NovelToon NovelToon
THE LAZY SOVEREIGN: I JUST WANT TO SLEEP, BUT THE SYSTEM MAKES ME OMNIPOTENT

THE LAZY SOVEREIGN: I JUST WANT TO SLEEP, BUT THE SYSTEM MAKES ME OMNIPOTENT

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:120
Nilai: 5
Nama Author: Yenbi Author

Kematiannya sia-sia. Hidup barunya menyebalkan. Tapi semuanya berubah saat dia mendapatkan Sistem yang aneh.

Kang Ji-Ho, seorang karyawan lelah yang mati secara mengenaskan, bangkit di tubuh Ling Feng, seorang bangsawan muda pemalas dari klan yang terhina. Dunia Murim yang kejam menertawakannya. Namun, Ji-Ho datang dibekali sebuah sistem unik yang memberinya kekuatan dengan satu syarat: Jangan kerja keras!

[Tugas: Tidur Siang 4 jam. Reward: +10 Qi Murni] [Tugas: Nikmati Semangkuk Sup. Reward: Seni Beladiri 'Telapak Tidur Berdarah']

Dengan kekuatan barunya dan sifat aslinya yang kejam dan tak kenal ampun, Ji-Ho memutuskan untuk mengubah segalanya. Aturannya sederhana:

1. Klan ini tidak tunduk pada siapa pun.
2. Langgar perintahku, mati.
3. Bersekongkol dengan musuh, mati bersamaan mereka.

Dia merekrut orang-orang terbuang yang ditakuti dunia—seorang pembunuh gila, seorang gadis racun, seorang pandai besi penghancur—dan membangun kekuatan yang membuat seluruh dunia Murim gemetar ket

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenbi Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 : Kebangkitan Naga, Pengkhianatan Berdarah

Ketenangan yang didamba Ji-Ho akhirnya terwujud. Dengan keluarga Ling yang telah berubah menjadi pasukan pembunuh yang loyal dan haus darah, serta orang-orang aneh seperti Tie Dan, Wu Ming, dan Xiao Mei yang menjaga perimeter, gangguan terhadap kemalasannya hampir tidak ada.

Kultivasinya, yang dibantu sistem, terus meroket ke tingkat yang tidak memiliki nama dalam dunia Murim. Dia menghabiskan hari-harinya dengan tidur, makan, dan sesekali menguji kekuatan barunya—biasanya dengan menghancurkan sebuah bukit kecil hanya dengan mendengus atau menguap.

Tapi kedamaian itu adalah ilusi. Di dalam setiap keluarga, selalu ada kecemburuan. Dan di Klan Ling yang baru bangkit, kecemburuan itu bersembunyi di balik senyum palsu dan ketundukan yang dipaksakan.

Ling Jun adalah sepupu kedua Ling Feng. Seorang pemuda yang dianggap cukup berbakat di antara keluarganya yang biasa-biasa saja. Dia selalu merasa bahwa dia lebih layak menjadi pemimpin daripada Ling Feng si pemalas. Bukankah dia yang selalu berlatih keras? Bukankah dia yang peduli pada masa depan klan? Bukan hanya tidur sepanjang hari!

Dia melihat bagaimana Ji-Ho diperlakukan seperti dewa. Dia melihat hadiah-hadiah dan sumber daya yang mengalir untuk memuaskan kemalasan Tuan Muda. Dan di hatinya, bisikan iblis tumbuh. Itu seharusnya milikku. Kekuatan itu seharusnya milikku.

Dia mulai diam-diam mendekati sisa-sisa anggota Aliansi Murim Sungai Azur yang masih bersembunyi, menawarkan informasi tentang pertahanan Klan Ling dan kelemahan Ji-Ho (yang menurutnya adalah kemalasannya) sebagai imbalan bantuan untuk menggulingkan sang Tuan Muda.

Dia berpikir dia licik. Dia berpikir tidak ada yang tahu.

Dia salah.

Xiao Mei, yang duduk di taman setiap hari 'melihat' aliran takdir, merasakan noda gelap yang mulai mencemari keseragaman takdir Klan Ling. Itu seperti sehelai benang hitam yang mencoba menyusup ke dalam tenunan.

"Tuan Muda," bisiknya suatu sore saat Ji-Ho sedang memberi makan ikan di kolam dengan kacang yang dilemparkannya tanpa semangat. "Ada sesuatu yang tidak beres. Aku melihat... seekor tikus yang membawa lentera, bermaksud membakar lumbungnya sendiri. Warnanya... seperti darah keluarga, tapi berbau lumpur dari luar."

Ji-Ho tidak berhenti melempar kacang. Matanya yang sipit memandang ikan-ikan itu berebut makanan.

"[Sistem," perintahnya dalam pikiran. "Scan semua anggota keluarga Ling. Cari yang memiliki 'niat pengkhianatan' atau 'komunikasi dengan musuh eksternal']."

