Siapa bilang menjadi sugar baby itu enak?.
Bergelimang kemewahan, bisa membeli tas mahal, perhiasan dan gadget terbaru dengan mudah. Bisa memiliki apartemen dan mobil seharga milyaran, segampang membalikkan telapak tangan.
Lea Michella dan teman-temannya, menempuh jalur instan agar bisa hidup enak. Mereka rela menjual kehormatan demi mengumpulkan pundi-pundi uang.
Namun ternyata, kehidupan sugar baby tak seindah dan semudah yang sering diceritakan oleh penulis di novel-novel online. Nyatanya ada banyak hal serius yang harus mereka hadapi.
Sanggupkah mereka bertahan atas pilihan yang mereka ambil?. Ikuti saja kisah ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Dimana
Salah satu ruangan di gedung SB Agency telah di dekorasi dan diatur sedemikian rupa oleh pengurus. Kursi-kursi yang nantinya akan diisi oleh para sugar daddy telah dipersiapkan, pendingin ruangan pun telah dipasang di berbagai sisi.
Ada sebuah panggung pertunjukan di depan sana, dimana para calon sugar baby nantinya akan berjalan dan berlenggak-lenggok di atas tempat itu. Mereka pun akan tampil menunjukkan bakat masing-masing, baik solo maupun grup.
Mereka dibebaskan dalam memilih bakat apa yang hendak ditampilkan nanti. Dan masing-masing dari bakat tersebut diharapkan bisa mendapat nilai plus, di mata para laki-laki kaya yang akan memilih mereka.
Para sugar daddy itu juga bisa memencet tombol voting, yang sudah disediakan di tempat duduk masing-masing. Tombol tersebut dimaksudkan untuk memberi respon ketertarikan, pada si calon sugar baby. Tombol biru berarti tertarik dan tombol merah berarti tidak.
Lampu telah dinyalakan, gadis-gadis menanti di ruang tunggu. Para kru telah bersiap menyambut kedatangan para sugar daddy didepan sana. Sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan sekaligus miris.
Dimana para pria kaya, mulai berdatangan dengan mobil-mobil mewah yang mereka miliki. Sementara para wanita hanya menunggu diri mereka untuk dipilih. Mereka tak ubahnya seperti barang dagangan yang di perjual-belikan. Padahal sejatinya perempuan pun bisa menjadi kaya, asal mereka diberi kesempatan dan memiliki kemauan untuk bekerja keras.
Namun apa daya, mereka hanyalah sebagian kecil potret perempuan. Yang kebutuhannya ingin lebih, namun orang tua mereka tak berusaha keras sebelum menikah dan melahirkan mereka. Pun lagi, mereka agak sedikit tidak bersyukur dengan kondisi yang mereka alami saat ini. Meski ada beberapa diantara mereka yang melakukan ini demi orang tua, agar orang tua mereka tak kesusahan lagi.
Tetapi apa yang jadi pilihan mereka saat ini, hal tersebut adalah murni kehendak mereka sendiri. Dan merekalah yang akan menanggung apapun resikonya nanti.
Satu persatu sugar daddy masuk ke ruangan, dan duduk pada kursi yang telah di sediakan. Mereka mengenakan setelan jas, sepatu seharga puluhan juta. Jam tangan ratusan juta, serta menggunakan gadget mahal seri terbaru. Rata-rata dari mereka itu tampan, meski tak sedikit yang usianya tampak sudah berada di atas 50 tahun.
Ada yang single, dan ada pula yang pernah menikah namun bercerai atau ditinggal mati oleh pasangannya. Setidaknya itulah info yang diberikan oleh pihak agency.
Di halaman depan, Daniel melihat banyaknya mobil mewah yang terparkir. Ia, Richard dan juga Ellio baru saja tiba beberapa saat yang lalu.
"Ini semuanya mau nyari sugar baby?" tanya Daniel pada Richard dan juga Ellio.
"Iya." jawab Richard kemudian.
"Gila, urusan bawah perut aja sampe segini lebaynya." ujarnya seraya tertawa.
