Lin Yi Yue hanya punya satu keinginan, terbang bebas. Dia tidak ingin lagi terikat atau pun terkurung dalam sangkar lagi.
Bertemu Bai Ruyi membuat perasaannya campur aduk, harusnya ada rasa benci tapi mengapa juga ada harapan. Pria itu memberikannya janji yang indah, berkata akan mengubah sangkar menjadi rumahnya dan akan menemaninya terbang kemana pun.
Lin Yi Yue menginginkannya, tapi apakah itu mungkin? Beban yang dia tanggung sangat besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velika Sastra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PURA PURA BODOH
''APA! Menikah, apa aku tidak salah dengar?''
''Hmm menikah.''
''Astaga Bai Ruyi bukankah kau bilang hanya pergi mengunjugi keluarga yang memungut.... Maksudku mengadopsimu, kenapa jadi menikah?''
''Hah memang rumit.''
''Eh kenapa kau tidak mencari orang yang mengadopsimu?''
''Itu sudah seratus tahun yang lalu, kau pikir dia masih hidup.''
''Oh benar juga, lalu ceritakan bagaimana pernikahan ini terjadi.''
(Pagi tadi)
''Hah, akhirnya setelah sekian lama kita diberi kesempatan pergi di alam manusia.''
''Kau mengikutiku, tidak pergi mengunjungi keluarga mu?''
''Tidak, aku masih ingin tidur nyenyak. Kau tahu kan ibuku selalu mengomel setiap kali aku datang.''
''Itu juga karena kau malas.''
''Hei Bai Ruyi bagaimana kau bisa mengatakan hal itu, aku bukan malas kau saja yang terlalu rajin. Setiap hari hanya berkultivasi, membosankan.''
''Ayo turun.''
Bai Ruyi lebih dulu menerbangkan pedangnya ke bawah, diikuti Chen Lai.
''Apa kita sudah sampai, tapi dimana desanya?''
''Di seberang sungai, kita berganti pakaian dulu.''
Keduanya pergi menuju penginapan. Tak lama Bai Ruyi keluar dengan pakaian sederhana.
''Eh sudah mau pergi, kau tidak ingin minum teh dulu.''
''Tidak, agar bisa cepat pulang.''
Bai Ruyi mengambil topi jeraminya dan berjalan menuju desa. Meski desa tersebut terpencil, warga desa hidup dengan makmur. Mereka memanfaatkan gunung dan sungai untuk bertahan hidup.
Keluarga Li merupakan keluarga terkaya di desa tersebut, Kakek Li sebagai pedagang sering keluar desa dan tinggal di kota.
Seratus tahun yang lalu keluarga Bai Ruyi mengalami bencana. Secara tidak sengaja Bai Ruyi yang baru lahir jatuh ke alam manusia dan diselamatkan oleh salah satu warga di desa tersebut.
Memasuki desa Bai Ruyi terus berjalan hingga ke ujung desa.
Di salah satu rumah di ujung desa, sepasang suami istri tengah berdebat hebat. Disana juga ada pemuda yang duduk menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya.
''Ini salahmu, kenapa kau mengatakan hal yang tidak masuk akal.'' tunjuk sang suami pada istrinya.
''Lalu harus bagaimana kita sudah menerima uangnya.'' balas sang istri.
''Bagaimana lagi, biarkan putramu menikah dengannya.''
''Tidak mungkin!'' sang istri menepuk meja, tidak terima.
''Lalu bagaimana, kita tidak memiliki Putra yang bekerja di kota.''
''Bagaimana aku tahu kalau Tuan Li akan datang, bahkan ingin bertemu besok.''
Tak lama kemudian ketukan pintu terdengar.
''Permisi!''
''Siapa?'' wanita itu membuka pintu, Bai Ruyi memberi salam.
''Apakah ini keluarga Tuan Da Fang?''
''Kau siapa, Kakek Da sudah lama meninggal. Pergi kau!''
''Tunggu Nyonya, perkenalan aku Bai Ruyi. Sebelumnya Kakek saya pernah menjadi anak angkat Tuan Da, jadi saya datang untuk menyembah leluhur.''
''Anak angkat, Lao Da apakah Kakek mu memang memiliki anak angkat sebelumnya?'' tanya Nyonya Da pada suaminya.
''Sepertinya Kakek pernah mengatakan hal demikian.''
''Ahh, jadi begitu. Eh, kenapa diam saja ayo masuk ke dalam.''
Nyonya Da menarik Bai Ruyi masuk.
''Terima kasih Nyonya Da,'' Bai Ruyi mengambil air yang disodorkan padanya.
''Oh siapa namamu tadi, Bai Ruyi benar.''
''Ya saya Bai Ruyi.''
''Oh perkenalkan ini Putraku, bisa dibilang kalian sepupu jauh.''
''Nyonya aku tidak membawa banyak hal, ini hanya sedikit uang...'' Bai Ruyi mengambil sekantong uang perak di balik bajunya.
Melihat sekantong penuh uang, ketiganya berbinar. Namun Nyonya Da malah mendorong uang itu.
''Ruyi, kau datang saja kami senang namun...''
''Nyonya apakah kalian mengalami masalah, mungkin aku bisa membantu. Tapi kalian harus menerima uang ini.''
Mendengar perkataan Bai Ruyi senyum ketiganya melebar.
''Begini karena Kakekmu pernah menjadi anak angkat keluarga kami itu berarti kau juga dianggap sebagai keponakan jauh ku.''