[Scanning...] [Target Ditemukan: Ling Jun.] [Status: Berkomunikasi secara rahasia dengan sisa-sisa fraksi Aliansi Murim Sungai Azur. Berencana untuk meracuni makanan Host dan merebut kepemimpinan dalam kekacauan.] [Tingkat Ancaman: Rendah (Untuk Host), Sedang (Untuk stabilitas Klan).]

Ji-Ho menghentikan lemparan kacangnya. Dia berdiri, wajahnya yang biasanya datar sekarang berisi dingin yang membeku. Ikan-ikan di kolam langsung menyelam ketakutan.

"Kepala Lin," panggilnya, suaranya tidak lebih keras dari biasa, tapi memenuhi seluruh area.

Kepala Lin langsung muncul. "Tuan Muda?"

"Kumpulkan semua anggota klan. Setiap orang. Di lapangan latihan. Sekarang."

"Semuanya, Tuan Muda? Termasuk para penjaga perbatasan dan—"

"SEMUA," potong Ji-Ho, dan nada itu membuat Kepala Lin langsung membungkuk dan berlari.

Dalam waktu setengah jam, seluruh anggota Klan Ling—keluarga inti, orang-orang aneh, pelayan, penjaga—berkumpul di lapangan latihan. Suasana tegang. Mereka belum pernah dipanggil seperti ini.

Ji-Ho berdiri di sebuah podium kecil, wajahnya dingin. Xiao Mei berdiri di sampingnya, Tie Dan dan Wu Ming berada di barisan depan, mata mereka berbinas waspada.

"Keluarkan Ling Jun," perintah Ji-Ho.

Dua penjaga yang dilatih Wu Ming langsung menyergap Ling Jun yang terkejut dari kerumunan dan menyeretnya ke tengah lapangan, memaksanya berlutut.

"T-Tuan Muda! Apa artinya ini?!" protes Ling Jun, mencoba terdengar tidak bersalah.

Ji-Ho mengabaikannya. Matanya menyapu kerumunan.

"Kalian semua sudah mendengar aturanku. Kalian semua sudah merasakan konsekuensinya jika aturan itu dilanggar." Suaranya datar, tapi mematikan. "Hari ini, kalian akan melihatnya sekali lagi. Bukan untuk musuh luar. Tapi untuk keluarga sendiri yang mengkhianati kita."

Kerumunan bergemuruh. Keluarga Ling saling pandang dengan takut dan bingung.

"Ling Jun," kata Ji-Ho, akhirnya memandangi sepupunya. "Kau telah berkomunikasi dengan sampah sisa Aliansi. Kau berencana meracuniku. Kau pikir kemalasanku adalah kelemahan. Kau pikir kau lebih layak."

Ling Jun menjadi pucat pasi. "Itu... itu fitnah! Siapa yang melaporkan? Dia berbohong!"

"AKU TIDAK PERLU BUKTI!" raung Ji-Ho untuk pertama kalinya, suaranya mengguntur penuh wibawa mengerikan yang membuat semua orang menjatuhkan diri ke lutut mereka, ketakutan. "Peraturanku mutlak! Pengkhianatan dihukum mati! Titik!"

Dia menjatuhkan sebuah pedang pendek ke tanah di depan kerumunan keluarga Ling.

"Keluarga Ling sendiri yang akan menjalankan hukumannya. Siapa di antara kalian yang ingin membuktikan kesetiaannya? Siapa yang ingin menunjukkan bahwa darah pengkhianat ini tidak layak tercampur dengan darah kita?"

Suasana menjadi sunyi seketika. Semua orang tertegun. Mereka harus mengeksekusi keluarga sendiri?

Ling Shan, kakek Ling Feng, dengan wajah keriput yang dipenuhi kebencian, maju selangkah. Matanya membara. "Dia mengotori nama keluarga kita! Darahnya tidak layak disebut darah Ling!" Dia membungkuk mengambil pedang itu.

Tapi sebelum dia bisa bergerak, seorang pemuda yang bahkan lebih muda dari Ling Jun maju dengan cepat. Itu adalah Ling Wei, adik sepupu Ling Jun sendiri. Wajahnya biasanya ceria, sekarang dipenuhi amarah dan kekecewaan yang gelap.

"Kakek, izinkan aku," pinta Ling Wei, suaranya bergetar tapi penuh tekad. "Aku tidur satu kamar dengannya. Aku menganggapnya kakak. Pengkhianatannya adalah penghinaan terbesar bagiku. Biar tanganku yang membersihkan noda ini."

Ji-Ho mengamati dengan dingin, sebuah senyum tipis yang kejam muncul di bibirnya. Ini... bahkan lebih baik.

