Menjadi Sugar Baby
(Cerita hanyalah fiktif/rekaan/karangan hasil imajinasi penulis. Setting/latar belakang, sifat, karakter, alur mungkin tidak ada di dunia nyata. Ini sekedar hiburan/entertainment. ALUR CERITA LAMBAT, JIKA INGIN CEPAT TAMAT, SILAHKAN BACA CERPEN SAJA. THANK YOU.
Pagi-pagi sekali.
Kehebohan terjadi disebuah rumah sederhana, yang kreditnya masih sisa 15 tahun lagi.
"Lea, bangun buruan. Bantu ibu bereskan rumah dan siapkan peralatan sekolah adek-adek kamu."
Lea Michella menggeliat malas. Rasanya tak pernah sekalipun seumur hidup, ia bisa bangun agak siang sedikit. Ibunya selalu saja berisik dan menyuruhnya bangun di pagi buta.
"Kenapa nggak suruh mereka aja sih, bu. Beresin sendiri peralatannya. Suruh lah mereka tanggung jawab sama urusan mereka sendiri."
"Ibu nggak perlu nasehat kamu, yang ibu butuh kamu bangun sekarang. Ayo...!"
Lea beranjak dari ranjang ukuran tiga, yang hanya muat satu orang. Namun ia tidur berdua dengan Leo, adiknya yang sudah kelas 2 SMP.
Rumah mereka adalah rumah tipe 36, yang hanya memiliki dua kamar tidur. Satu telah ditempati oleh ibu dan ayah tirinya, satu lagi ditempati ia dan ketiga adiknya. Kini ibunya tengah hamil lagi.
Sepanjang Lea hidup, ibunya telah tiga kali berganti pria. Pertama ayahnya, yang hingga kini tak jelas siapa. Ibunya juga enggan menceritakan pada Lea, sekalipun Lea sudah lelah bertanya.
Namun bila dilihat dari fisik dan perawakan, Lea sepertinya keturunan orang asing. Ia memiliki kedua mata yang berwarna abu-abu, hidung mancung, bibir berisi dan kulit cenderung putih dengan undertone warm. Karena berpadu dengan warna kulit ibunya yang agak coklat.
Sedang Leo, adiknya. Adalah hasil dari perkawinan ibunya dengan seorang pria berdarah campuran Korea-Amerika. Hingga tampilan Leo mirip seperti orang Filipina. Jika dilihat dari jauh, ia seperti bule. Namun ketika didekati, aura Asia nya sangat kental terasa.
Sedang kedua adiknya yang lain, yakni si kembar Ryan dan Ryana. Adalah anak hasil pernikahan ketiga ibunya dengan ayah tiri yang sekarang, seorang asli negri ini.
Berbeda dengan ayah Leo, yang pernah ada di kehidupan mereka. Lea tak begitu dekat dengan ayah tirinya yang sekarang. Bahkan Lea sedikit was-was jika tengah berdua saja dengan pria itu. Pasalnya ayah Ryan dan Ryana, selalu memberinya pandangan yang tak mengenakkan. Seperti pria yang tertarik pada lawan jenis, ketika berhadapan dengan Lea.
Leo sendiri sangat jarang dirumah, ia lebih suka menginap dirumah temannya atau dirumah nenek dari ibu mereka. Lantaran Leo pun belum begitu menerima kehadiran ayah barunya ini. Ayah kandungnya telah bercerai dengan sang ibu dan kembali ke Amerika.
"Ryan, Ryana. Ayo buruan, mandi...!" teriak sang ibu pada kedua adik Lea. Kedua anak itu sudah bangun namun tampak masih malas-malasan.
"Lea, kamu udah beresin buku adek-adek kamu?"
"Udah, bu."
"ya udah, nyapu dulu sana..!"
"Leooo, bangun...!"
Ibu Lea sangat riweh di pagi hari, ia memerintah sambil membuat sarapan pagi. Sesekali ia mengelus perutnya yang tengah hamil 6 bulan itu.
"Perasaan di rumah temen gue, anaknya juga banyak. Ibunya nggak gini deh, kalau pagi. Selalu nice kalau bangunin anak-anaknya." Leo menggerutu dihadapan Lea.
"Namanya juga ibu, tau sendiri kan di rumah ini. Kalau ayah bangun, rumah masih kotor dan sarapan belum siap. Ibu yang jadi sasaran kemarahan ayah."
Leo pun bergegas bangun, ia mandi dikamar mandi luar. Kebetulan di rumah itu telah dibangun kamar mandi cadangan. Sedang Ryan dan Ryana mandi di kamar mandi dalam.
