamu siapa, sampai aku harus menjawab iya?”
“Mas tanya siapa saya? Lalu, bagaimana dengan cincin yang melingkar di jari manis saya ini? Mau bagaimanapun, Mas tidak bisa memungkiri fakta bahwa saya adalah istri Mas Raka,” terang Melinda.
Raka seketika itu diam tak bisa berkutik dengan apa yang dikatakan oleh Melinda.
“Kenapa Mas Raka diam saja? Mas Raka tenang saja, meskipun saya ini adalah seorang istri. Saya tahu batasannya dan saya akan berusaha merawat Mas Raka dengan baik,” tutur Melinda.
Melinda mendorong kursi roda suaminya dengan tangan kirinya dan meminta suaminya untuk segera naik ke kursi roda.
Raka menatap dingin Melinda dan naik ke kursi roda.
“Aku akan mandi dan jangan sekali-kali kamu mencoba mengintip tubuhku!” perintah Raka pada Melinda.
“Apakah Mas Raka bisa mandi dengan baik?”
“Kamu tidak perlu bertanya apakah aku mandi dengan baik atau tidak. Lebih baik kamu pikirkan, bagaimana kamu mandi dengan tangan yang seperti itu,” sahut Raka sembari mengangkat sebelah alisnya dan masuk ke dalam kamar mandi dengan kursi rodanya.
Melinda menggigit bibirnya dan melirik ke arah pergelangan tangannya.
*Tuhan Kita Berbeda* Kry. S.T.As syifa