"Ya, namanya juga udah sukses dan berduit bro. Apalagi yang dicari kecuali kesenangan bawah perut." ujar Richard seraya melangkah. Daniel hanya tertawa seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mereka bertiga, duduk pada kursi yang telah disediakan, berbaur dengan para bos sukses lainnya. Beberapa diantaranya mengenal mereka dan mereka pun saling bertegur sapa. Jujur Daniel agak sedikit canggung dan malu, pada beberapa bos yang menyapanya tersebut.
Pasalnya reputasi Daniel selama ini adalah bos yang selalu dikejar-kejar perempuan. Tak ada yang tau bila ia bucin terhadap Grace. Dan disini, mereka melihat Daniel. Pandangan mereka pun agak sedikit membuat Daniel merasa tak nyaman.
"Gunain jasa beginian juga, bro?. Bukannya lo dikejar-kejar cewek mulu."
Begitulah bunyi pertanyaan yang dilontarkan padanya.
"Bukan gue, tapi Ellio." ujar Daniel kemudian.
Dan memang tujuan hari itu sebenarnya adalah untuk Ellio, bukan untuk dirinya sendiri. Namun meski telah berkilah, tetap saja pandangan bos-bos tersebut sudah berubah terhadap Daniel. Mereka menganggap selama ini Daniel terlalu besar mulut, karena kerap kali menyombongkan diri perihal banyaknya perempuan yang mengejar dirinya.
Daniel, Ellio, dan Richard lanjut berbincang. Tak lama host yang tiada lain adalah mami Sonia, segera menyapa para hadirin. Perhelatan malam itu dibuka dengan para gadis yang berjalan di atas panggung, layaknya seorang model atau peserta pemilihan Miss Miss an.
Daniel hanya memperhatikan sesekali saja, karena baginya ini tidaklah begitu menarik perhatian. Lain halnya dengan Ellio dan juga Richard. Kedua penjahat wanita yang katanya hendak berubah itu pun, terlihat penuh antusias. Bahkan hampir setiap gadis yang ditampilkan, mereka puji kemolekannya.
"Semuanya aja cakep di mata lo berdua." ujar Daniel seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Richard dan Ellio hanya nyengir, mereka tak peduli pada anggapan Daniel tentang diri mereka.
Satu persatu gadis pun mulai memperkenalkan diri secara cepat, hanya nama dan usia saja. Dikarenakan untuk mempersingkat waktu. Daniel mulai memperhatikan handphone, karena merasa ini akan berlangsung cukup lama, dan pastinya akan sangat membosankan.
"Nama saya Clarissa Nathania Hadi. Umur 19 tahun."
Daniel tersentak mendengar kata-kata tersebut. Pandangan matanya yang semula menatap handphone, kini ia lemparkan ke arah panggung. Jantung pria itu berdegup kencang.
"Clarissa?" ujar Daniel tak percaya. Dan entah mengapa tiba-tiba mata Clarissa menatap ke arah Daniel. Clarissa terkejut sekaligus syok.
Betapa tidak, ia dan Daniel belakangan ini tengah dekat satu sama lain. Pasca pertemuan di laundry waktu itu. Mereka sering jalan bersama meski Clarissa harus mencuri waktu, agar tidak ketahuan mami Sonia.
Gadis itu gampang beralasan, karena ia sudah kuliah. Jadwal mata kuliah yang tak tentu, menguntungkan ia untuk mendapat waktu lebih banyak di luar. Berbeda dengan anak SMA seperti Lea yang jadwal kepulangannya sudah diatur.
Jujur Daniel pun mulai sedikit membuka hati, ketika mengenal Clarissa. Namun ia tak menyangka jika gadis itu juga tengah berburu sugar daddy. Mendadak kemarahan pun memuncak di hati Daniel. Ia selalu saja berkenalan dengan wanita yang tak dapat dipercaya. Sementara kini Clarissa berdiri dengan perasaan yang campur aduk.
Satu-persatu gadis lain memperkenalkan diri. Ellio dan Richard masih antusias, sementara Daniel sudah merasa sangat gerah sekali. Ingin rasanya ia keluar dari tempat itu sekarang. Ia tak lagi melihat ke arah panggung, sampai kemudian,
"Nama saya Lea Michella, saya berusia 16 tahun."
Daniel seketika menoleh, ketika mendengar usia gadis itu. Ia terkejut mengapa usia semuda itu bisa ada disini. Namun yang lebih membuatnya terkejut lagi adalah, ia mengenali gadis itu.
