Selain wajah cantik nya tidak ada lagi yang tersisa dari nya kecuali kepolosan.
Mia diperlakukan tidak baik, dan harus menjadi tumbal keserakahan keluarga Ayahnya.
Balas Budi! Kau harus membalas Budi !
Itulah alasan yang tepat untuk seorang Mia.
Pernikahan nya dengan pria cacat itu menjadi belenggu kuat yang merantai hidupnya, hingga Mia tidak bisa lari dan berpaling, serta menjadi awal perjuangan Mia yang pelan pelan merubah Takdir nya!
Sekretaris Ang, Pria yang selalu ada di samping Tuan Mudanya.
Menikahi gadis dibawah umur dan mengulangi kesalahan Ayahnya, membuatnya harus dihantui ketakutan siang malam memikirkan kesalahannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Any Anthika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngelag!
"Ahhrg... pinggang ku." rintih Garra. Berdiri dan melangkahkan kaki nya menuju ranjang nya kembali!
Garra kembali berbaring, menarik selimut dengan santainya.
' Perasaan, seperti ada yang salah?' Garra mengingat ingat.
"Apa ya?"Celingukan.
Kemudian memejamkan mata nya kembali.
"Hah!!" Tiba tiba Garra histeris, mengibas selimutnya begitu saja, sambil menatap kedua kakinya.
"Kaki ku!!!" mengangkat kaki nya tinggi tinggi lalu menaruh nya kembali. Di lakukan beberapa kali secara bergantian.
"Mimpi,.. Aku bermimpi??" mencubit pipinya dengan keras, untuk meyakinkan diri.
"Ahhrg.. Sakit! Aku tidak bermimpi!"
"Kaki ku sembuh.. Kaki ku sembuh..!!" berlonjak girang menuruni ranjang. Berjalan kesana kemari mencoba kakinya.
"Ya Tuhan....!! Aku benar benar sembuh..!" Garra bersujud di lantai. Lama.
Terisak dalam sujudnya. Berbisik mengucap syukur ribuan kali.
Lalu berdiri, berlari ke arah Mia.
"Mia..!! Mia..!"
"Kaki ku sembuh Mia! Aku bisa berjalan. Bangun Mia..!"
Yang di panggil tak bergeming, hanya menggeliat , nampak memicing kan sebelah matanya dan membalik kan badan , terdengar mendengkur kembali.
"Mia..!" Garra mengulur kan tangan nya, bermaksud mengguncang tubuh Mia.
Tiba tiba Garra melangkah mundur. Menutup mulut nya dengan telapak tangan.
"Tidak! Mia tidak boleh tau dulu. Iya.. Aku harus merahasiakan dari nya. Untuk kejutan." Garra berbalik, berlari kecil ke ranjang nya kembali.
Di sana, Garra duduk di tepi ranjangnya. Masih saja menggerakkan kakinya dengan penuh kegembiraan.
Lalu terdiam, sejenak terlihat melamun.
'Merahasiakan dari Mia, untuk kejutan? Yang benar saja?'
Bukan itu tujuan Garra yang sesungguh nya. Dia takut, Garra khawatir. Kesembuhannya membuat Mia semakin menjaga jarak.
Meminta pergi, meminta pergi.
Kata kata itu terus menghantui Garra.
Lalu mengambil keputusan, untuk sekedar memperlambat keinginan Mia.
Biar agak lama berdekatan dengan nya. Garra berpikir, setidak nya sampai waktu dimana Mia bisa membalas perasaan nya.
Di saat Garra bisa memenangkan hati Mia.
Garra melirik Tubuh Mia yang bergerak, menyadari itu Garra cepat cepat berbaring lagi, sampai lupa menarik selimut.
Mia, menguap. Mengusap wajah nya dengan telapak tangan nya.
Masih ada sisa air liur nampak berkerak di ujung bibirnya. Mia menyadari itu, lalu mengusap nya dengan ujung baju.
Lalu menekuk lehernya, ke kiri dan ke kanan. Sambil mengingat ingat sesuatu.
"Aku tadi bermimpi apa ya?"
