Khanza dan Roland, sepasang insan yang saling mencintai, Karena Fitnah, Roland menyakiti Khanza, saat Roland menyadari kesalahannya, dia sudah terlambat, Khanza telah pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghadiri Lamaran
Assalamualikum
Pagi ini, author hadir lebih awal.
Semoga para readers senang ya.
"Melampiaskan kekesalan, bukan solusi untuk menyelesaikan masalah."
💖💖💖💖
Malam ini Azura, Zila, Khanza dan Roland menghadiri acara lamaran anak teman Azura, Santi dulu teman kuliah Azura, ini alasan Azura pulang ke Indonesia, karena dia ingin bertemu dengan teman lamanya itu.
“Selamat datang di rumahku.” Ucap Santi segera memeluk Azura. Kemudian dia menyalami gadis cantik Zila.
“Ini pasti Zila.” Tebak Santi, karena dia pernah melihat gambar Zila diposting Azura di media sosial akun Facebook.
“Iya tante.” Zila menyodorkan tangan meraih tangan Santi dan mencium punggungnya.
“Terima kasih sudah memenuhi undanganku.” Kata Santi lagi menggapit tangan Azura, membawa masuk dan mengajak Roland, Khanza dan Zila duduk di ruang tengah.
Kedatangan keluarga Roland, juga disambut oleh Agnis, karena Rania adalah adik sepupu Agnis.
"Silahkan, Tante." Ujar Agnis seraya meletakkan baki berisi beberapa minuman jus.
Wanita berwajah cantik dan berhati licik itu, ikut duduk di sebelah Roland, Agnis mulai melancarkan aksinya, dengan memuji hasil kerja Khanza selama satu minggu di perusahannya.
Khanza dengan wajah polosnya hanya tersipu, mendengar semua ujaran Agnis. sedikitpun dia tidak merasa kalau Agnis tak pernah tulus mengatakan itu.
Malam semakin larut, acara inti sudah berlalu. sekarang acara bebas. Undangan yang masih bertahan pun hanya tertentu, Azura, Zila dan Roland ikut diajak berdansa, sementara Khanza hanya duduk dan menunggu di tempatnya.
"Tidak ikutan dansa." tiba-tiba Andra sudah berada di depannya. Khanza hanya menggeleng.
"Boleh aku duduk di sini." Khanza memberikan anggukan tanda setuju.
Agnis dengan mata elangnya mengawasi gerak-gerik Khanza, melihat Khanza sedang asik ngobrol dengan Andra, timbul niat jahat Agnis.
Agnis menarik tangan Roland dan mengajak berdansa. Roland menenuhi ajakan Agnis, saat mata Roland melihat Khanza, sedang asik bercengkrama dengan lelaki yang tadi dilihatnya di kantor, Roland spontan melingkarkan tangannya ke pinggang Agnis, dia sengaja melakukan itu agar Khanza terbakar api cemburu, dia pun bergoyang mengikuti irama.
Sekilas dari sudut matanya, Roland kembali memperhatikan Khanza, sedikitpun Khanza tidak meliriknya, bahkan sekarang posisi Khanza duduk menyamping, berdampingan dengan lelaki itu. Wajah wanita ayu itu tertawa lepas dan terlihat sangat bahagia. Roland merasa ada jarum yang menusuk-nusuk ketika melihat Khanza tertawa begitu.
Melihat gelagat Roland yang sedang memperhatikan Khanza, Agnis memeluknya semakin erat, dia berharap Roland membalas pelukannya, tetapi perkiraannya salah, Roland memaksa Agnis melepaskan pelukannya, dan bergegas menuju ke arah Khanza.
Wajah kesal Agnis terukir senyuman tipis. Dia bersumpah akan mendapatkan Roland dan membuat Khanza mendarita.
"Ayukkk! kita pulang." Roland menarik tangan Khanza. Khanza kaget, tapi dia segara beranjak, sebenarnya dari tadi dia sudah mau pulang, tapi tak berani, mengatakannya. Sementara Andra hanya menatap lelaki yang menarik tangan Khanza.
"Mami dan Zila, Mas?" Tanya Khanza.
"Mami, Zila, mas." Andra mengeja orang-orang yang disebut Khanza.
"Mas! mungkin itu abangnya." batin Andra masih berharap kalau Khanza masih sendiri.
