NovelToon NovelToon
Berbagi Cinta: Kisah Pilu Istri Pertama

Berbagi Cinta: Kisah Pilu Istri Pertama

Status: tamat
Genre:Romantis / Poligami / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst / Tamat
Popularitas:22M
Nilai: 4.9
Nama Author: Nadziroh

JUARA 1 LOMBA BERBAGI CINTA


Sabrina Salsabila, gadis yatim piatu yang di besarkan di panti asuhan itu harus menanggung beban lebih berat daripada kehilangan orang tuanya, di umur dua puluh tahun, musibah kembali menimpanya, ia kehilangan kehormatannya dan hamil di luar nikah.

Untuk menutupi aibnya, Ibu panti menjodohkannya dengan Mahesa Rahardjo, putra tunggal Yudi Rahardjo, itu adalah awal penderitaannya, di hari pernikahan Mahesa melampirkan surat penjanjian yang sangat menyakitkan. Demi putra yang di kandungnya, Sabrina rela menjalani pernikahan tanpa cinta dari suaminya.

Sampai pada suatu hari kenyataan pahit kembali menamparnya saat Mahesa memutuskan menikah lagi dengan pacar yang dicintainya. Lagi lagi ia harus mengalah daripada harus melahirkan bayinya tanpa seorang suami.

Merasa tak sanggup menyaksikan Mahesa yang selalu memamerkan kemesraannya dengan istri keduanya, Sabrina memilih pergi dari rumah, disaat itulah Mahesa merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Devan Rahardjo

Sabrina menumpahkan air matanya saat bayi  yang baru dilahirkan itu menempel di dadanya, seakan tak percaya jika saat ini ia adalah seorang ibu untuk putranya yang sedang berjuang mencari alat makannya. Rasa Syukur berulang kali ia panjatkan dalam hati, menerima Anugerah yang luar biasa itu sudah hadir di sisinya. 

Jika selama ini ia selalu menutup rapat seluruh tubuhnya, tidak untuk saat menyusui, Oh, Sabrina sangat malu saat dokter Meta membuka  kancingnya bagian atas, bulu halusnya merinding, ada yang aneh dengan dirinya, namun Sabrina bisa apa selain diam mengikuti arahan sang Dokter. 

"Dok,  buka nya jangan lebar lebar! Aku malu,"  ucap Sabrina lirih. 

Dokter Meta tersenyum, "Kita sama sama perempuan, dan anakku sudah dua, jadi aku pun pernah mengalami apa yang kamu alami," jelasnya. 

Sabrina tersenyum kecut dan terus menatap ke arah pintu,  takut tiba tiba ada orang yang datang tanpa permisi. 

Ya Allah, anakku adalah rezeki yang paling berharga,  semoga Engkau selalu meridhoi jalannya, dan jadikan dia anak yang sholeh.

"Setelah ini kamu harus makan yang lebih banyak. Jangan sampai bayi kamu merasa tidak puas dengan makannya. Satu-satunya sumber energi dan kekuatan dia adalah kamu,  Ibunya. Makan apapun yang kamu suka. Jangan takut gendut,  dan jangan takut dengan suami kamu, yang mungkin akan melihat aneh tubuh kamu."

Suamiku tidak akan mau melihatku, Dok. sangkal Sabrina dalam hati. 

"Baik, Dok." jawab sabrina diiringi dengan senyuman. 

Hampir satu jam, akhirnya bayi itu nampak kelelahan menyedot makanannya dan perlahan melepasnya.

"Sekarang waktunya  kamu dan bayimu di bersihkan."

Sabrina mengecup ubun-ubun bayinya sebelum diangkat suster. 

Dokter Meta membantu Sabrina untuk bangun lalu berjalan ke kamar mandi. Tak lupa menyiapkan baju untuk wanita itu.

"Dok,"  cicit Sabrina. 

Dokter Meta menoleh menatap wajah Sabrina yang tampak suram. 

"Apa di luar ada orang lain selain ayah dan Ibu?"

Dokter Meta mendekati pintu dan mengintip dari dalam. Mengedarkan pandangan ke arah orang orang yang masih berjaga di depan ruangan Sabrina. 

