NovelToon NovelToon
Asmaraloka Gita Mandala

Asmaraloka Gita Mandala

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Dark Romance
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Mandala Buana seperti berada di dunia baru, setelah kehidupan lamanya dikubur dalam-dalam. Dia dipertemukan dengan gadis cantik bernama Gita, yang berusia jauh lebih muda dan terlihat sangat lugu.

Seiring berjalannya waktu, Mandala dan Gita akhirnya mengetahui kisah kelam masa lalu masing-masing.

Apakah itu akan berpengaruh pada kedekatan mereka? Terlebih karena Gita dihadapkan pada pilihan lain, yaitu pria tampan dan mapan bernama Wira Zaki Ismawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 15 : WANITA BINAL

“Apa pun yang kamu mau. Katakan saja. Pasti akan saya berikan,” ucap Wira serius.

“Bolehkah kupikirkan dulu?” 

Wita menatap aneh. “Maksudmu?” Pria itu menautkan alis. “Kita bisa keluar sekarang untuk membeli apa pun yang kamu inginkan. Baju, sepatu, tas, atau perhiasan.”

Gita tersenyum, lalu menggeleng pelan. “Berikan saja sejumlah uang kepada Pak Rais,” ucapnya.

“Berapa bagianmu?” tanya Wira.

Gita menggumam pelan, lalu berdiri. “Sebenarnya, aku hanya ingin mengganti seluruh biaya yang telah Pak Rais keluarkan selama ini. Jumlahnya sangat besar,” terang gadis itu, diakhiri senyum kelu.

“Itukah alasannya melakukan ini padamu?” 

“Dia tidak pernah memaksa. Jalan hidup yang membawaku jadi seperti ini,” bantah Gita.

“Kamu senang jadi wanita penghibur?” Wira ikut berdiri. Ditatapnya Gita dengan sorot aneh. 

“Aku hanya berusaha menikmati segala hal yang kulakukan. Itu disebut profesionalisme. Aku bukan seseorang dengan lulusan mumpuni seperti Mas Wira. Namun, kupahami makna dari tanggung jawab.”

“Gita ….” Wira mendekat ke hadapan gadis itu. “Kamu cerdas. Seharusnya, kamu berada di tempat yang tepat.” 

“Seperti apa tempat yang tepat untukku?” Gita menatap lekat pengusaha tampan di hadapannya. “Dunia bahkan bersikap tak adil dari semenjak aku ….” Gita mengembuskan napas pelan dan dalam, kemudian menggeleng tak mengerti. 

“Apa yang dunia lakukan padamu?” tanya Wira begitu dalam. 

Namun, Gita tidak bersedia menjawab. Dia hanya tersenyum getir, lalu memalingkan wajah. Tak lama, Gita kembali menatap Wira. “Kita baru bertemu, meskipun aku sudah tahu segalanya.” Tiba-tiba, Gita tersenyum nakal.

Wira langsung menangkup wajah Gita, kemudian menciumnya. Dia seakan tak puas menikmati bibir si gadis, yang sudah membantunya melepaskan sedikit kepenatan. 

“Ah! Kenapa Mas Wira menciumku berkali-kali?” keluh Gita tak suka. Dia berbalik jadi membelakangi pengusaha properti tersebut. 

“Saya suka menciummu,” ujar Wira enteng.

Namun, Gita tidak menanggapi. Dia bahkan terus membelakangi pria itu. 

“Dengarkan, Gita,” ucap Wira santai, tanpa melepas wibawa dalam dirinya. “Terkadang, saya merasa dunia ini bukan hanya tidak adil, tetapi benar-benar jahat. Saya tidak akan berbicara tentang seberapa besar kekuatan dalam diri sehingga bisa berada di titik ini. Sampai sekarang pun sebenarnya tidak ada yang berubah.”

Aneh. Gita menautkan alis mendengar penuturan Wira. Entah apa maksud pria itu. 

“Jika kamu mau, saya bisa membantu,” ucap Wira lagi.

“Membantu?” ulang Gita.

“Ya,” sahut Wira yakin.

Gita berbalik jadi menghadap Wira. “Apa yang akan Mas Wira lakukan?” 

