NovelToon NovelToon
Anak Kembar Sang Penguasa

Anak Kembar Sang Penguasa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintamanis / Anak Genius
Popularitas:19.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rosma Sri Dewi

Amanda Daniella, gadis manis berusia 23 tahun, karena pengaruh obat yang dimasukkan ke dalam gelas minumnya, dia salah masuk kamar. Dia masuk ke dalam kamar yang diisi seorang pemuda berusia 28 tahun, yang merupakan CEO dari perusahaan besar dan sangat berpengaruh. Karena sudah tidak bisa menahan kabut gairah yang sudah menguasainya, akhirnya malam itu dia menyerahkan pada pemuda yang tidak dia kenal sama sekali itu.

Akibat dari kejadian itu, Amanda akhirnya hamil anak kembar. Tapi, dia tidak tahu pada siapa dia mau menuntut tanggung jawab, karena dia sama sekali tidak mengenal laki-laki itu, bahkan wajahnya saja dia tidak ingat sama sekali.

Bagaimana nasib Amanda setelah itu? apakah dia akan bertemu dengan laki-laki ayah dari anak-anaknya yang kebetulan terlahir genius itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu yang tak terungkap.

Waktu berjalan dengan begitu cepat. Sebulan sudah Amanda tinggal di paviliun keluarga Bagaskara dan sebulan juga dia bekerja di perusahaan menjadi sekretaris Ardan menggantikan sekretaris lama yang resign karena harus mengikuti suami yang bekerja di kota lain.

Walaupun sudah sebulan Amanda menjadi sekretaris Ardan, tidak serta merta membuat sikap dingin Ardan mencair. Dia tetap saja bicara seperlunya dan Amanda sama sekali tidak mempermasalahkannya. Setiap hari mereka berangkat bersama, tapi Amanda selalu minta untuk diturunkan di tempat yang tidak terlalu jauh dari perusahaan agar tidak menimbulkan kecurigaan dan bisik-bisik dari para karyawan.

"Amanda, tolong kamu buatkan kopi buatku dan Rio, antarkan ke ruangan ku!" titah Ardan melalui wireless intercom yang terhubung langsung ke meja Amanda.

"Baik,Pak." Amanda, berdiri dari kursinya dan melangkah ke pantry untuk membuat kopi yang diperintahkan oleh Ardan.

"Rio, bagaimana pencarianmu? apa orang-orang suruhanmu sudah menemukan keberadaan wanita itu?" tanya Ardan dengan mata yang tetap fokus ke layar monitor di depannya.

"Belum, Dan! sangat susah untuk menemukannya, karena kita sama sekali tidak memiliki sesuatu hal yang bisa kita gunakan untuk mencari keberadaannya. Semuanya abu-abu." sahut Rio dengan raut wajah tanpa senyum, merasa gagal melakukan perintah dari Ardan.

Ardan menghela napasnya dengan sekali hentakan dan mengusap wajahnya dengan kasar. "Waktu yang diberikan oleh mama dan papa tinggal dua bulan lagi, apa selama dua bulan ini, wanita itu sudah bisa ditemukan? sepertinya sangat mustahil, dan mau tidak mau aku harus menepati janji, untuk menerima siapapun wanita yang dijodohkan mama dan papa."

"Selama masih ada waktu, jangan pesimis, Dan.Aku akan tetap berusaha agar secepatnya menemukan wanita itu," ujar Rio, mantap.

Tok ... tok ... tok

"Masuk!" teriak Ardan dari dalam.

Suara pintu yang terbuka tidak membuat Ardan mengalihkan tatapannya ke arah pintu, karena dia tahu, yang datang pasti Amanda. Bukannya dia tidak mau melihat Amanda, hanya saja dia tidak mau, jika dia menatap Amanda, dia tidak bisa mengendalikan hatinya, yang belakangan ini mulai disusupi oleh nama Amanda. Jadi Ardan memutuskan untuk membangun tembok yang setinggi-tingginya dengan selalu bersikap dingin pada wanita dengan dua anak itu.

"Ini kopinya,Pak," Amanda meletakkan gelas berisi kopi di meja Ardan.

"Emm," sahut Ardan dingin dengan mata yang tetap fokus ke arah monitor, berusaha untuk meredam Detak jantung yang berdetak dua kali lebih cepat. Apalagi, wangi parfum yang dipakai oleh Amanda, mengingatkan dia pada wangi parfum yang dipakai oleh wanita yang dia cari selama ini.

"Aku permisi, Pak Ardan, Pak Rio," Amanda membungkukkan sedikit badannya, lalu mengayunkan kakinya, melangkah keluar. Ekor mata Ardan bergerak, menatap punggung Amanda. Dan hal ini tidak luput dari perhatian Rio.

