Alika Khumairoh gadis berjilbab nan tangguh yang berubah menjadi gadis diam seribu bahasa karena kecelakaan yang menimpa adiknya. Kesedihan yang mendalam ia rasakan ketika adik satu-satunya terbaring koma karena kecelakaan tersebut.
Dan ketika dia harus bertemu dengan Farel Adiputra Wijaya, manusia menyebalkan menurut Alika.
Farel sendiri adalah putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group.
Kehidupan mereka yang berubah drastis karena sifat di antara keduanya yang bertolak belakang.
Sampai akhirnya mereka memulai untuk melakukan kerjasama di perusahaan ayah Farel agar mengetahui siapa dalang di balik runtuhnya perusahaan Wijaya Group.
Akankah mereka dapat memahami satu sama lain?
Dan bisakah keduanya mengungkap siapa yang berkhianat pada perusahaan Wijaya Group?
IG : miena_checil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah sakit
Alika terus menangis dalam dekapan Nadia saat Desi masih fokus menyetir. Nadia yang tidak tau duduk permasalahannya bingung karena tangis Alika yang semakin pecah.
"Sebenarnya ada apa ini?" akhirnya Nadia bertanya karena disini dia seperti di abaikan.
"Abizar kecelakaan Nad" jawab Desi tanpa mengalihkan pandangannya ke depan.
"Apa?" Nadia pun tersentak kaget mendengar jawaban dari Desi sahabat karibnya itu.
"Udah sekarang lu tenangin Alika dulu" jawab Desi sambil sekilas menghadap kebelakang.
Selang beberapa waktu kemudian sampailah Alika dan teman-temannya di rumah sakit yang tadi di sampaikan oleh polisi yang menghubunginya. Buru-buru Alika keluar dari mobil dan langsung berlari menuju rumah sakit.
"Suster dimana adik saya?" tanya Alika dengan airmata yang masih membanjiri pipi mulusnya.
"Maaf...?" jawab perawat bingung saat berdiri di balik meja pendaftaran pasien.
"Maaf suster maksud teman saya, apa ada korban kecelakaan yang di evakuasi di rumah sakit ini?" tanya Desi sambil mengusap lengan Alika supaya berusaha untuk tenang.
"Oh apa maksud anda korban tabrak lari yang bernama Abizar Kurniawan?" tanya suster sambil mengecek daftar pasien.
"Benar dia adik saya" jawab Alika dengan nada antusias.
"Mohon untuk tunggu sebentar, dokter sedang menangani pasien. Silahkan anda menunggu disana" perawat berkata sambil menunjuk kursi tunggu di ruang UGD.
"Baik terimakasih suster" Desi dan Nadia akhirnya beriringan menggandeng Alika menuju kursi tunggu UGD.
"Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk dengan Abizar?" Alika berbicara dengan sedikit terbata mengingat adik satu-satunya yang saat ini bahkan masih belum bisa ia temui.
"Alika kamu yang sabar ya, pasti Abizar bakal baik-baik saja." Nadia berkata mencoba menenangkan hati sahabatnya itu.
"Apa anda saudara Abizar Kurniawan?" suara laki-laki yang berdiri di depan Alika mengalihkan perhatiannya.
"Iya benar saya Alika pak, bapak...?" Alika berdiri melihat polisi di depannya lalu di ikuti kedua temannya yang ikut berdiri juga.
"Saya yang tadi menghubungi anda, saat kami berpatroli kami menemukan korban kecelakaan yakni adik anda yang sudah tergeletak di tengah jalan raya. Lalu kami menelfon ambulan terdekat untuk mengevakuasi korban. Sepertinya saudara Abizar adalah korban tabrak lari." Jelas polisi tersebut tanpa jeda sedikitpun.
Wajah Alika sudah tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata lagi, deraian airmata tiada henti mengalir di pipi mulusnya. Sedangkan kedua temannya berusaha untuk menenangkan hati sahabatnya itu.
"Pak tolong usut kasus ini, saya...saya..." Alika bahkan tidak bisa melanjutkan kata-katanya mengingat adik semata wayangnya yang saat ini masih di tangani oleh dokter.
"Kami akan mengurus kasusnya, tapi sepertinya akan sedikit sulit karena kondisi di waktu kejadian tadi hujan. Tapi kami akan berusaha," tandas polisi tersebut.
"Baik pak terimakasih," Desi berkata mewakili Alika yang tiada henti menangis.
"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, ini tadi saya menemukan tas korban" polisi berkata seraya memberikan tas Abizar yang ada bekas darah. Alika menerimanya dan polisi pun berlalu meninggalkan ketiga orang tersebut.
Melihat tas Abizar yang berlumuran darah tangis Alika semakin pecah " Abizar..." berkata sambil memeluk tas Abizar.