''Nyonya katakan saja, selama itu tidak melakukan hal buruk aku akan melakukannya.''
''Bagus kalau begitu kau saja yang menikah dengan Nona Li.''
''Hah pernikahan!''
''Aku memang akan menyanggupi permintaan mereka, tapi pernikahan?''
''Yah, bukankah ini hal yang sangat baik, besok bersiaplah bertemu Tuan Li dan Nona Li.''
(Kembali ke waktu sekarang)
"Hahahaha!''
Mendengar cerita Bai Ruyi, Chen Lai tidak berhenti tertawa.
''Sekarang apa kau menyesal karena berjanji dulu.''
''Siapa yang tahu mereka akan memintaku untuk menikah,'' Bai Ruyi terduduk lesu.
''Kau bisa menolaknya kan.''
''Mereka punya hutang budi pada keluarga Li. Mereka juga bilang karena ini hutang budi, maka tidak bisa membiarkan Nona Li hidup sulit dengan mereka.''
''Lalu kau datang sebagai tumbal.''
''Yah itu benar.''
''Eh bagaimana jika kau melakukan sesuatu hingga pihak wanita sendiri yang menolak menikah denganmu.''
''Melakukan apa?''
''Hmm...'' Chen Lai tersenyum lebar.
''Hal bodoh apa yang akan kau lakukan,'' Bai Ruyi menatap temannya dengan curiga.
Chen Lai menggeleng pelan, lalu ia dengan cepat memukul Bai Ruyi dengan pedangnya. Meninggalkan bekas benjolan.
''Akh! Apa yang kau lakukan.''
''Membantumu.''
''Membantu apa yang harus memukul.''
''Pura-pura bodoh.''
Malam harinya, suara ketukan terus terdengar di depan rumah keluarga Da. Keluarga Da yang sudah tertidur merasa terganggu.
''Nyonya, Nyonya terjadi masalah.''
''Ini sudah malah kenapa ribut-ribut?'' Nyonya Da dengan marah membuka pintu.
''Nyonya salam, aku Chen Lai teman Bai Ruyi maaf mengganggu tidur Nyonya. Sebenarnya aku tidak ingin mengganggu namun terjadi masalah jadi mau tidak mau aku harus datang malam-malam begini...''
''Katakan saja ada masalah apa?'' potong Nyonya Da mendapati Chen Lai terus berbicara, ia juga melirik Bai Ruyi yang diam di belakang pemuda itu.
''Nyonya sebaiknya kita bicarakan di dalam.''
''Hah, cepat masuk.''
''Eh Nyonya apa kau punya air, kau tahu sedari tadi aku terus bicara dan sangat haus.''
Nyonya Da dengan kesal mengambil teko air, ''siapa juga yang menyuruhmu terus bicara tanpa henti,'' gerutunya.
''Katakan masalah apa yang terjadi,'' Nyonya Da meletakkan air dengan kasar.
''Nyonya kau bisa melihat sendiri,'' Chen Lai melirik Bai Ruyi.
''Lihat sendiri apa, katakan dengan jelas dan kenapa keponakan Bai hanya diam saja sedari tadi,'' Nyonya Da mulai tidak tahan.
''Itu dia masalahnya.''
''Apa, masalah apa cepat katakan dengan jelas,'' Nyonya Da mulai kesal.
''Chen Lai kau memang berbakat dalam membuat orang lain marah.''
''Begini Nyonya, aku sebagai teman Bai Ruyi menemaninya datang mengunjungi keluarganya. Namun karena aku orang luar jadi aku tinggal di penginapan menunggunya. Sebenarnya...''
''Bisakah kau langsung katakan masalahnya.''
''Oh benar maaf, sifat ku memang seperti ini. Aku harap Nyonya tidak marah dan...''
''Aku akan marah jika kau tetap mengatakan omong kosong, ku bilang katakan saja masalahnya,'' tekan Nyonya Da di akhir kalimatnya.
''Bai Ruyi menjadi bodoh.''
''Hah!'' mendengar perkataan Chen Lai Nyonya Da tercengang.
''Bagaimana dia menjadi bodoh, tadi pagi dia baik-baik saja.''
''Begini Nyonya tadi...''
''Persingkat ceritamu.'' potong Nyonya Da.
''Setelah Bai Ruyi kembali ke penginapan, dia terjatuh dan tanpa sengaja melukai kepalanya. Lalu menjadi bodoh.''
Chen Lai menyingkirkan rambut panjang Bai Ruyi dan memperlihatkan benjolan kecil di kepalanya.
''Bukankah hanya benjolan kecil, kenapa bisa menjadi orang bodoh?''
''Eh ini, mungkin Nyonya belum tahu waktu kecil temanku ini pernah mengalami kecelakaan. Jadi... Nyonya masalahnya bukan hal ini, tapi karena temanku ini telah menjadi bodoh jadi tidak bisa menikah dengan Nona Li. Bukankah kita harus memberikan Nona Li suami yang baik, ini... Bukankah hal yang tidak baik?''
''Jika bukan dia yang menikah lalu siapa, apa kau ingin menggantikannya?''
''Apa aku! Tidak bisa!'' Teriak Chen Lai.
Chen Lai buru-buru berkata, ''Nyonya tenang saja meskipun Bai Ruyi bodoh itu hanya sementara, aku yakin dia akan sembuh setelah menikah.''
Uhuk, ''Chen Lai sialan, siapa tadi yang bilang ingin membantuku.''
''Teman maaf, terima saja nasibmu.''