Hanum Salsabila, seorang dosen cantik harus menerima kenyataan jika ia harus dijodohkan dengan seorang CEO. Ia hanya bisa pasrah dengan ketegasan Halim sang ayah yang membuatnya tidak berdaya.
Ravindra Aditama, CEO yang begitu membenci perjodohan. Ia bersumpah akan mengerjai Hanum sampai ia puas dan pergi meninggalkan negeri ini setelahnya.
Kisah cinta mereka baru saja dimulai, namun Tama harus menerima kenyataan jika Hanum lebih memilih untuk berpisah darinya.
Akankah mereka bisa mempertahankan rumah tangga atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatuh Cinta?
Hanum memilih keluar dan menemui sang ibunda. Berharap, Nafisa masih berada di sana. Ia ingin bercerita tentang apa yang kini ia rasakan.
"Eh, sudah bangun, Nak?" tanya Nafisa ketika melihat Hanum turun dari tangga.
"Sudah, Bunda!" ucap Hanum sambil tersenyum.
"Nyenyak banget kelihatannya. Memang sih, tidur sambil berpelukan itu bisa bikin nyaman sampai pagi," ucap Alifiya menggoda Hanum.
"Ah, Mom jangan seperti itu!" ucap Hanum dengan wajah yang merona.
"Namanya juga pengantin baru," ucap Alifiya tersenyum.
Nafisa menatap Hanum dengan tatapan yang berbeda. Jika tidak ada Alifiya, mungkin ia akan memaksa Hanum untuk mengatakan apa yang sedang terjadi.
"Sayang?" panggil Tama dengan cemberut.
Hanum hanya menghela napas dan tersenyum manis menatap ke arah Tama. "Kenapa, Mas?" ucapnya.
"Aku masih mengantuk!" ucap Tama duduk di samping Hanum dan memeluk sang istri dengan manja.
Hanum terkejut, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan Tama melakukan apa pun yang ia inginkan.
"Eh, kamu gak malu apa, ada mertua kamu di sini!" ucap Alifiya memancing.
Ia melihat jelas ekspresi tidak nyaman dari Hanum ketika Tama memeluknya.
Tama tersenyum smirk sambil mengelus perut Hanum dan membuat gadis itu tersentak kaget dan langsung menatapnya dengan tajam.
Ibu tidak bisa berbuat apa pun di hadapan orang tua kita. Ah, semoga kalian tumbuh nak! Satu aja sudah cukup. Batin Tama senang.
Sementara Hanum berusaha untuk menahan diri agar tidak bereaksi berlebihan terhadap Tama.
Sungguh, aku ingin membunuh laki-laki ini dengan sangat kejam!. Batin Hanum kesal.
"Aku masih mengantuk!" ucap Tama membaringkan kepalanya di pangkuan Hanum.
"Tidur di dalam saja, Mas!" ucap Hanum menolak.
Namun Tama masih memiliki cara lain untuk membuat Hanum pasrah. Ia memejamkan mata dan meletakkan tangan sang istri di pipinya yang ditumbuhi oleh jambang tipis yang sudah di cukur.
Nafisa mengusap punggung Hanum. Sikap sang putri sangat terlihat keberatan dengan tingkah Tama.
Hingga Hanum membiarkan apa yang dilakukan oleh pria tampan itu. Tama bahkan melunjak dan malah menghadap ke arah perut Hanum seolah tanpa beban.
"Ah, Anak kita pasti akan pintar, hebat dan lucu seperti mamanya nanti. Cepat Tumbuh ya, Sayang!" ucap Tama terkekeh.
Namun Nafisa dan Alifiya terkejut mendengar ucapan Tama. Mereka saling menatap satu sama lain, tanpa ekspresi.
Sementara Hanum memejamkan mata dan mencubit leher Tama dengan sedikit keras. Ia merasa malu mendengar apa yang dikatakan oleh pria tampan itu.
"Sakit!" Keluh Tama sambil mengusap lehernya. "Ayo kita pulang! Aku mau anu," ucap Tama yang mulai merasa ketidaknyamanan Hanum.
Ia tidak ingin menambah kemarahan sang istri karena tingkahnya yang berlebihan. Sebentar lagi pasti Hanum hanya akan terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Nafisa hanya menghela napas berat. Sungguh ia tidak tega dengan apa yang dialami oleh Hanum saat ini.
Jika saja hubungan mereka bukan pernikahan, mungkin ia akan membawanya pergi menjauh dari Tama dengan segala resiko yang akan ia tanggung nanti.
Sabarlah, Sayang. Bunda yakin, sebentar lagi kebahagiaan akan menghampirimu. Walaupun kini bunda sangat penasaran dengan apa yang terjadi di antara kalian selama di Korea. batin Nafisa.
Tama dan Hanum memilih untuk segera pulang ke rumah. Melihat tingkah Hanum yang masih memilih untuk diam, membuat Tama kehabisan akal mengajak sang istri berbicara.
Bahkan ketika sampai di rumah pun, dosen cantik itu hanya langsung menuju kamarnya dan mengunci diri dari dalam.
Dia begitu dingin sekarang. Ah, sial banget aku!. Batin Tama.
Ia berfikir membuat makan malam untuk Hanum dan berusaha agar bisa menarik kembali hati gadis itu.
"Den, biar saya saja yang memasak," ucap Mbak Nini, asisten rumah tangga.
"Gak papa, Mbak. Bantu untuk menyiapkan bahannya saja," ucap Tama tersenyum.
Mbak Nini hanya mengangguk dan membantu Tama untuk memasak makan malam. Walaupun ada rasa berbeda, namun ia tidak berani berkata apa pun terhadap rumah tangga sang majikan.
Tama memasak makan malam sederhana sambil tersenyum penuh harap. Ia seperti termakan ucapan sendiri ketika melayangkan kesepakatan kepada Hanum.
Kini ia hanya bisa berharap keadaan bisa berbalik dan mereka bisa berbaikan layaknya sepasang suami dan istri yang saling mencintai.
Sejenak, Tama terdiam ketika merasakan perubahan aneh yang terjadi pada dirinya.
Apa aku mulai jatuh cinta? Secepat ini?. Batinnya bingung.