Setelah semuanya beres, Lea pun mandi dan berganti pakaian. Ia anak yang tiba paling terakhir di meja makan, namun sebelum ayah tirinya. Mereka sarapan dengan tertib, suasana pun biasa saja. Sampai kemudian sang ayah tiri tiba di meja makan.
"Nasi goreng lagi?" tanya nya pada sang istri. Nada bicara pria itu seakan melenyapkan selera makan semua orang yang ada disitu.
"Ya mau gimana, mas. Uang yang mas kasih nggak cukup, bersyukur dulu aja masih bisa makan."
"Ya tapi nggak nasi goreng tiap hari juga. Sebenarnya uang kita cukup, kalau cuma untuk kita aja."
Ibu Lea menghentikan makan dan masuk kedalam kamar. Ia lalu membanting pintu, membuat sang suami naik pitam dan menyusulnya.
"Kenapa kamu banting pintu?"
Sebuah teriakan terdengar. Lea, Leo, dan adik kembar mereka hanya bisa menunduk dan berusaha menelan makanan. Kejadian yang sama hampir terjadi setiap hari.
"Mas tadi kenapa ngomong kayak gitu dihadapan Lea dan juga Leo."
"Citra, aku ngomong hal yang sebenarnya. Bahwasannya aku berat menghidupi kedua anakmu itu."
"Mas, sebelum nikah sama kamu aku kerja ya. Aku mampu menghidupi kedua anak aku. Kamu sendiri yang saat itu meyakinkan aku bahwa kamu mampu memberi nafkah. Kamu yang meminta aku supaya di rumah, dengan alasan sebaik-baik perempuan itu di rumah. Ini sekarang aku udah di rumah, kamu yang menggerutu lantaran cari uang sendirian."
Ayah dan ibu Lea terus bertengkar. Lea dan adik-adiknya akhirnya memilih tak menyelesaikan sarapan dan berjalan bersama menuju sekolah masing-masing.
"Gue udah nggak tahan tinggal sama mereka." ujar Leo pada Lea, ketika mereka belum terlalu jauh dari rumah.
"Sabar, tunggu sampai kita lulus sekolah. Minimal SMA, kita bisa kerja abis itu. Bisa ngekos dan tinggal sendiri." ujar Lea.
"Lo liat kan tadi, bapaknya mereka berdua ngomong gitu."
Lea memperhatikan si kembar yang berjalan agak jauh didepan sana. Kedua anak itu tak mendengar pembicaraan antara dirinya dan juga Leo.
"Dia tuh ngusir kita secara perlahan, tau nggak. Mending lo sama gue balik ke rumah nenek."
"Kalau dari rumah nenek, sekolah kita tuh jauh. Kita mesti ongkos lagi, Leo. Mau minta sama siapa coba?. Kita nggak mungkin kan minta sama nenek, nenek aja hidup dibiayai sama tante Cintya dan om Danu suaminya. Tau sendiri om Danu juga pelit. Sama anak-anaknya sendiri aja pelit, apalagi ke kita."
Leo hanya diam dan lanjut melangkah. Tak lama setelah itu, kedua adik kembar mereka pun tiba di depan sekolah.
"Dadah, Lea, Leo." ujar keduanya seraya tersenyum. Lea melambaikan tangan, sementara Leo hanya berkata dengan singkat.
"Ya." ujar Leo tak begitu ramah.
"Janganlah gitu, Leo. Ryan sama Ryana nggak salah apa-apa."
"Hmm." ujar Leo dengan nada tak senang.
Ryan dan Ryana memang tak ada salah apapun kepadanya, tapi ayah kedua anak itu menyebalkan. Setiap kali melihat adik tiri kembarnya itu, Leo selalu teringat akan ayah tirinya yang sekarang. Rasanya kebencian yang ia miliki menjadi dua kali lipat. Mereka terus berjalan, hingga Leo pun sampai di sekolahnya.
"Bye Lea."
Leo berujar dengan nada sedikit malas. Lalu ia pun masuk ke pekarangan sekolahnya.
"Bye." ujar Lea kemudian.
Gadis berusia hampir 17 tahun itu pun lanjut berjalan.
"Lea." Seseorang menghampirinya dengan sebuah motor besar yang keren.
"Rangga?"
Lea menatap teman seangkatannya itu. Seorang cowok tampan, yang menjadi idola sejak tahun pertama mereka masuk.
"Hai." ujar Rangga kemudian.
"Hai." jawab Lea sambil tersenyum.