"Bermimpi, Tuan muda berjalan menghampiri ku." Mia menoleh ke ranjang.
Di lihatnya Garra masih tertidur pulas.
Mia berdiri ingin memeriksa nya.
Mia berjalan pelan menghampiri Garra. Membenahi selimut Garra yang sudah merongsot ke bawah.
"Ini kaki bagaimana sih? Selimut kok sampai jadi celemek pantat. Seperti anak kecil saja tidur nya?" Mia tidak sadar, bagaimana selimut itu bisa sudah berada di bawah, padahal kondisi kaki Garra kan tidak bisa bergerak. Itu bagaimana kronologis nya? Ah, dasar Mia. Ngelag ya otaknya? Kayak sinyal waktu aku main ff aja.
Mia duduk di samping Garra, menatap wajah itu. Tangan Mia menyibak kan rambutnya.
"Cepat sembuh Tuan muda.!"
Cup!!! Satu kecupan ringan Mia mendarat di kening Garra.
"Hah! Kenapa aku mencium nya?" Mia menepuk nepuk kepalanya.
"Aku benar benar sudah gila..!!" mengutuk diri sendiri.
Garra tersenyum dalam hati. 'Duh Mia... Sekali lagi donk.. Pipi nih pipi..!'
Garra berpura pura menggeliat, mungkin karena merasakan sentuhan di kening nya. Pikir Mia, jadi merasa bersalah.
"Mia..!" Garra membuka mata.
"Jam berapa?" mengucek matanya dengan telapak tangan nya. Lalu bangun, berusaha untuk duduk bersandar.
Melihat itu, dengan cekatan Mia membantunya.
"Masih jam empat subuh , tuan muda. Kenapa bangun?"
"Mia sendiri, kenapa bangun?"
"Aku.. Saya.. tadi. Oh,saya sengaja mengontrol keadaan Tuan muda. Takut salah posisi." jawab Mia sedikit gugup.
"Kenapa gugup? Ada yang di sembunyikan? Atau Mia bermimpi buruk?" Garra asal menebak, padahal sudah tau.
"Iya, saya bermimpi. Tapi bukan bermimpi buruk."
"Bermimpi apa?"
"Tuan muda bisa berjalan. Dan menghampiri saya." jawab Mia, sesuai dengan apa yang dimimpinya.
"Kau terlalu berharap aku sembuh. Wajar sampai terbawa mimpi." sahut Garra.
"Mungkin saja. Memang Tuan muda tidak berharap demikian?" tanya Mia.
"Ya berharap lah. Masa tidak." jawab Garra.
"Yang sabar ya Mia." Garra menepuk halus bahu Mia.
"Iya Tuan." jawab Mia, lembut.
'Hah! Kenapa jadi aku. Kau yang harus bersabar..!!!' teriak Mia, hanya dalam hati.
"Tuan Muda, tidur lagi ya.? Pagi masih jauh, saya juga masih mengantuk." ucap Mia. Sambil menguap berkali kali tanpa ragu, tanpa malu. Bahkan tidak menutup mulutnya.
'Jorok sekali sih..!' Maki Garra, dalam hatinya.
"Ayo tidur lagi.." Mia kembali mengajak Garra untuk melanjutkan tidurnya.
"Aku tidak bisa tidur lagi." jawab Garra.
"Kenapa? Sudah tidak mengantuk?" tanya Mia.
"Aku tegang Mia.?"
"Hah! Tegang kenapa?"
"Memikirkan besok itu."
"Halah, urusan besok.!" Mia merangkak ke atas ranjang. Menarik selimut tebal milik Garra. Lalu menyembunyikan wajah nya di atas bantal tanpa beban.
"Mia..!" Garra mengguncang tubuh Mia.
"Ih..mengganggu saja. Masih mengantuk berat ini?" Mia menepis tangan Garra dan melanjutkan tidurnya kembali.
"Serius mau tidur disini?" bisik Garra di telinga Mia.
Mia terlonjak. Kaget! Baru sadar.
Lalu segera mengibaskan selimut milik Garra.