Setelah menatap dengan seksama siapa saja yang menunggunya di luar, dokter itu kembali menghampiri Sabrina yang ada diambang pintu kamar mandi. 

"Tidak ada siapapun, disana hanya ada Pak Yudi dan istrinya serta dokter Agung," jelasnya. 

Sampai bayiku lahir pun kamu tidak mau kesini. 

Sabrina kembali masuk ke kamar mandi dan  meninggalkan banyak tanda tanya pada dokter Meta. 

Bu Risma yang menunggu hanya bisa mondar mandir, rasanya tak sabar untuk segera menggendong bayi yang tadi ia dengar lantunan tangisnya. 

"Duduk dulu, Ma! Nanti juga keluar."

Pak Yudi menepuk kursi yang masih kosong. Berharap istrinya bersabar sedikit lagi. 

"Nggak bisa, Pa. Kok dokter tadi kerjanya lama sih," cetus Bu Risma mulai jengkel. 

Akhirnya Pak Yudi hanya geleng geleng kepala melihat tingkah istrinya. 

Ceklek

Pintu terbuka, sosok yang dinanti ada di gendongan seorang suster yang baru saja keluar dari ruangan. 

Tak hanya Bu Risma yang antusias melihat bayi Sabrina, namun Pak Yudi dan Dokter Agung ikut menghampiri bayi itu. 

"Wah,  tampan sekali," sanjung Bu Risma seraya mencium pipi gembul bayi tersebut. 

Bu Risma mengambil alih cucunya dan membawanya duduk. 

Sedangkan Pak Yudi  hanya diam dan terus menatap lekat bayi itu,  sepertinya setiap jengkal wajahnya itu sangat tak asing baginya, namun Pak Yudi lupa.

Bu Risma terus mengelus pipi bayi itu dengan lembut, bagaikan meminang cucu kandungnya sendiri. Itulah yang dirasakan Bu Risma, suasana hatinya sangat bahagia saat bayi itu menggeliat. 

"Bu,  maaf papanya di mana ya? tanya sang suster.

Bu Risma dan Pak Yudi saling pandang. 

"Bayinya belum di adzani," imbuhnya lagi. 

Tanpa mengucap sepatah katapun Pak Yudi mengambil alih bayi itu dan mengadzaninya. 

Bu Risma menangis sesenggukan, entah apa yang dirasakan, rasa sedih bercampur aduk mendengar suara suaminya saat melantunkan lafadz yang menyejukkan hati di telinga cucunya.

Setelah puas dengan bayi yang menggemaskan itu,  Bu Risma dan Pak Yudi beralih ke kamar rawat Sabrina. 

Suasana ruangan itu hening, Sabrina hanya bisa menatap nanar putranya yang masih ada digendongan Bu Risma.

"Kamu kenapa, Sab?" tanya Bu Risma. Mendekatkan cucunya itu tepat di samping menantunya. 

Sabrina hanya menggeleng tanpa suara. 

"Sab,  kalau boleh biar ayah yang kasih nama bayi kamu," sahut pak Yudi yang ada di belakang Bu Risma. 

"Boleh, Yah,"  jawab Sabrina. 

"Devan Rahardjo,"ucap  pak Yudi dengan lantang. 

Sabrina terharu, ternyata pak Yudi menepati janjinya dan menyematkan nama besar keluarganya. 

"Devan saja yah,"  bantah Sabrina. Merasa tak enak dengan nama yang ada di belakang. 

Dengan langkah lebar pak Yudi menghampiri brankar dimana Sabrina masih berbaring. 

"Dengar apa kata ayah! Dia adalah cucu ayah, jadi dia berhak menyandang nama keluarga, meskipun dia bukan cucu kandung ayah, Ayah dan Ibu tidak akan membedakannya, jika anak Camelia lahir, dia adalah yang kedua, dan Devan Rahardjo lah cucu pertama ayah," tegasnya.

Setelah mendengar penuturan Pak Yudi, Sabrina merasa lebih tenang, meskipun pernikahannya yang mungkin akan kandas, putranya sudah menjadi bagian dari kelarga Rahardjo. 

