Siti Nurul Khotimah.
Gadis cantik yang hanya lulusan sekolah Dasar. Keberuntungan dipertemukan dengan seorang wanita tua.
Dia menjalani pernikahan dengan kaki laki keturunan korea-jawa. Seorang milyarder muda yang memiliki segalanya.
Pernikahan yang begitu menyenangkan bagi Siti, tapi tidak bagi Lee Hardi Kartasasmita.
Apakah pernikahan mereka akan berakhir bahagia? Sanggup kah Lee bertahan dengan perempuan yang di anggapnya tidak pernah hidup dari peradaban manusia? Bagaimana bisa?
Yuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BILANOUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Tak banyak yang mereka lakukan selama mereka berada di kampung halaman Siti, rupanya cuaca yang begitu dingin tidak bisa berkompromi dengan tubuh Lee yang memiliki alergi. Dia terserang flu dan alergi kulit. Tubuhnya memerah gatal-gatal.
Akhirnya Siti memutuskan untuk segera pulang ke ibu kota. Dia tidak ingin suaminya bertambah parah jika harus berlama-lama tinggal dikampung.
Sebelum sampai ke rumah, Siti membawa Lee ke sebuah klinik yang mereka lewati, bagaimanapun Lee harus mendapatkan pengobatan, untuk meringankan sakit yang dia rasakan.
Setelah mendapatkan obat, Siti dan Lee segera pulang ke rumah.
"Tidur di kamarku ya"
"Iya, aku juga gak tega kalau kamu tidur sendiri dalam keadaan sakit"
"Maksudku jangan hanya karena aku sakit, tidur setiap malam denganku meski aku dalam keadaan sehat"
Siti menatap lekat suaminya. "Baiklah"
Mereka pun berjalan menaiki tangga, menuju kamar Lee. Lee yang memang merasa tubuhnya tidak enak, langsung membaringkan diri di atas tempat tidur. Siti menyelimuti tubuh suaminya.
"Apa gak ganti baju dulu? aku rasa bajumu tidak nyaman untuk tidur"
"Baiklah, kamu yang gantiin ya"
"Itu..."
"Kenapa? gak perlu malu, lagi pula kamu sudah melihat semuanya bukan?"
Pertanyaan Lee berhasil membuat pipi Siti memanas. Merah seperti tomat masak.
Lee tersenyum licik melihat istrinya yang malu-malu.
"Bajuku ada disana" Tunjuk Lee pada sebuah lemari besar yang ada di kamarnya. Siti berjalan dengan bibir mengerucut. Mengambil pakaian untuk Lee tidur.
"Buka baju, gak usah pake lagi saja" Goda Lee lagi.
"Kenapa sih kamu itu, lagi sakit juga..."
"Biasanya langsung sembuh kan?"
"Langsung sembuh gimana maksudnya?"
"kalau hubungan suami istri itu bisa mengalihkan pikiran, jadi otak yang fokus pada penyakit, teralihkan pada tubuh istri yang cantik"
Buukk!! Siti melempar pakaian Lee pada wajahnya.
"Berhenti main-main, cepat sini aku bukain baju, ganti dan lekaslah tidur"
"Iya... iya..." Ucap Lee sambil terkekeh.
Siti melepaskan pakaian Lee satu persatu, mengganti pakaian dalam Lee dengan yang baru. Setelah Lee rapi dengan kaos oblong putih dan celana kolor motif kotak, Lee membaringkan tubuhnya.
Siti bergegas menuju kamar mandi, mencuci wajah dan menggosok giginya memakai sikat gigi milik Lee.
"Aku kebawah dulu ya... baju tidurku disana semua"
"Pakai saja kaos yang ada di lemari"
"Kebesaran atuh..."
"Ya udah gak usah pake baju"
"Dingin Lee..."
"Sini aku peluk biar hangat". Ucapnya sambil mengulurkan kedua tangannya pada Siti.
"Iya deh, aku pakai kaos kamu dulu"
Siti memakai Kaos yang cukup kebesaran ditubuhnya.
"Jangan pake apapun lagi, cukup pakai itu"
"Hah? malu Lee, ini pendek banget. Paha aku kemana mana"
"Ya ampun, disini cuma ada kita berdua. Kenapa harus malu. Dosa kamu menentang keinginan suami."
Siti merasa tersudutkan, tak ada pilihan lain selain menuruti apa yang Lee katakan. Dia berjalan, menaiki ranjang dan tidur di samping Lee. Sebelum kepala Siti sampai di bantal, tangan Lee menyangga kepala Siti, menariknya perlahan dan menidurkan Siti di atas dadanya.
"Begini lebih nyaman"
Siti tersenyum. Entah kenapa tapi dia merasa bahagia, merasa menjadi wanita yang sebenarnya, di cintai dan diperlakukan selayak seorang istri. Senyum yang begitu canggung karena tertahan rasa malu, selalu terukir di wajah Siti. Dengan sedikit ragu, dia memeluk tubuh suaminya. Dan merekapun tertidur lelap, dalam dekapan penuh kehangatan.
Dini hari Siti terbangun. Siti membuka matanya perlahan, mengerjapkan mata beberapa x antara sadar dan alam mimpi saat dia melihat wajah seorang laki-laki tepat ada di depan wajahnya, yang tak lain adalah Lee suaminya sendiri.
Di tatapnya wajah Lee yang polos dalam sulaman bulu matanya yang indah, bibirnya yang merah muda membuat Siti gemas sendiri. Dia mendekatkan wajahnya, berniat ingin mencium bibir Lee.
"Ada apa?" Tanya Lee yang tiba-tiba terbangun. Mata Siti membulat sempurna, mulut nya menganga terasa sangat sulit untuk terkatup. Wajahnya memerah. Tubuhnya terasa kaku, sulit sekali bergerak.
Lee tau apa yang istrinya rasakan, dia menyimpan tangannya sebagai bantalan leher, memiringkan wajahnya agar mendapatkan jarak yang cukup untuk bisa melihat wajah istrinya secara keseluruhan.
"Kamu kenapa?"
"Ah! itu... aku ingin... anu... eummm iya! ingin mengajak kamu..."
"Bercinta?" Potong Lee.
Siti mengerjapkan matanya cepat, dia segera bangkit dari atas tubuh Lee. Namun, tangan Lee menahan pinggang Siti dengan kuat.
"Ayo kita lakukan. Bukankah olah raga pagi hari sangat baik untuk tubuh"
"Ngomong apa sih Lee, lepasin. Aku mau mandi"
"Nanti saja sekalian mandi wajib"
Siti terdiam. Mereka hanya saling berpandangan untuk beberapa detik. Tidak banyak bicara, Lee memulai niatnya dengan mencium leher Siti. Siti mendesah pelan membuat Lee semakin berhasrat untuk menggauli istrinya.
Entah sejak kapan pakaian di tubuh Siti sudah berada di lantai, pun dengan pakaian Lee. Keduanya beradu kasih dalam kehangatan di tengah dinginnya kamar. Membaur cinta dalam indahnya rasa. Saling memberi dan menerima kenikmatan dalam Ridho-Nya. Melupakan semua kesedihan yang pernah terasa. Desahan, erangan, cengkraman dan belaian yang memacu adrenalin keduanya semakin meningkat. Sahut menyahut memanggil nama sang kekasih hati. Memuncak di titik yang paling sempurna.