NovelToon NovelToon
KAKEK PEMUAS

KAKEK PEMUAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Putri muda

seorang kakek yang awalnya di hina, namun mendapat kesaktian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

"Bu, makan," ujar Ratna dengan lembut, sambil mengambil tempat duduk di meja makan Bu Eti. Di sebelahnya juga duduk Kakek Surya, yang tampak sabar menunggu.

"Dua ya, Neng," sahut Bu Eti, seraya memandang mereka berdua dengan tatapan hangat.

"Ya Bu. Sekalian juga minumnya, es teh dua ya buk!" timpal Ratna dengan nada harap.

"Iya, Neng. Tunggu sebentar ya," balas Bu Eti, yang kemudian beranjak dari kursinya. Langkahnya gegas untuk menyiapkan pesanan.

Sementara itu, dari sejak Ratna berjalan keluar dari kos-kosan tadi, bersama Kakek Surya, mata Hera tak pernah luput memperhatikan, hingga tak fokus menyapu. Pemilik kos itu sampai terpaku pada tingkah laku Ratna.

Dia cukup lama berhenti menyapu dan memegang sapunya erat-erat, seakan mencoba menerka ke mana Ratna dan Kakek Surya akan pergi.

Dengan rasa penasaran yang menggumpal, Hera segera melangkah kembali ke dalam rumah, perasaannya tak lepas setiap gerak mereka yang misterius itu, walau sebenarnya belum selesai menyapu.

"Padahal tadi Ratna mengeluh tak enak badan pada suaminya, namun sekarang dia masih sempat keluar, juga mengajak seorang lelaki," gerutu Hera sambil membuka kulkas.

Setelah mengambil minum dari kulkas, Hera lalu keluar, berdiri di teras rumahnya, ingin melihat ke mana Ratna dan Kakek Surya pergi. Rasa penasaran terus menggelayut dalam diri Hera.

Mengamati dari teras rumahnya, akhirnya Hera menemukan Ratna dan Kakek Surya yang sedang asyik berbincang di warung Bu Eti yang terletak tepat di seberang rumahnya. Hera memutuskan untuk duduk di teras, mengawasi sambil istirahat setelah lelah menyapu halaman kos-kosan yang amat luas tadi.

Warung Bu Eti itu tampak sepi, karena ini belum jam makan siang. Hanya ada mereka berdua.

"Tadi bapak lihat Joko keluar, sepertinya akan pergi jauh ya? Juga tak mungkin kerja, karena tak memakai seragam kerja. Mas Joko-mu mau ke mana?" tanya Kakek Surya, memulai percakapan dengan Ratna.

"Oh, Mas Joko ya? Dia sedang pulang kampung, Mas. Ada acara syukuran, ipar saya yang mengundang," jawab Ratna sambil tersenyum.

"Pulang kampung? Lantas, kenapa kamu tidak ikut, Neng?" tanya Kakek Surya dengan rasa ingin tahu yang mendalam.

Pertanyaan itu terasa menggantung di udara, meninggalkan tanya yang lebih dalam tentang alasan sebenarnya mengapa Ratna memilih untuk tetap di kota, sementara suaminya pergi.

Ratna menghela napas berat, matanya setengah tertutup sambil bersandar ke dinding, seolah kelelahan menyelimutinya.

"Aku beralasan tak enak badan, namun pada dasarnya lagi malas aja Mas. Lagian, aku sedikit capek juga," keluh Ratna dengan suara serak.

Kakek Surya mendelik, tak percaya dengan alasan yang Ratna berikan, sebab dia tahu bahwa gadis itu sama sekali tak bekerja, mana mungkin bisa capek.

"Capek? Kamu capek? Kan tak kerja?" tanya Surya dengan nada tinggi yang mencerminkan ketidakpercayaannya.

Mendengar itu, Ratna mendekat, menatap dalam ke mata Surya.

"Jelas aku capek lah Mas. Apa yang kita lakukan dua malam ini, apa Mas tak ingat? Itu sangat menguras tenagaku, Mas, apalagi yang kemarin malam itu. Uh…," bisik Ratna di telinga Kakek Surya, suaranya merayu sambil matanya memberi isyarat tak terdefinisi yang penuh misteri.

Ketika Ratna mulai merapat, duduk di samping Surya, suasananya langsung berubah.

Kakek Surya merasa bangga pada dirinya, karena mampu membuat perempuan muda nan cantik seperti Ratna kewalahan.

