Cewek matre? Itu biasa! Lalu, bagaimana dengan cowok matre? Sangat luar biasa.
Itulah yang Delia rasakan, memiliki kekasih yang menjadikannya seperti ATM berjalan. Hingga pada akhirnya, putus cinta membawa Delia yang tanpa sengaja menghabiskan satu malam bersama dengan pria asing.
Bagaimana cerita Delia selanjutnya? Yuk simak!
So Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 3 ONS
Matahari pun menyapa dunia, sinarnya yang indah sudah berada tinggi diatas langit. Dibalik selimut, Delia masih tidur dengan nyamannya. Suara seorang wanita yang sangat asing membuat dirinya terbangun.
"Bangun kalian!" teriak wanita itu sambil menggoyangkan tubuh Delia.
Delia yang baru saja tersadar dari tidur malamnya, hanya mampu mengucek mata berulangkali. Dia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Dan ya, saat ini Delia tidak memakai apa pun. Tubuh polosnya hanya ditutupi dengan selimut.
"Aaaa!!!" teriak Delia membuat seorang pria yang ada disampingnya terbangun. Pria itu memegangi kepalanya yang terasa berat. Perlahan tapi pasti, dia membuka kelopak matanya.
Aryan, pria yang tanpa sengaja menghabiskan satu malam bersama dengan Delia. Bukan hanya Delia saja yang syok, tapi juga Aryan.
"Apa yang kau lakukan di kamarku?" Bentak Delia tanpa melihat kebenarannya terlebih dahulu.
"Kamarmu? Hei, gadis sin*ting! Ini kamarku," balas Aryan membentak Delia.
Wanita yang tak lain adalah kekasih Aryan, langsung menjambak rambut Delia.
"Dasar wanita mu*rahan! Jala*ng sialan! Berani sekali kau tidur dengan calon suamiku. Aku tidak akan mengampunimu." wanita itu naik ke atas tubuh Delia, dia menjambak, bahkan mencakar wajah mulus Delia.
"Hentikan!" teriak Aryan penuh kekesalan. "Cepat pakai bajumu dan pergi dari kamarku sekarang juga!" perintahnya. Aryan mengambil celana pendek dan segera memakainya. Lalu, dia berjalan ke arah balkon.
Jenny— kekasih Aryan, dia mengikuti langkah pria itu. Namun, dirinya masih memiliki dendam dengan Delia.
"Apa-apaan ini, Ar? Untung saja hanya aku yang tahu masalah ini, jika tadi aku memanggil security atau manager hotel ini, maka kau dan wanita j*Alang itu pasti akan dinikahkan." ucap Henny kesal.
"Mau apa kau datang kesini?" bukannya menjawab, Aryan malah gantian bertanya pada Jenny.
"Aku ini calon tunanganmu, wajar saja kalau aku datang untuk menemuimu, Aryan. Aku sangat merindukanmu. Setelah perjodohan kita resmi ditentukan, kau pergi begitu lama dari rumah."
"Kau tau kan, kita akan menikah karena sebuah perjodohan, dan semua itu terpaksa. Jadi apa yang kau harapkan dariku?"
"Ya, aku tau itu. Tapi pelan-pelan, kau pasti bisa menerima semuanya, dan mencintaiku dengan tulus."
Delia yang sudah selesai berpakaian tidak mau berlama-lama di tempat tersebut. Dia turun dari ranjang dengan perlahan, karena merasakan sakit di daerah intimnya. Pikiran Delia menerawang jauh entah kemana, dia tidak mau berurusan lagi dengan sepasang kekasih itu.
Setelah berada diluar kamar, Delia melihat nomor pintu tersebut.
"201, berarti aku yang salah kamar. Ya Tuhan, bagaimana ini?" Delia kembali mengingat tentang kejadian tadi malam, dimana dirinya putus dengan Brian, lalu dia pergi ke bar untuk menenangkan pikiran. Setelah itu, dirinya tidak mengingat apa pun lagi.
Aryan menoleh ke ranjang, ternyata wanita yang tadi tidur bersamanya sudah pergi.
"Siapa wanita itu, Aryan?" tanya Jenny meminta penjelasan.
"Aku juga tidak tahu siapa dia."
"Heh, bohong! Jelas-jelas kalian berdua menghabiskan malam bersama, dan kau bilang tidak mengenalnya?'' cibir jenny, terus memojokkan Aryan.
"Aku tidak ingat apa pun, Jenny. Tadi malam aku bertemu dengan teman-temanku, lalu kami pergi ke bar. Setelah itu, aku tidak ingat apa pun."
Jenny mencoba menetralkan emosinya. "Baiklah, kali ini aku maafkan perbuatan mu. Tapi Aryan, aku mohon, jangan mengulanginya lagi. Meskipun kau tidak mencintaiku, dan terpaksa menikah denganku, setidaknya hargai aku sedikit saja."
Aryan tidak mempedulikan perkataan Jenny, dia langsung pergi meninggalkan wanita itu ke kamar mandi.
Jenny menatap lurus ke depan, dia berjanji akan menaklukkan hati Aryan. Dan dia harus mencari tahu tentang wanita yang sudah menghabiskan malam bersama dengan Aryan.
Delia telah sampai di kamarnya, dia menutup pintu dengan kencang dan menguncinya dari dalam. Saat baru saja hendak pergi ke kamar mandi, tiba-tiba pintu itu diketuk dari luar. Delia merasa panik, dia takut terkena masalah jika ada orang yang mengetahui perbuatannya.
Delia menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu.
"Del!" teriak Winda, asisten pribadi Delia. Mendengar suara itu, Delia pun segera membukakan pintu.
"Wi—winda?"
"Kenapa wajahmu pucat seperti itu? Dan kemana kau tadi malam? Aku lihat kau tidak pulang ke hotel."
"A—aku," Delia tidak meneruskan perkataannya, dia belum siap berbagi dengan siapapun. "Memangnya ada apa, Win?"
"Hei, Nona. Aku bertanya padamu, kenapa kau malah balik bertanya seperti itu?"
"Kepalaku pusing, Win. Mungkin karena kelelahan. Bisakah kau membiarkanku sendirian dulu?"
Winda tidak ingin membantah perkataan bosnya, meskipun sebenarnya mereka sudah seperti teman dekat. "Baiklah, aku pergi. Jika kau butuh sesuatu, hubungi saja aku."
Delia menganggukkan kepalanya.
*****
Aryan yang baru saja selesai mandi, langsung melihat ke atas ranjang. Seprei putih yang tadinya mulus tanpa noda, kini terdapat bercak berwarna merah disana.
"Itu pasti bekas wanita tadi." ucapnya yakin.
******
Bersambung
kaya kaca mbke /CoolGuy//CoolGuy/
biar della aja yg tunjukin bukti ke aryan biar dramatis dan usai