Ling Shan memandangi Ji-Ho, mencari persetujuan. Ji-Ho mengangguk hampir tidak terlihat.

Ling Wei mengambil pedang dari tangan Ling Shan. Tangannya gemetar, tapi dia mencengkeramnya dengan kuat. Dia berjalan menghampiri Ling Jun yang masih berlutut, wajahnya pucat dan basah oleh air mata ketakutan.

"Kakak Jun... kenapa?" bisik Ling Wei, suaranya sakit.

"Wei... tolong... jangan..." Ling Jun menjerit.

Ling Wei menutup matanya, mengambil napas dalam-dalam. Lalu, saat dia membuka matanya kembali, yang tersisa hanya keteguhan membaja. "Untuk Klan Ling! Untuk Tuan Muda!"

Dia mengayunkan pedangnya.

SWISH! THUD!

Satu tebakan yang bersih. Kepala Ling Jun terpental dari tubuhnya, berguling di tanah berdebu. Mata yang sekali penuh keangkuhan sekarang kosong dan penuh ketakutan. Darah memancur deras dari tubuh yang tanpa kepala, merendam tanah.

Tapi Ji-Ho belum selesai.

Dia melangkah turun dari podium. Dia berjalan mendekati kepala yang terpenggal itu. Semua orang menahan napas, tidak ada yang berani bersuara. Ling Wei masih memegang pedang berlumuran darah, nafasnya tersengal, matanya berkaca-kaca tapi keras.

Ji-Ho tidak mempedulikannya. Dia mengangkat kakinya, dan dengan sepatu botnya yang biasa, menginjak kepala itu.

PRUK!

Suara mengerikan terdengar saat tengkorak itu remuk di bawah tekanan kaki yang dipenuhi Qi Murni yang tak terbayangkan. Otak, darah, dan cairan kepala berhamburan keluar, mengotori sepatu dan tanah di sekitarnya.

Dia menggerakkan kakinya, menginjak-injak sisa-sisa kepala itu sampai menjadi hanya bubur merah yang tak berbentuk.

Dia lalu mengangkat pandangannya, matanya berapi-api dengan kemarahan dingin yang membuat jiwa orang yang melihatnya bergidik. Pandangannya tertuju pada Ling Wei yang masih gemetar.

"Bagus," gumannya. "Kau telah membuktikan kesetiaanmu. Darah pengkhianat tidak layak diingat. Hanya abu dan kenangan hina."

Lalu, suaranya mengguntur ke seluruh lapangan, "INI HUKUMAN BAGI PENGKHIANAT! Tidak ada ampun! Tidak ada belas kasihan! Bagi siapa pun yang berpikir untuk menentangku, bekerja sama dengan musuh, atau bahkan sekadar meragukan perintahku... inilah akhir kalian! Dan akan menjadi tugas keluarga kalian sendiri untuk membersihkan noda itu!"

Dia menyapu pandangannya ke kerumunan, memastikan setiap orang melihat bubur merah di bawah kakinya dan Ling Wei yang berdiri dengan pedang berdarah.

"Klan kita kuat bukan karena kita baik. Tapi karena kita tak kenal ampun! Kita bersatu bukan karena cinta, tapi karena kesetiaan mutlak! Kesetiaan yang dibayar dengan darah musuh... dan darah kita sendiri jika perlu!"

Dia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya dan pemandangan mengerikan itu meresap jauh ke dalam jiwa setiap orang.

"Sekarang, bersihkan ini. Dan ingat baik-baik pemandangan hari ini. Kembali ke tugas masing-masing."

Dia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan lapangan yang dipenuhi orang-orang yang terdiam dan ketakutan, serta bau besi darah dan kematian yang pekat. Ling Wei jatuh berlutut, menatap tangan dan pedangnya yang berlumuran darah sepupunya sendiri, pelajaran yang paling kejam telah tertanam untuk selamanya.

Klan Ling telah dimurnikan sekali lagi. Bukan hanya oleh teror dari pemimpinnya, tapi oleh tangan mereka sendiri. Ji-Ho telah memastikan bahwa setiap orang menjadi bagian dari kekejaman ini, mengikat mereka bersama dalam ikatan darah yang gelap dan tak terputuskan.

Dia kembali ke kamarnya, duduk di sofanya. Sistem memberi notifikasi.

[Peringatan Internal: Ancaman Pengkhianatan Diberantas.] [Kewibawaan Host meningkat drastis.] [Loyalitas Klan meningkat ke level: Fanatik Buta.] [Reward: [Skill Pasif] - 'Aura Teror Mawas Diri' (secara pasif mendeteksi niat jahat dalam radius 500 meter).]

Dia mengangguk, puas. Sekarang, tidak ada yang berani berpikir untuk membangkang. Klan ini benar-benar miliknya, dari dalam sampai luar. Dan dia akhirnya bisa tidur nyenyak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!