"Kenapa diam sayang? Artinya, dalam dua hari ini kita bebas, bukan? Iya kan," bisik Ratna mesra, juga tangannya perlahan bergerak menelusuri kulit paha keriput Kakek Surya, sentuhan yang sangat kontras, karena kulit halus dan putih mulus Ratna berpadu dengan kulit keriput dan kusamnya Kakek Surya.

Kakek Surya hanya diam tak bergeming, cuma matanya sesekali mencuri pandang ke arah Ratna, yang terus tersenyum menggoda.

Momen itu hanya diisi bisik mesra, juga desah napas Ratna di dekat telinga Kakek Surya, yang menggantung tebal dalam ketegangan yang memikat.

Ratna terus mengelus kulit keriput Kakek Surya dengan sentuhan yang begitu lembut, hampir seperti belaian sayang yang disembunyikan.

Perbuatan Ratna itu dapat terlihat oleh Hera, yang membuat perempuan muda pemilik kos itu sangat terkejut, hingga langsung tersedak karena pas minum air waktu itu.

Melihat perbuatan Ratna tersebut, makin menggugah kecurigaan Hera, membuatnya meyakini bahwa mungkin ada sesuatu yang tak lazim antara Ratna dan Kakek Surya. Sambil sesekali menyeruput minumannya kembali, Hera tidak bisa mengalihkan pandangannya dari interaksi sembunyi-sembunyi mereka.

"Pak Surya, Neng Ratna, ini makanannya, silakan Pak," ujar Bu Eti sambil meletakkan piring di meja.

"Terima kasih Buk," jawab Ratna, setelah tadi sempat menarik tangannya dari kulit Kakek Surya, dengan suara yang sedikit bergetar.

Kemudian mereka berdua mulai makan sambil saling berpandangan, seolah ada kode rahasia yang hanya mereka yang mengerti. Namun, ketika Bu Eti sibuk melirik ke arah lain, tangan Ratna segera kembali menjelajahi lebih jauh ke atas kaki Kakek Surya.

Aksi tersebut membuat napas Hera tercekat oleh kejutan dan rasa ingin tahu yang memuncak. Dengan hati yang dipenuhi penasaran, ia pun memutuskan untuk pergi ke warung Bu Eti juga, berniat untuk melihat lebih dekat dan memahami apa yang sesungguhnya terjadi antara Ratna dan Kakek Surya.

Hera memasuki warung Bu Eti dengan langkah yang pasti, sorot matanya langsung menuju ke arah Ratna yang refleks menarik tangannya dari kaki ke atas meja.

"Bu, buatin makan satu, tadi aku nggak masak di rumah," ucap Hera dengan nada datar, sambil sesekali melirik ke bawah meja, lalu ke arah Kakek Surya dan Ratna yang sedang fokus makan.

"Silakan duduk dulu Non. Biar saya siapkan makanannya," sahut Bu Eti dengan ramah.

Hera, dengan sikap acuh tak acuh seperti biasa, menjawab singkat, "Ya."

Entah sengaja atau tidak, Hera malah duduk di hadapan Kakek Surya dan Ratna, berhadap-hadapan. Sambil menatap Ratna dengan ekspresi aneh.

"Tumben saya lihat Mbak makan di sini," celoteh Hera, dengan nada suara aneh.

Ratna yang merasa tidak nyaman dengan tatapan dan komentar Hera, menjawab dengan tegas sambil menghentikan suapannya,

"Emang biasa saya makan di sini kalau di rumah nggak masak. Lalu Non kenapa? Tumben-tumbennya makan di sini. Seingat saya, ini kali pertama saya lihat Non Hera makan di sini sejak saya datang ngekos di sini," balas Ratna dengan nada suara misterius.

Langsung suasana di meja makan itu mendadak tegang. Semua mata seolah tertuju pada konfrontasi antara Hera dan Ratna, sedangkan Kakek Surya hanya bisa terdiam, fokus pada piringnya, mencoba mengabaikan ketegangan yang tercipta di antara mereka.

Hera tidak bisa menyembunyikan rasa curiganya.

"Mbak Ratna dan Pak Surya tampak sangat akrab, ya?" ucap Hera, nadanya penuh kecurigaan.

"kami berdua memang dekat," balas Ratna dengan suara bergetar, seolah berusaha menahan emosi.

"Ah…." respons Hera pendek.