Roland tidak menghiraukan pertanyaan Khanza, dia terus saja menarik Khanza sampai ke mobil. Roland mengirim pesan watshapp ke maminya, kalau dia pulang duluan, sepanjang perjalanan, Roland hanya membisu, tatapan matanya penuh amarah. Sampai di Apartement Roland memuntahkan amarahnya.
"Dasar perempuan murahan." Roland mendorong Khanza hingga terhempas di tempat tidur.
“Apa lelaki itu pacarmu, hah!” bentak Roland, Khanza hanya diam. Percuma dia menjelaskan, Roland tidak akan pernah percaya padanya.
Ingin rasanya Roland memukili Khanza karena sakit hati, saat melihat Khanza begitu akrab dengan lelaki teman kantornya itu, hanya saja jika itu dilakukannya pasti mami dan Zila akan tahu masalahnya dengan Khanza.
Roland meluapkan kesalnya dengan memukul-mukul bantal ke tubuh Khanza. Khanza hanya diam tanpa ekspresi, dia tak tahu apa salahnya yang membuat Roland sangat murka.
"Siapa lelaki tadi, pacar kamu, jawab!" Wanita sabar itu menatap suaminya dengan mata mengembun, ternyata Roland marah gara-gara tadi dia bicara sama Andra.
"Siapa! jawab!" Roland mencengkram rahangnya terasa sakit sampai ke ulu hati.
“D-dia hanya teman kerjaku, Mas.”
“Teman kerja! Begitu akrab!” Roland melepaskan cengkramannya.
“Jika kulihat lagi kau bersamanya, aku akan meminta Agnis memecatmu.” Ancam Roland.
“Maaf mas, aku janji tidak akan pernah bersamanya lagi.” Khanza menangkupkan kedua telapak tangannya di dada, memohon pada Roland, karena dia tahu Roland tidak pernah bermain-main dengan kata-katanya.
“Jika aku dipecat, maka aku akan terkurung selamanya di sini.” Batin Khanza.
“Aku pegang kata-katamu.” Ucap Roland, kemudian berajak meninggalkan kamar, jika dia tetap bersama Khanza, di khawatir tidak bisa menaham emosinya.
Entah kenapa, walaupun Roland sekarang sangat membenci Khanza, tapi dia selalu tidak rela kalau Khanza bahagia dengan lelaki lain. Apa lagi meihat Khanza bisa tertawa lepas seperti tadi, bagaikan ada jarum-jarum tajam menusuk ulu hati Roland.
Sepeninggalan Roland, Khanza hanya bisa menarik napas dalam, akan kah hidupnya seperti ini selamanya, andai tidak memikirkan nama baik Roland dan keluarganya, ingin rasanya dia kabur, pergi jauh dari kehidupan Roland.
Perlahan Khanza masuk ke kamar mandi, berwudhu dan melaksankan shalat isya, karena tadi waktu dia berangkat ke ramah Santi belum melakukan shalat isya.
“Ya Allah, berikan aku petunjuk, jika ini takdirku, beri aku kekuatan.” Doa Khanza disela isaknya. Terkadang hatinya sangat rapuh. Dan di saat-saat itu dia pasti melakukan shalat dan curhat pada sang pencipta.
Setelah melakukan shalat dan berdoa, sekarang hatinya mulai tenang dan tentram. Khanza menurnkan selimut, kemudian membentangkan di lantai kamar, lalu merebahkan tubuhnya, selama Azura dan Zila ada di apartement, dia memang satu kamar dengan Roland, namun Roland tidak pernah mengijinkannya tidur di atas tempat tidur.
Seperdetik kemudian Khanza pun tertidur pulas, dia terlalu lelah dengan pekerjaan di kantor, sekarang di tambah lagi dengan kecemburuan Roland yang tak beralasan.
*****
Pagi ini Azura dan Zila sudah siap-siap kembali ke Singapura. Setelah seminggu di Indonesia. Lelaki berwajah tampan itu memperlihatkan wajah munafiknya, sedih saat melihat mami dan adiknya akan kembali, tapi hatinya bersorak, karena dengan begitu dia bisa memperlakukan Khanza sesuka hatinya.
Khanza sudah rapi dan siap berangkat ke kantor, dia mengambil gawainya, sejak kedatangan mertuanya, Roland menyerahkan gawainya yang sempat disekap selama tujuh bulan, Khanza mencari aplikasi Gojek. Belum sempat dia order pesanannya, terdengar suara mami Azura memanggilnya.
