NovelToon NovelToon
Hamil Anak CEO

Hamil Anak CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Hamil di luar nikah / Duda / Romansa
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Dara yang baru saja berumur 25 tahun mendapati dirinya tengah hamil. Hidup sebatang kara di kota orang bukanlah hal yang mudah. Saat itu Dara yang berniat untuk membantu teman kerjanya mengantarkan pesanan malah terjebak bersama pria mabuk yang tidak dia ketahui asal usulnya.

"ya Tuhan, apa yang telah kau lakukan Dara."

setelah malam itu Dara memutuskan untuk pergi sebelum pria yang bersamanya itu terbangun, dia bergegas pergi dari sana sebelum masalahnya semakin memburuk.
Tapi hari-hari tidak pernah berjalan seperti biasanya setelah malam itu, apalagi saat mengetahui jika dia tengah mengandung. apakah dia harus meminta pertanggungjawaban pada lelaki itu atau membesarkan anak itu sendirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

“Kok Bapak gitu sih? Nggak minta pendapat aku dulu.”

Nada suara Dara terdengar kesal, matanya menatap Arkan dengan serius. “Aku juga nggak mau nikah mewah-mewah di hotel seperti rencana Bapak. Cukup akad aja. Lagian, nanti apa kata orang kalau aku nikah sama Bapak?”

Semua unek-unek yang sejak tadi Dara pendam akhirnya tumpah. Ia kesal bukan hanya karena keputusan sepihak Arkan, tapi juga karena pria itu tampak terlalu santai seolah semua bisa diatur dengan uang dan status.

Malam itu suasana kontrakan Dara terasa berbeda. Lampu ruang tamu redup, angin malam menerpa tirai tipis, sementara Arkan duduk bersandar di kursi kayu dekat jendela, memandangi Dara yang berdiri dengan tangan terlipat di dada.

Kebiasaan Arkan datang setiap malam ke kontrakan Dara memang sudah jadi hal biasa.

Arkan menatap Dara dengan ekspresi datar namun lembut. “Nggak bisa gitu dong, cinta. Kamu tahu sendiri saya ini orang penting. Jadi pernikahan kita juga harus terlihat pantas. Minimal diadakan di tempat yang layak. Saya cuma mau yang terbaik.”

Dara menghela napas berat, lalu duduk di sofa dengan wajah masam. “Aku nggak butuh mewah, Pak. Aku cuma mau sederhana. Yang penting sah di mata agama dan negara. Udah itu aja.”

“Dara—”

“Aku serius, Pak,” potongnya cepat. “Aku nggak punya siapa-siapa di dunia ini, nggak ada keluarga yang mau datang, nggak ada yang perlu aku tunjukkan. Kalau Bapak mau ngadain pesta besar, buat siapa? Buat pamer?”

Ucapan itu membuat Arkan terdiam beberapa detik.

Akhirnya Arkan berdiri, mendekat perlahan, lalu duduk di sebelahnya.

“Baiklah,” katanya pelan. “Kalau kamu nggak mau pesta besar, kita nggak akan adakan.”

Dara menatapnya, sedikit tidak percaya. “Serius?”

Arkan mengangguk. “Cukup akad saja, seperti keinginanmu. Tapi keluarga saya dan juga teman saya tetap datang. Kita buat acara yang sederhana saja.

Dara terdiam. “Cuma keluarga Bapak aja?”

“Iya, sayang, sesuai dengan keinginanmu” jawab Arkan

"Apaan sih, ngga usah mangggil pake embel-embel kyak gitu"

" oke jadi ini semua sudah pas, ngga ada yang mau di rubah lagi. Untuk berkasnya saya sudah menyuruh Andre untuk mengurusnya semua"

" Iya. Terserah bapak saja"

“Bapak,” ulang Arkan sambil tersenyum tipis. “Kapan kamu berhenti panggil saya begitu?”

Dara mendengus pelan, lalu berdiri sambil menatapnya sinis " emang situ ngarep di panggil apa"

Arkan terkekeh kecil, menatap Dara yang berjalan menuju dapur.

“sayang atau mas, calon istri,” gumamnya dengan nada menggoda, membuat Dara refleks menoleh dan melempar pandangan tajam.

......

Pagi itu, Dara berdiri di depan cermin butik dengan wajah kikuk. Tubuhnya dibalut kebaya putih sederhana yang menonjolkan kesan anggun tanpa berlebihan. Penjahit butik tengah merapikan bagian pinggang bajunya sementara Arkan duduk di sofa belakang, memperhatikannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Udah, jangan liatin gitu,” gerutu Dara, menatap pantulan Arkan di cermin.

“Kenapa? Cantik kok,” balas Arkan santai.

Handphone Arkan berdering, lalu dia bangkit menjauh dari sana.

"Halo"

"Bapak dimana, nanti siang ada pertemuan makan siang dengan beberapa kolagen pak" ucap Andre di seberang sana.

" Kamu gantikan saja. Saya ngga bisa datang. Satu lagi kosongkan jadwal saya sampai hari pernikahan saya."

"bapak seriusan mau nikah"

Arkan mengernyit, menatap cermin di mana Dara masih berdiri dalam kebaya putih itu, lalu tersenyum samar.

“Kamu ngeremehin saya?” ujarnya dengan nada setengah bercanda, tapi tegas. “Dan satu lagi, jangan lupa urus semua berkas ke KUA. Saya nggak mau ada yang tertunda.”

“Baik, Pak. Saya segera urus.”

Setelah panggilan berakhir, Arkan kembali menghampiri Dara. “Udah pas bajunya?”

“Udah,” jawab Dara singkat. “Kayaknya nggak perlu dirombak lagi.”

“Bagus. Sekarang ayo, kita jemput Rafa,” ucap Arkan sembari mengambil jasnya di sandaran kursi.

Dara sempat terkejut. “Ke sekolah Rafa?”

Arkan mengangguk ringan. “Iya, dia pasti senang kalau kamu ikut lagi.”

Beberapa waktu kemudian, mobil hitam Arkan berhenti di depan sekolah Rafa. Cuaca siang itu cukup terik, tapi suasananya ceria. Anak-anak mulai keluar dari gerbang sekolah dengan raut lelah namun bahagia.

Begitu melihat mobil ayahnya, Rafa langsung berlari dengan ransel kecil di punggung. “Papa!” serunya ceria.

Arkan membuka pintu mobil dan tersenyum. “Hei, gimana hari ini?”

“Seru banget! Oh iya—eh! Tante Dara!” seru Rafa begitu melihat Dara duduk di kursi depan.

Dara menoleh sambil tersenyum. “Hai, Rafa.”

Rafa langsung naik ke kursi belakang dan mencondongkan tubuhnya ke depan. “Papa, kita mau ke mana?”

“Makan siang dulu. Papa udah janji mau traktir kalian berdua,” jawab Arkan.

“Yay!” Rafa bersorak, tangannya mengepal ke udara.

Dara hanya bisa tersenyum melihat tingkah bocah itu. Ia tak menyangka betapa cepatnya anak itu membuat suasana jadi hidup.

.......

1
Holma Pakpahan
lanjut,Dara tetaplah menjadi ibu yg baik.
knovitriana
update
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!