"Tidak mungkin terjadi lagi.!" Mia beranjak, bergegas kembali ke sofa.
Garra mendengus penuh penyesalan.
"Coba tidak usah di ingatkan.. Rejeki nomplok kan? Ah Dasar aku!!" gumam Garra.
Mau tidak mau Garra kembali melanjutkan tidur, sambil pikirannya traveling kemana mana. Mengingat mimpinya sebelum terjatuh tadi.
Terlihat Garra tersenyum senyum sendiri sambil memegangi bibir dengan ujung jarinya.
Kedua nya kembali terlelap di tempat masing masing.
Hingga pagi sudah menyapa.
Garra terbangun, melirik Mia yang masih terdengar mendengkur.
Menyadari jika ini sudah pagi, Garra beranjak. Melangkah mengambil handuk, lalu berjalan menuju kamar mandi. Saat sudah membuka pintu, Garra menoleh. Seperti mengingat sesuatu yang penting.
'Ada yang tertinggal.' Garra berbalik lagi, meraih kursi rodanya dan mendorongnya ke dalam kamar mandi.
Garra mulai berdiri tegak, menatap bayangan nya di cermin.
Mengusap wajah nya.
"Sudah sekian lama, diri ini tidak berguna. Dan sudah saat nya, aku bangun dan membalas semua perbuatan mereka. Tunggu saja!" Garra membuka pakaian nya.
Lalu mengguyur tubuh nya dengan air dingin.
'Sudah lama aku tidak mandi dengan tangan ku sendiri.'
"Benar katamu Mia.. Badai pasti berlalu!"
"Mia..! Aku bersumpah! Jiwa raga ku, akan ku persembahkan untuk hidup mu. Ingat Mia! Saat ini. Suamimu, Bukan Pria Cacat! Bukan lagi."
"Suatu hari nanti, kau akan mengatakan itu pada Dunia. Kau akan mengatakan ..Suamiku Bukan Pria Cacat!"
Garra bersemangat, menyapu seluruh tubuhnya.
Saat menyentuh itu nya, Garra berhenti. Membuang nafas kasar.
"Sudah berapa kali kau menyentuh pusaka ku! Sudah tak terhitung. Tapi aku,.. Tidak bisa menyentuh mu. Meskipun bisa, mana boleh." Garra menjadi iri. Merasa itu tidak adil. Dan berpikir untuk menegak kan keadilan.
"Aku kan suaminya. Dia , istri ku. Seharusnya boleh donk?"
Ahh,..!!!
Garra terkejut ketika suara pintu kamar mandi di ketuk. Suara Mia sudah terdengar menggema.
"Tuan muda! Tuan muda Garra!"
"Iya Mia..!"
"Tuan muda sedang apa.?"
Ceklek...!!!
Garra membuka pintu, sudah berposisi duduk manis di atas kursi roda dengan balutan handuk setengah badan nya.
"Tuan muda sudah mandi?" tanya Mia penuh kekhawatiran.
"Sudah Mia."
"Kenapa tidak membangunkan saya?" Mia segera mendorong kursi roda keluar dari kamar mandi.
"Sekali kali belajar mandiri Mia. Aku ingin mandi sendiri. Tidak harus merepotkan mu terus." jawab Garra.
"Lain kali tidak boleh seperti itu tuan muda. Saya tidak merasa direpotkan. Jangan mandi sendiri dulu. Saya takut tuan muda jatuh di kamar mandi. Kalau terjadi bagaimana?" ucap Mia. Segera mengeringkan rambut Garra.
'Mia.. terus lah begini. Walau pun kau tau aku sudah sembuh. Terus lah peduli pada ku. Jangan mengambil jarak. Jangan meminta pergi. Jangan Mia.!' Garra menatap wajah itu, menyusuri kedua bola mata itu.
Ada ketakutan yang dalam di hatinya. Takut kehilangan Mia!
Mia yang saat ini sudah menjadi hal paling berharga yang Garra punya.
Bersambung.....!!!
"*Tak ada kejutan di part ini.. Maaf ya..."