"Khanza! Ayok masuk.” Azura mengajak menantunya untuk masuk dan duduk disampingnya.
"Tidak usah mami, Khanza pakai Gojek aja."
"Sekalian aja, kan arahnya sama." Perempuan parohbaya itu tetap memaksa.
Roland menarik tangan Khanza, membuka pintu mobil dan menyuruhnya duduk.
"Ta-tapi, Mas, ntar Mami terlambat kalau ngantar aku dulu."
"Udah!, nurut saja." Ucap Roland menatapnya tajam, dan langsung tancap gas.
"Nggak apakan antar mami dulu sayang.” kata Roland membelokkan mobil ke kiri menuju bandara.
"Nggak apa sayang.” Jawab Khanza, walaupun sebenarnya dua puluh menit lagi dia ada meting.
"Nggak apa-apa telat dikit, telpon saja asistenmu itu, kalau kita ke bandara dulu antar mami." Ujar Roland sok mesra. Khanza hanya mengangguk, kemudian dia mengambil ponselnya dalam tas, dan mengirim pesan pada Andra, kalau dia pagi ini telat kerena ada keperluan mendadak.
Dua puluh meneit kemudian mereka sudah sampai di bandara, Roland menurnkan barang-barang bawaan Azura dan Zila.
“Khanza, mami pulang dulu ya.” Azura memeluk menantunya dengan penuh rasa sayang.
“Iya Mi, mami dan Zila sampai ketemu lagi.” Kata Khanza membalas pelukan Azura dan Zila.
“Roland, jaga memantu mami baik-baik.”
“Siap mi.” ujar Roland. Seraya mengantar Azura dan Zila masuk kerunag tunggu.
Roland dan Khanza kembali ke mobil. Sampai di mobil Roland mengambil tas dan berkas Khanza.
"Nih, barang-barangmu, pesan saja taxi online." ucap Roland sambil menyerahkan tas Khanza.
"Ta-tapi, Mas." belum sempat Khanza bicara, Roland sudah meluncur meninggalkannya. tanpa sadar mata Khanza berkaca-kaca.
Khanza berdiri di tepi jalan raya, sudah sepuluh menit dia menunggu, taxi yang dipesannya belum juga datang. Pesan watshaap dari Andra sudah berulang-ulang masuk menanyakan posisinya, karena rekan bisnis mereka sudah datang untuk membicarakan kontrak kerja.
Sebuah mobil Alphard hitam menepi hampir menyerempat Khanza, seseorang menurunkan kaca mobil dan menyapa.
"Khanza, lagi menunggu siapa."
"Eh, Pak Beni."
Pak Beni salah satu rekan bisnis Khanza yang akan menghadiri pertemuan. Khanza akhirnya ikut di mobil pak Beni setelah mengcensel orderannya.
Sampai di kantor, Khanza bergegas keruangan menemui Andra ternyata Andra sudah d ruang meeting. Andra merasa sangat lega begitu melihat Khanza sudah memasuki ruang meeting.
"Selamat pagi rekan-rekan, maaf saya sedikit terlambat." ucap Khanza mengawali kata pembuka.
Semua mata menatap serius ke arah Khanza, beberapa rekan bisnis berdecak kagum padanya. Kharisma Khanza dalam penyampaian presentasi, sangat luar biasa dan mengagumkan, semua rekan bisnisnya merasa terkesan dan setuju mengadakan kerjasama dengan perusahaan Agnis Gilrs dan bahkan ada yang langsung menandatamgani kontrak kerjasama.
"Selamat bu Khanza, anda memang hebat." Andra memberi ucapan pujian ke Khanza. Setelah meeting selesai dan rakan bisnis mereka sudah pulang.
“Semua ini juga berkat anda pak Andra.” Balas Khanza diselangi dengan tawa bahagia. Andra orang yang paling senang melihat Khanza tertawa. Ada kebahagian tersendiri menyusup dihatinya.
"Semua tawa itu akan menjadi milikku." gumam Andra dengan doanya.
Bagaimana nasib Khanza setelah Azura dan Zila kembali?
Terkabulkah harapan Andra?
Ikut part berikutnya
💖💖💖💖
Jangan lupa dukung Author dengan cara tekan like, kasih komen, hadiah dan voto ya
Terima kasih para readears🙏🙏🙏
hiks... hiks...
terimakasih thor, sukses selalu