"Bro, itu kan bocil yang nampar dan ngelemparin mobil lo sama makanan sampah."
Ellio berujar sambil menatap Daniel, lalu kembali menatap ke arah panggung. Ia dan Richard terbelalak melihat tampilan Lea malam itu. Tadi ketika para gadis berjalan beramai-ramai, mereka tidak terlalu menyadari keberadaan Lea.
Kini emosi Daniel pun kembali memuncak. Ia ingat tamparan yang mendarat di wajahnya beberapa kali, akibat ulah gadis itu.
"Heh, sok punya harga diri banget kalau didepan gue. Ternyata jual apem juga." ujarnya kemudian.
Richard dan Ellio saling menatap, mereka ingin bertanya lebih lanjut mengenai apa yang dibicarakan oleh Daniel. Namun mereka masih harus fokus menatap perhelatan. Karena sejatinya Ellio juga tengah mencari sugar baby saat ini.
Perkenalan pun dilanjutkan dari gadis satu ke gadis lainnya. Hingga setelah itu, tibalah saatnya menampilkan bakat-bakat yang dimiliki para calon sugar baby.
Bakat pertama yang ditampilkan tentu saja adalah milik Clarissa. Karena mami Sonia telah berjanji pada gadis itu jauh-jauh hari, agar ia ditampilkan pertama kali. Mami Sonia selalu menganakemaskan Clarissa, tanpa melihat dengan jeli kecantikan dan bakat yang dimiliki gadis lain.
Clarissa menunjukkan bakatnya dalam bermain biola, para sugar daddy banyak yang memuji kecantikan dan juga bakat yang dimiliki gadis itu. Meski tidak sedikit pula yang bersikap biasa saja, termasuk Ellio.
"Ah ini mah tipis, bro." ujar Ellio pada Richard dan juga Daniel.
"Gue sukanya yang berbody, tapi perutnya rata, bukan gendut berlemak."
Daniel menarik sudut bibir, seraya mengunyah permen karet. Ellio dan Richard tidak tahu mengenai kedekatannya dengan Clarissa, dan ia tak mau lagi mengingat hal tersebut. Sementara Clarissa bermain tak begitu fokus, karena terpikir akan Daniel.
Daniel lebih banyak membuang pandangan, ketika Clarissa masih berada di atas panggung. Tak ada satupun tombol vote yang ia tekan, seperti yang dilakukan oleh calon sugar daddy lainnya.
Lalu bakat-bakat lain pun kembali ditampilkan. Banyak diantara para gadis yang memiliki bakat unik, seperti bermain sulap, akrobatik dan lain sebagainya. Masing-masing dari mereka mendapatkan vote dari para sugar daddy yang mengalami ketertarikan. Hingga kemudian tibalah saatnya Lea menampilkan bakat.
"Bro, bocil bro." ujar Ellio.
Daniel bersikap dingin dan memandang remeh kepada Lea. Meski jujur ia sedikit terusik dengan tampilan dan body Lea malam itu.
Musik pun di mainkan, Lea menampilkan bakat sexy dance yang ia miliki. Bakat yang selama ini tak pernah ia tampilkan pada siapapun. Daniel pun terperangah, namun berusaha keras untuk bersikap biasa saja. Sementara Richard dan Ellio kini tertegun.
"Kalau gue perhatiin, dadanya gede juga ya." ujar Richard. Ia berujar seraya terus menatap Lea dengan pandangan mata yang tercengang. Sementara Ellio beberapa kali menelan ludah.
"Belakangnya, bro. Pengen gue remas rasanya. Nih dari belakang enak nih." Ellio berujar dengan tanpa berkedip sedikitpun.
Daniel memperhatikan kedua teman mesumnya itu lalu kembali memperhatikan Lea yang masih bergoyang. Ia mulai setuju dengan pendapat yang dikemukakan kedua sahabatnya itu. Meski terkesan melecehkan, namun apa yang mereka katakan adalah jujur apa adanya.
Lea membuat banyak tonjolan mengeras malam itu.
and yes, kurang suka bagian daniel nyingkat nama lea, apaan banget dipanggil "le"? ubur² ikan lele?? 🤭
masih nunggu ya lanjutannya thor