"Iya, saya sudah menganggap Pak Surya sebagai ayah kandung saya, karena saat melihat Pak Surya, saya langsung mengingat ayah saya di kampung, yang juga seumur dengan beliau," lanjut Ratna lalu menyuap makanannya untuk yang terakhir, sedangkan Kakek Surya sendiri sudah lebih dulu menyelesaikan makanannya.

"Oh, begitu ya?" ucap Hera membalas dengan nada yang masih menyimpan ketidakpercayaan, menyisakan hening di antara mereka.

Diam mereka baru pecah saat Bu Eti datang dengan membawa pesanan Hera.

"Non, ini makanannya," kata Bu Eti sambil menaruh hidangan di atas meja.

"Ya Bu," jawab Hera.

"Ini Buk, untuk kami berdua," ucap Ratna sambil menyodorkan uang kepada Bu Eti dengan santai, seolah tidak terpengaruh oleh perasaan tidak nyaman yang mulai tumbuh oleh sikap Hera.

"Terima kasih, Neng," ucap Bu Eti sambil mengambil uang yang diserahkan Ratna.

Ratna kemudian berdiri dengan cepat. "Saya tinggal dulu, kami sudah selesai makan," ujarnya tanpa ekspresi kepada Hera yang baru mulai menikmati hidangannya.

Hera tak berkata apa-apa, hanya menoleh sesaat ke arah Ratna.

"Ayo Mas, kita pulang," ucap Ratna sambil menarik lengan Kakek Surya dengan lembut.

Pada saat panggilan Ratna kepada Kakek Surya dengan sebutan 'Mas' membuat Hera tersedak untuk kedua kalinya hari ini.

"Non kenapa? Pelan-pelan makannya Non," nasihat Kakek Surya lembut, sebelum ia bangun dari tempat duduknya dan mengikuti Ratna.

Dari balik tatapan kaget, Hera terus menatap Kakek Surya.

"Ayo Mas, kita pulang aja," pinta Ratna sekali lagi, kali ini dengan nada yang lebih mendesah sambil kembali menarik tangan Kakek Surya dengan lebih kuat. Kakek Surya hanya mengangguk lemah sebagai respons.

"Non Hera cantik, ya?" ucap Ratna tiba-tiba saat mereka menyeberang jalan.

Kakek Surya langsung terkejut, dan tidak mengerti maksud dari ucapan Ratna itu. Lalu berkata,

"Maksudnya?"

"Tidak ada maksud apa-apa, cuma mau bilang, Non Hera itu memang cantik, makanya Mas Surya cukup perhatian tadi," jawab Ratna cepat, sebelum ia mempercepat langkahnya meninggalkan Kakek Surya yang berjalan dengan langkahnya yang lambat.

Kakek Surya hanya mengangkat alisnya, heran mendengar celotehan Ratna yang tiba-tiba begitu. Ratna berhenti di depan pintu kamar kos si kakek, membuat Kakek Surya juga menghentikan langkahnya, walau ia masih berdiri di pintu pagar.

Ratna lalu mengawasi sekeliling, celingukan, dan memang terlihat area kos-kosan tersebut sangat sepi, semua penghuni tampaknya telah berangkat bekerja dan para istri mungkin sedang istirahat di jam segini.

Lalu Ratna tiba-tiba bergerak cepat, menyelinap sembunyi-sembunyi, dengan gerakan gesit yang menunjukkan kegugupannya. Segera membuka pintu kamar Kakek Surya dan menyelinap masuk tanpa suara, terlihat penuh keyakinan.

Dalam sekejap Ratna langsung lenyap dari pandangan.

Kakek Surya, yang semula berdiri tak jauh dari pintu pagar, sangat terkejut. Istri Joko itu terlihat sangat berani dan nekat, perempuan ini berani beraksi di siang bolong begini, memasuki kamar orang lain.

Namun tetap, senyum tipis menghiasi wajah keriputnya, penuh kebanggaan. Lalu ia melanjutkan langkah, untuk mengikuti Ratna yang telah masuk lebih dulu ke dalam kamar kos barunya ini, lalu Kakek Surya menutup pintu.

Kejadian itu, meski di tengah keheningan kos-kosan yang tampak sepi, tak ada orang sama sekali, namun tetap tidak lolos dari pengamatan Hera, yang dari tadi terus mengawasi dari warung Bu Eti. Hera tercengang, bibirnya sedikit terbuka, seraya matanya terbelalak, sungguh tak percaya dengan adegan yang baru saja tersaji di hadapannya.

"…."

Bersambung…

1
Haru Hatsune
Cerita yang bikin baper, deh!
Apaqelasyy
Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!