Sebelum Amanda mencapai pintu, tiba-tiba ada yang membuka pintu, yang membuat kening Amanda terbentur dan hampir jatuh terjungkal ke belakang. Ardan refleks berdiri ingin menangkap tubuh Amanda, tapi dia kalah cepat dengan orang orang yang baru saja masuk ke dalam ruangan Ardan.

Tanpa Ardan sadari, tangannya terkepal, dan rahangnya mengeras melihat, laki-laki yang merangkul pinggang pinggang Amanda, apalagi netra Amanda saling bertaut dengan netra laki-laki itu. Amanda dengan kekagetannya, sedangkan pria itu dengan tatapan yang terpesona pada wajah Amanda.

"Mau berapa lama kalian berdua saling menatap seperti itu?" ketus Ardan dengan dingin dan sorot mata yang tajam.

Pria itu sontak melepaskan rangkulannya, dan mengembangkan senyuman paling manis ke arah Amanda.

"Eh, maaf, Nona. Aku tidak sengaja!" seru pria itu dengan senyuman yang tidak tertanggal dari bibirnya.

"Tidak apa-apa, Tuan. Maaf aku mau pamit keluar dulu," Amanda membungkuk dan hendak melangkah kembali keluar.

"Tunggu dulu, Nona! Kalau tidak salah aku pernah melihat kamu di televisi. Kamu ibu dari dua anak kecil yang berbakat itu kan? kenalkan, aku Bagas," mengulurkan tangannya ke arah Amanda dan disambut dengan sopan oleh Amanda.

"Amanda," suara Amanda terdengar lembut saat menyebutkan namanya, membuat seseorang yang berdiri di dekat kursi kebesarannya merasa gerah dan sesak, sampai-sampai dia harus melonggarkan dasinya.

"Emm, apa kamu punya pena?" tanya Bagas, yang terasa ambigu di telinga Amanda.

"Pena? Pak Ardan pasti punya, Tuan. Kalau penaku adanya di mejaku," sahut Amanda, apa adanya.

"Oh, pena kamu ada di meja kamu? tapi kalau nomor telepon, sekarang pasti ada kan?"

Brakk

Ardan tanpa sadar membanting dokumen yang ada di atas meja, hingga membuat Amanda dan Bagas serta Rio terlonjak kaget.

"Pak Bagas, bukannya tujuan anda datang ke sini untuk membicarakan kerja sama? Jadi, jangan ganggu sekretarisku, dia punya banyak pekerjaan! __ Amanda kamu keluar sekarang!"

"Ba-baik, Pak." Amanda bergidik takut, melihat manik mata Ardan yang sudah memerah dan menatap ke arahnya dengan sorot mata yang sangat tajam, seperti pisau yang siap menghujam ke ulu hatinya.

Jangan lupakan Rio, yang tersenyum samar, menyadari kalau Ardan sekarang sedang merasakan yang namanya 'cemburu'.

"Ah, kamu gak asik, Dan. Aku cuma mau kenalan saja dengan dia. Kamu kan tahu sendiri, kalau aku sudah lumayan lama menduda. Janda ketemu duda, kan pas banget Dan," celetuk Bagas, yang membuat rahang Ardan semakin mengeras.

Ya, Bagas adalah salah satu sahabatnya yang juga merupakan CEO juga di sebuah perusahaan properti. Bagas adalah duda tanpa anak. Sudah dua tahun dia bercerai dengan istrinya yang berselingkuh di belakangnya.

"Pak Bagas, kalau kedatangan kamu ke sini hanya untuk menggangu sekretarisku, sebaiknya kamu pergi dari sini dan datang kembali setelah tujuan kamu memang murni untuk bisnis." nada bicara Ardan sangat dingin, bahkan dia bersikap sangat formal, berbanding terbalik dengan sikap Bagas yang santai padanya.

"Eits ... eits ... kamu kenapa sih, Sob? sensitif amat. Kamu lagi datang bulan ya?" Bagas, melemparkan candaan yang sama sekali tidak mampu membuat Ardan tertawa.

"Aku tidak punya waktu untuk melayani kamu untuk bercanda. Sekarang mari kita bicarakan kerja sama saja," sikap dingin Ardan belum juga mencair. Ada rasa ingin memukul wajah Bagas, bila mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

Bagas mengalihkan tatapan ke arah Rio, dengan manik mata , yang penuh tanya. "Kenapa dia?" walaupun suara Bagas tidak terdengar, tapi Rio dapat menangkap dan mengerti apa yang ditanyakan oleh Bagas.