Ia tak tau mimpi apa dirinya semalam, hingga pagi ini Rangga menghampirinya. Rangga adalah idola sekolah, cukup cool dan jarang bicara. Meskipun para siswi kecentilan padanya, Rangga tak pernah sekalipun menggubris mereka. Namun hari ini, entah ada angin apa tiba-tiba Rangga menyapanya.
"Bareng yuk." ujar Rangga pada Lea.
"Ba, bareng?" Lea terpekik tak percaya.
"Iya, ayo. Bentar lagi masuk loh." ujar Rangga. Lea masih diam dalam keraguan, ia takut jika Rangga tak serius mengajaknya.
"Ayo...!" ajak Rangga sekali lagi. Akhirnya Lea pun naik ke atas motor pemuda itu. Kini mereka melaju menuju ke sekolah.
***
IGF School
Seluruh siswa dan siswi yang tengah berdiri di sekitaran halaman dan lobi gedung sekolah tersebut, kini tercengang. Pasalnya belum pernah sekalipun Rangga pergi bersama gadis manapun disekolah itu.
Namun hari ini ia berangkat bersama Lea Michella, gadis dari kelas 2 IPS 3. Tentu saja hal tersebut membuat seisi sekolah seakan syok setengah mati. Apalagi Sharon dan teman-temannya, yang merupakan geng cewek paling populer di angkatan mereka saat ini.
"Anjrit tuh anak, bisa-bisanya dia pergi sama Rangga."
Maya Monica Fawzi, teman dari Sharon mencoba memanas-manasi sang ketua geng, yang diketahui selama ini menaruh hati pada Rangga.
"Bener, May. Kurang ajar itu anak. Sok kecakepan." timpal Tasya Faradila yang juga merupakan teman satu geng Sharon.
Sementara kini Sharon hatinya terbakar. Gadis cantik itu pun menatap Lea dan Rangga dengan penuh kemarahan.
"Makasih ya, Rangga." ujar Lea ketika Rangga menurunkannya di depan lobi pintu masuk.
"Sama-sama." ujar Rangga lalu berjalan ke arah parkiran. Kini Lea berjalan masuk, dengan banyak pasang mata yang tertuju ke arahnya.
"Heh, sini lo."
Tiba-tiba seseorang menjambak rambut Lea, ketika dirinya melintas di koridor dalam menuju tangga.
"Sharon?"
Lea meringis kesakitan dan mencoba melepaskan tangan Sharon. Sementara Sharon menyeretnya hingga ke bawah tangga.
"Kenapa lo bisa bareng sama Rangga?" tanya Sharon dengan nada ketus. Disisi Sharon ada Maya dan juga Tasya.
"Gue, gue."
"Braaak."
Sharon mendorong tubuh Lea dengan keras, hingga gadis itu terhentak ke dinding.
"Awww." Ia meringis kesakitan.
"Nggak usah sok kecakepan, lo. Rangga Dion Haryanto itu anak orang kaya, anak pejabat. Nah elo upik abu miskin, yang masuk ke sekolah ini karena beasiswa. Nggak usah mimpi, bisa dapetin Rangga."
Sharon makin mengencangkan tangannya di rambut Lea.
"Cuma gue, Amanina Sharon Wijaya yang sepadan buat jadi pacarnya Rangga. Bokap gue dan bokap dia sama-sama pejabat. Lo miskin, miskin aja. Nggak usah mimpi ketinggian. Gue kalau mimpi ketinggian, jatuhnya di kasur empuk seharga puluhan juga. Elo yang miskin kalau mimpi ketinggian, jatoh lo di ranjang reyot. Rusak ranjang lo, mau beli lagi nggak punya duit."
Sharon menghempaskan Lea sekali lagi, lalu pergi meninggalkan tempat itu. Tinggallah kini Lea dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis. Ia merapikan rambut dan bajunya, lalu perlahan keluar dari tempat itu seraya menunduk.
Ia berjalan gontai dan sempat berpapasan dengan seorang kakak kelas bernama Dian, yang tengah berdiri seraya memperhatikannya.
Lea menunduk saja ketika melewati Dian, lalu ia pun menaiki tangga menuju ke atas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 577 Episodes
Comments
Luluk Listyaningrum
noveltoon semua cerita ttg CEO sampai bosen aku baca gak ada Nemu yg bagus,tapi mudah mudahan disini ceritanya dan tata bahasanya Lbh baik🙏, nyimak
2023-07-21
2
Agustina Agustina
untuk yg ke dua kalinya aku mengulang novelmu ini Thor❤️❤️❤️nggak bosen dgn karya karyamu😘😘
2023-05-05
1
maya ummu ihsan
baru nih
2023-04-17
2