Wira tersenyum kalem, tapi tak langsung menjawab pertanyaan Gita.

Tanpa terasa, malam kian larut. Jarum jam sudah menunjuk angka sepuluh lebih beberapa menit, ketika sedan mewah yang Wira kendarai berhenti di depan warung nasi tempat Gita bekerja. 

“Saya ingin kita bertemu lagi,” ucap Wira, sebelum membiarkan Gita keluar dari mobil.

“Kapan?” 

“Secepatnya.”

Gita menggumam pelan.

“Tapi, tanpa sepengetahuan Pak Rais,” ucap Wira lagi.

“Tidak bisa,” tolak Gita.

“Harus bisa. Saya yang akan mengatur semuanya.”

Tiba-tiba, Gita tertawa renyah. 

“Kenapa? Apanya yang lucu?” 

“Sudahlah, Mas. Aku ….”

“Ayolah, Gita. Saya ingin membawamu dari sini. Memberikan sesuatu yang lebih layak.”

“Apa maksudmu, Mas?” Gita menatap tak mengerti.

“Kita lihat saja nanti.” Wira tersenyum kalem. Dia mempersilakan Gita keluar dari mobil. Namun, sebelum itu dirinya memberikan sesuatu kepada gadis cantik tersebut. “Uang itu untukmu. Jangan berikan sepeser pun kepada Pak Rais,” pesannya.

Gita tersenyum. Tak ada alasan baginya menolak uang sebanyak itu. “Terima kasih.” 

Wira mengangguk samar. Ditatapnya Gita yang keluar dari mobil. Dia bahkan masih memperhatikan gadis itu sampai berada di depan pintu masuk warung.

Setelah memastikan Gita masuk, Wira melajukan kendaraannya meninggalkan tempat itu. Tanpa dia ketahui, ada sepasang mata yang memperhatikan dari balik keremangan cahaya lampu penerang jalan. 

Tatapan tajam penuh curiga itu milik seseorang yang tak lain adalah Mandala. Dia baru menampakkan diri, setelah mobil milik Wira menjauh dari sana. Pria berperawakan tinggi tegap tersebut berdiri beberapa saat sambil berpikir dalam-dalam. 

Sesaat kemudian, Mandala berjalan ke depan warung nasi yang sudah tutup sejak tadi. Sebelumnya, dia mendengar dari Arun bahwa yang menjaga di sana hanya Ratih karena Gita ada keperluan di luar.

“Seperti itukah, Gita?” gumam Mandala dengan nada tak percaya. “Apa lagi yang harus kuyakini dari dunia ini?” 

Mandala berbalik hendak berlalu dari sana. Namun, tiba-tiba pintu depan warung nasi itu terbuka. Seperti biasa, Gita keluar sambil membawa seember air, lalu menyiramkannya tepat ke hadapan Mandala. 

“Oh, maaf. Kupikir tidak ada orang,” ucap Gita sok merasa bersalah. 

“Ambil seember lagi, lalu siramkan saja sekalian padaku,” sindir Mandala datar.

Bukannya menyesal, Gita justru tertawa renyah. “Mas Maman akan pulang dalam kondisi basah kuyup. Bisa saja masuk angin dan … aku tidak mau disalahkan karena sesuatu yang sepele,” ujarnya enteng.

“Begitu?” Mandala menatap dingin. “Terlalu bodoh menyalahkan seseorang yang tidak memiliki tanggung jawab dan rasa kasihan bahkan terhadap diri sendiri.” Lagi-lagi, sindiran keras dilontarkan pria itu demi menyinggung perasaan Gita. 

Gita yang awalnya berusaha tidak terprovokasi, meletakkan ember yang dipegangnya, kemudian menghampiri Mandala. Dia berdiri di hadapan pria itu, seakan ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak takut. “Wanita mana yang sudah menyakitimu, Mas?” 

Pertanyaan yang dilontarkan Gita terdengar sangat sederhana, tetapi langsung menusuk relung hati Mandala sehingga membuatnya terpaku dengan tatapan tak dapat diartikan. 