Dan Rio hanya mengangkat bahunya, sebagai jawaban, yang menandakan kalau dia pun tidak tahu.

Ardan sama sekali tidak terlihat bersemangat saat membicarakan kerja sama dengan Bagas. Selain masih kesal dengan Bagas, dia juga merutuki kebodohannya yang bisa-bisanya merasa kesal, melihat insiden antara Amanda dan Bagas tadi.

"Bagaimana, Dan apa kamu tertarik dengan kerja sama ini?" tanya Bagas.

"Kamu tanya saja sama Rio, jika dia setuju, aku pun setuju," jawab Ardan menutupi dirinya yang sama sekali tidak memperhatikan apa yang dari Bagas bicarakan dengan Rio.

"Sepertinya sangat menarik. Baiklah, kami setuju!" sahut Rio.

"Kalau begitu, aku balik dulu, aku akan suruh asistenku nanti untuk mengurus kontrak kerja samanya." Bagas berdiri dari tempat dia duduk dan beranjak keluar, setelah Rio menganggukkan kepala mengiyakan. Sedangkan Ardan tidak memberikan respon sama sekali.

Selepas Bagas keluar, Ardan dengan cekatan melihat layar monitornya yang sudah di hubungkan dengan CCTV ke meja Amanda.

Ardan melihat, Bagas tidak langsung pulang, justru malah menghampiri Amanda ke mejanya.

Tanpa sadar, Ardan menekan wireless intercome menghubungkan ke meja Amanda.

"Amanda masuk sekarang ke ruanganku!" titahnya.

Terdengar ketukan pintu dari luar,yang Ardan yakin tidak lain adalah Amanda.

"Masuk!" Amanda membuka pintu dengan perlahan dan menutupnya kembali.

"Ada apa, Pak?" tanya Amanda dengan sopan.

Bukannya menjawab, Ardan justru fokus melihat ke arah layar monitor yang ada di depannya. Dia tersenyum samar, melihat Bagas yang tersenyum kecut. Bagas terlihat menghela napas kecewa dan beranjak pergi meninggalkan meja Amanda.

"Ya udah, kamu boleh keluar sekarang!"

"Heh?" Amanda mengrenyitkan keningnya, menatap bingung ke arah Ardan. Dia mencoba, mengalihkan tatapannya ke arah Rio untuk meminta penjelasan, tapi Rio juga pura-pura tidak melihatnya.

Amanda menghela napasnya, lalu memutar tubuhnya kemudian melangkah keluar.

"Dasar gila, dia tadi memanggilku buat apa coba?" Amanda menggerutu di dalam hati.

Tbc

1
Mazree Gati
masa bocah di suruh nungguin orang sakit biasanya jengguk aja ga boleh,,,pingin ngakak takut keselek
Anonymous
ok
Ahsin
suka iri kebahagian orang dasar ulat bulu
Ahsin
dasar 😅😅😅🤣
IndraAsya
👣👣👣
Ahsin
🤣🤣🤣🤣
Ahsin
🤣🤣🤣
Ahsin
mampus sahabat bangke... Krn sft irimu yg akan menjatuhknmu
Indah Setyorini
Luar biasa
nnk pw
pernah kyk cantika. bangun2 langsung mukul 🤣
Jasmine Dwielfiza
asem lagi makan smbil baca ini biat ngakak smpe keselel tulang ceker ayam 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤭🤭
Kecombrang
🤦‍♂️😂
Jasmine Dwielfiza
aku jg suka pusing Thor .anakku klo liat fto mama nya nikah ,bilang kenapa aku gak ada di fto kenapa aku gak diajak nikahan mama ,
dan satu lagi dia suka bilang kok mama selalu pergi sama aa aku nya mana gak diajak ,aku jawab aja Msih di perut,🤣🤣kan ikut jg..pusing makin panjang klo gak di jawab makin pusing
Mia Amilia
seru dech lanjut Thor /Shhh/
Kecombrang
😱
Khoerun Nisa
lagian kmn aja situ yg tau duluan tp ngasih kbr nya belakangan hah syg bgt kmu tor pake visual Rio dgn idola ku GK cocok bgt oon
Khoerun Nisa
kurang greget cara menyampaikan nya JD kedengaran nya biasa aja GK deg degan klu mereka ayah anak
Khoerun Nisa
novel nya trlalu santai..trbukti udh tau kbnrannya bknnya lngsung kasih tau eh malah leha2 GK tau klu nyawa anak itu kritis itulah aku kurang suka novel mu intinya kurang tegas dlm setiap masalah JD kesan nya TDK serius
Agustin Br
Kecewa
Agustin Br
Buruk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!