"Setelah ini apa rencana kamu?" tanya Bu Risma meletakkan bayi Sabrina kedalam box.

Sabrina kembali menatap kedua mertuanya bergantian.

"Setelah ini aku akan tinggal sendiri, aku akan memulai hidup baruku bersama Devan, ayah dan Ibu tidak berhak melarangku."

Skak

Meskipun berbagai rencana sudah disusun Pak Yudi, pria itu tak bisa berkutik setelah mendengar ucapan Sabrina. 

"Baiklah,  jika itu pilihanmu,  ayah tidak akan melarang, tapi jangan halangi Ayah untuk bertemu dengan cucu ayah."

''Taramm"

Disaat suasana mencengkam, tiba tiba saja suara yang familiar menggema di ambang pintu, ia adalah Arum dan Sesil yang baru saja datang. 

"Kalian?" ucap Sabrina terkejut. 

Arum dan Sesil menyapa kedua mertua Sabrina lalu menghampiri bayinya.

"Dari mana kalian tahu aku disini?" imbuh nya lagi.

Arum menyungutkan  kepalanya ke arah Sesil.

"Kok Sesil bisa tahu?" tanya Sabrina dengan wajah yang makin penasaran. 

Akhirnya keduanya gagal fokus pada bayinya dan menghampiri Sabrina. 

"Anu…..mmm...itu…."

"Anu apa?" selak Sabrina semakin menyelidik dengan wajah Sesil yang nampak gugup. 

"Jangan bilang kalau Dokter Agung yang memberitahumu?"

Sesil membulatkan matanya, otaknya berkelana mencari alasan yang tepat untuk mengelabuhi kedua sahabatnya. Ia bagaikan maling yang tertangkap basah dan tak bisa mengelak lagi. 

"Iya,  tadi Dokter Agung telepon aku, dan aku langsung kesini, memangnya kenapa?" jawabnya malu malu. 

Sesil menatap Arum dan Sabrina bergantian. 

"Ya, nggak apa apa. Bagus kalau sahabatku ini akhirnya sudah bisa memasukkan seorang laki laki ke dalam jantung hatinya," sindir Arum. 

Semua hanya bergelak tawa, ternyata kehadiran Sesil dan Arum mengubah suasana menjadi lebih rusuh. 

Sebuah cubitan terus mendarat di lengan Arum,  gadis itu nampak merengut dengan ejekan kedua sahabatnya. 

"Kenapa kamu sewot sih,  bukannya senang, sebentar lagi akan mempunyai kekasih seorang dokter." 

Sesil yang merasa terpojok memilih untuk diam meyembunyikan isi hatinya. 

1
Rismawati Damhoeri
ke lain hati nggak, berbagi hati iy..
Rismawati Damhoeri
ngomong aja Ndak usah pekik2...
Kezia Kalimah
cewenya bloon
Mice Maizarni
Luar biasa
YuWie
hedew..old money, ngasih toko emas dan perusahaan kayak ngasih duit recehan.
YuWie
kupikir sama arum ya
Khairul Azam
cinta boleh bodoh jgn, bulshit lah ngomongin cinta, klo menyakiti hati dan perasaan diri sendiri, senangkan diri dan hati sendiri
Khairul Azam
aya terlalu dimanfaatkan, jgn sama randu lah mending cari yg lain
Khairul Azam
jgn mau aya klo balikan sama randu
Safa Almira
suka
YuWie
jengkel bacanya ya klo masalah org ketiga mah. Sabrina bodoh mahesa tambah lagi.
YuWie
Luar biasa
YuWie
awal yg menyesakkan.
niesya ananda saputri
Luar biasa
Roslia Suhaedi
mungkin anak yg di kandungsabrina anaknya mahesa
Isayanti Hernanur
good ceritanya terbaik
Rini Astria
Luar biasa
Noerlina
Kecewa
Noerlina
Buruk
Gung Ayu
ga sopan bgt.. bukannya terimakasih ke mertuanya yg udh baik... karakternya ga jls/Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!