“Seberapa besar rasa kecewa yang dia berikan sehingga Mas Maman menganggap semua orang adalah musuh dan …. Astaga. Aku benar-benar kasihan padamu, Mas.”

“Aku tidak butuh dikasihani oleh seseorang yang menyedihkan sepertimu, Gita,” balas Mandala dingin.

“Kalau begitu, untuk apa Mas Maman kemari? Memata-mataiku?” tuding Gita tak suka.

“Ini jalan umum. Aku bebas melintas kemari.”

“Dan Mas Maman berdiri di depan warung nasi!” tegas Gita.

Mandala mengembuskan napas berat. Kali ini, dia merasa begitu bodoh. “Baiklah. Aku belum sempat makan.”

“Lalu?”

“Maaf untuk ucapan kasarku kemarin malam. Aku tahu itu pasti sangat menyakitkan, meskipun ….” Mandala menjeda kalimatnya. Ada pergolakan hebat dalam dada pria 38 tahun tersebut. “Aku tidak sepenuhnya salah, kan?” 

Gita tidak menjawab. Dia terpaku sambil menatap sendu. Tak lama, mata indahnya mulai berkaca-kaca. 

“Aku melihatnya, Gita,” ucap Mandala, pelan dan dalam. “Semua orang berpikir bahwa kamu memiliki hubungan istimewa dengan Pak Rais. Padahal, kenyataannya kamu berhubungan dengan banyak pria. Maaf jika kata-kataku menyakitimu lagi. Wajahmu terlalu lugu untuk menjadi wanita binal seperti ini.”

Setitik air mata terjatuh membasahi pipi mulus Gita. “Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Mas?” tanyanya lirih.

1
Titik pujiningdyah
aku curiga si wira ini mucikari jg deh
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Minat jadi anak buahnya ga?
total 1 replies
Dwisya Aurizra
Maman nyaranin Gita untuk tidak dekat" dgn wirwir, eh sekarang wirwir yg berkata gitu...
woy kalian berdua tuh ada apa sebenernya
Gita kan Lom tahu sipat asli kalian berdua
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Mentang² Maman berambut panjang
total 3 replies
Najwa Aini
jadi semacam kompetisi terselubung ini ..😆😆
Najwa Aini
uiiyy..tepat..
Najwa Aini
Gita juga belum tau siapa kamu sebenarnya, Wira...
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Kasih paham, Kak
total 1 replies
Rahmawati
penasaran hubungi wira dan mandala, sepertinya mereka memang saling mengenal
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ikuti terus ya, Kak
total 1 replies
Titik pujiningdyah
plng rais dibebasin wira jumbo
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ga pernah nemu nama jajanan gt ah
total 3 replies
Rahmawati
paling cuma sebentar pak rais di tahan
Siti Dede
Aku kok nggak rela kalau Gita sama Mandala
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Realistis ya, Kak🤭
total 3 replies
Lusy Purnaningtyas
maman g punya apa² toh?
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Dia punya hasrat, Kak😄
total 1 replies
Dwisya Aurizra
padahal udah antepkeun aja biar Mandala menghabisi Rais kalo metong itu jasadnya kubur aja di bangunan yg balon jadi, itung" tumbal🤭
Rahmawati
lanjuttt
Najwa Aini
Wuihh Mandala ditusuk!!🤭🤭
Najwa Aini
Rais yg dibogem, aku yang senang. Definisi menari di atas luka mungkin ini ya..tapi biarlah..😄😄
Titik pujiningdyah
satu bab doang nih?
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Pijitin dulu sini. Nyai pegal-pegal
total 1 replies
Titik pujiningdyah
yaampun tua bangka gtw diri
Najwa Aini
Cover baru nih
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Aku ga akan tersinggung karena itu juga ga konfirmasi dulu gantinya, Kak
total 3 replies
Titik pujiningdyah
jangan2 si wira mau jual gita ke luar nagre🤣
Titik pujiningdyah: tau aja sih
total 2 replies
Titik pujiningdyah
pilih wira aja lah. plng gk kan bisa foya2
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Istri cerdas
total 1 replies
Dwisya Aurizra
keknya Mandala dan Wira ada masalah dimasa lalu yg belum selesai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!