"Sabar Alika, Abizar pasti baik-baik saja," sekali lagi Nadia berusaha menenangkan Alika.
"Saudara Abizar Kurniawan?" seorang perawat yang tadi berbicara di meja pendaftaran mendekati Alika.
"Iya saya suster" jawab Alika
"Dokter ingin menemui anda, mari ikut saya" kemudian berjalan menuju ruangan dokter yang di ikuti Alika di belakangnya. Tak butuh waktu lama mereka akhirnya sampai di ruangan dokter yang menangani Abizar. Setelah masuk dan duduk di hadapan dokter, perawat yang tadi membawa Alika kemudian keluar.
"Anda saudara dari Abizar Kurniawan?" tanya Dokter Ihsan yang diketahui dengan nametag yang melekat di baju kebesarannya.
"Benar saya Alika kakaknya Abizar," jawab Alika singkat. "Bagaimana keadaan adik saya dokter?" tanya Alika ingin segera tau keadaan adik semata wayangnya itu.
Dokter Ihsan terlihat menarik nafas panjang "Pasien mengalami luka yang cukup parah di bagian kepala, dan saat ini pasien...," menjeda kalimatnya dan berusaha memilih kalimat yang tepat untuk memberi tau Alika tentang kondisi Abizar yang sebenarnya.
"Pasien mengalami koma," jelas Dokter Ihsan.
Sudah tidak bisa dikatakan bagaimana lagi tentang raut wajah Alika saat ini antara kaget dan sedih, jantungnya pun sudah tidak berdetak dengan normal. "Mak-maksud dokter..?" dengan nada terbata-bata Alika berusaha menguatkan dirinya.
"Apa pasien pernah mengalami kecelakaan sebelum ini?" tanya Dokter Ihsan.
"Benar, enam tahun yang lalu waktu adik saya berumur enam belas tahun dia mengalami kecelakaan mobil bersama orang tua saya. Kedua orang tua saya meninggal dan Abizar baru sadar setelah empat hari," jelas Alika.
Terlihat dokter Ihsan menarik nafas. "Itulah kenapa saat ini pasien mengalami koma, kecelakaan dulu yang dia alami sepertinya terdapat luka yang sama di bagian kepala," tandas Dokter Ihsan.
"Maafkan saya saudari Alika, bahkan kami para dokter telah berusaha dengan keras." Dokter Ihsan mengakhiri penjelasannya.
"Tidak dokter..tolong selamatkan adik saya...saya mohon..," ucap Alika dengan mengatupkan kedua tangan di dada.
"Ini hanya rumah sakit swasta saudari Alika, jika anda berkenan anda bisa memindahkannya di rumah sakit yang lebih bagus" ucap Dokter Ihsan memberi saran.
"Tapi bagaimana dengan biayanya?" Ya benar Alika memang bukan dari keluarga yang kaya, dia bahkan hanya memiliki sedikit tabungan.
"Sekali lagi saya mohon maaf saudari Alika, itu hanya rekomendasi dari saya."
*
Dengan langkah gontai Alika keluar dari ruangan Dokter Ihsan, dia juga sudah menanyakan perihal biaya rumah sakit ini. Untuk sehari semalam saja dia harus membayar hampir dua juta karena memang Abizar butuh perawatan ekstra.
Perlahan Alika memasuki ruang perawatan Abizar, terlihat Abizar tengah tidur di bangkar dengan selang menempel di beberapa bagian tubuh adik kesayangannya itu.
Terlihat kedua sahabatnya yang tengah duduk di sofa menghampiri Alika. "Bagaimana keadaan Abizar kata dokter?" Nadia bertanya dengan perasaan sedih.
"Kata dokter, Abizar koma." Jawab Alika dengan mata yang kembali berkaca-kaca.
"Sebaiknya kalian pulang, ini bahkan sudah malam. Bukankah besok kalian harus bekerja? nanti orang tua kalian cemas," suruh Alika panjang lebar.
"Kenapa kami harus pulang, kami akan disini bersamamu." Desi berkata sambil memegang pundak Alika.
"Desi...aku mohon..."
Setelah bujuk rayu Alika akhirnya kedua sahabatnya pulang, tapi dengan ancaman Desi jika terjadi sesuatu segera hubungi kami kata Desi ketika akan melangkah pulang.
Perlahan Alika berjalan mendekati bangkar Abizar, dia memegang tangannya.
"Selamat ulang tahun Bi.."
Lalu mendekat ke telinga Abizar "Kakak menyayangimu, kakak mohon sadarlah jangan tinggalkan kakak sendiri," dengan isak tangis yang memenuhi ruangan Alika memeluk tubuh Abizar.
Bersambung
secara ga langsung, ia mengungkapkan cinta buat Alika🤭
.