NovelToon NovelToon
Sang Penerus Yang Tersembunyi

Sang Penerus Yang Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas / Kultivasi Modern
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: dira.aza07

Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.

Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.

Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.

Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 ~ Malam pertama di rumah Jae

Malam pertama di rumah Jae, Naya terus menangis, dia teringat sang Ibu, Dana dan orang tua lani mencoba menenangkannya.

Sungguh ini bukan hal mudah bagi Dana, ingin sekali dia menangis dan melampiaskan amarahnya kepada mereka yang telah membunuh sang Ibu, namun Dana hanya mampu menghela nafas saat ini, apalagi kini melihat sang adiknya sudah tenang dan tengah tertidur di atas pahanya.

Dana menitikkan air matanya di depan Yuni dan Jae, dengan tangan mengelus rambut Naya lembut. Dana yang seharusnya masih bermain asik dengan teman-temannya namun kini harus memikul beban yang tinggi di pundaknya.

Sungguh hatinya begitu tersayat saat melihat adiknya, nyeri itulah yang di rasa, Dana hanya mampu menghela nafas panjang kembali.

"Dana kami paham apa yang kamu rasakan, namun ingat kamu tidak sendiri, di sini ada kami, dan jangan risau karena di luar sana masih banyak pihak yang mendukung Ibumu, di mana mereka masih bekerja untuk perusahaan itu, dan di sini tinggal seorang wanita yang siap membimbing kamu," ucap Dana panjang lebar.

"Wanita yang bisa membimbing saya?, maaf maksudnya bagaimana?" tanya Dana memastikan.

"Dia seorang guru profesional, dia di ungsikan kemari oleh Ibumu, setelah selesai pendidikan dengannya, kamu bisa mendapatkan ijazah seperti yang lain, sah dan mudah untuk bekerja," ungkap Jae.

"Apa dia di ungsikan karena nyawanya juga bahaya?" Dana menjeda pertanyaannya lalu kembali bertanya, "kalau bisa aman di sini kenapa Ibuku tidak ikut bersembunyi di sini?" tanya Dana kembali.

"Terlalu rumit Dana, mungkin yang lain bisa selamat tapi tidak dengan Ibumu, seberapa keras dia bersembunyi mereka akan terus mengejarnya," ujar Jae.

Kembali Dana menghela nafas panjang, sungguh ironis nasibnya. "Baiklah kapan saya bisa bertemu dengan guru profesional tersebut?" tanya Dana.

"Besok ikutlah dengan Yuni, saya harus bekerja kembali, jangan risau di sini aman dan damai, hiruk pikuk di sini bagai di perkampungan yang bisa membuat tenang," jelas Jae.

Penjelasan Jae jelas di rasakan oleh Dana saat memasuki gerbang usang itu. Memang Dana langsung mendapatkan kenyaman berbeda dengan saat di apartemen bersama Ibunya. Harta melimpah namun nyawa selalu jadi ancamannya. Sungguh tidak merasakan kenyamanan dan kebebasan seperti anak pada usianya.

"Baik terimakasih," ujar Dana dengan menganggukkan kepalanya.

"Baiklah Dana, beristirahatlah, karena hari ini kamu begitu lelah," ujar Jae dengan meninggalkan kamar dan menutup pintu tersebut.

Setelah meninggalkan Dana, Dana pun mencoba menidurkan Naya dengan begitu perlahan dan sangat hati-hati, karena takut membuatnya kembali terbangun.

Namun lain dengan Dana, sang Adik tertidur lelap begitu juga dengan yang lain, tidak dengan Dana, dia gelisah karena bayangan Ibunya yang di tembak mati itu terus terpampang dalam benaknya.

Kembali Dana mencoba menenangkan dirinya dengan menghela nafas, otaknya kembali berpikir bagaimana dia harus bisa memasuki perusahaan saat usianya tepat, dan apa yang harus dia perbuat. Karena tidak hanya otak namun fisik pun dia harus kuat.

"Kuat?" pikir Dana. "Ya aku harus punya ilmu bela diri? tidak hanya otak namun ilmu bela diripun harus aku miliki, mereka itu licik dan aku harus bermain licik, terlihat lemah namun kuat," gumam Dana.

Dia pun mulai merencanakan masa depannya, selama adiknya aman, maka dia pun bisa fokus untuk memantapkan dirinya untuk perisapan suatu hari nanti.

"Dan aku pun harus tahu siapa saja yang mendukung Ibuku," gumamnya kembali dengan tangan langsung membuka tablet.

Kepintaran Dana di atas rata-rata orang dewasa bukan lagi usianya, dengan kecepatan membuka aplikasi dan beberapa CCTV dalam tablet, dia bisa mengetahui apa saja yang dilakukan semua orang di perusahaan Ibunya.

Dana tersenyum saat matanya fokus menatap Tablet tersebut, di mana terpampang pegawai yang bekerja pada siang tadi.

Ya Dana tersenyum karena dapat melihat mana pegawai yang loyal juga jujur dan mana yang berleha-leha.

Beberapa jam pun telah terlewat, Dana merasakan lelah yang tidak terkira dengan badannya yang di regangkan mengharapkan merasakan kenyamanan untuk badannya sendiri.

De ... kaka akan jamin kehidupan kita akan kembali, namun maaf selama usia kita belum cukup kamu harus sabar menunggu di sini, kaka akan usahakan mengembalikan kebahagiaan kita hak kita, dan di sini kakak akan usahakan kamu kembali ceria seperti anak-anak yang lain. Guman Dana sambil menatap adiknya nanar.

Meski hatinya bersedih melihat adiknya juga hidupnya, namun Dana anak yang tegar dan kuat sehingga tidak berlama-lama terhanyut dalam kesedihannya, otaknya telah berkembang cukup pesat, di usianya ini dia bisa mengoperasikan komputer dengan handal, mungkin IT profesional ada pada dirinya. Katakanlah dia anak yang jenius.

Didikan Ibunya berhasil, meski tidak bersekolah namun pendidikan yang di terapkan saat kecil membuatnya berhasil. Tinggal mengejar ketertinggalannya untuk mendapatkan sertifikat dan ijazah selama bersekolah agar dia bisa memasuki gerbang perusahaan milik orang tuanya.

Yang awalnya menangis sedih, kini saat melihat jam yang bertengger di dinding menunjukkan pukul satu malam, dia tersenyum. Karena dia telah mengetahui arah untuk mencapai tujuannya.

Kini dia tertidur dengan memeluk sang adik.

Di pagi hari ...

Sang mentari terang memasuki celah kamar Dana juga adiknya, dia pun terbangun namun dia tersentak kaget kala melihat adiknya menangis terisak-isak karena tidak dapat menemukan sang Ibu di sisinya.

Kembali Dana menghembuskan nafasnya kasar, Dana yang belum terbiasa mengurus adiknya pun kini otaknya berpikir, baru saja semalam dia tenang karena telah terpikir langkah ke depannya, kini dia harus kembali berpikir bagaimana menenangkan sang adik dan mengembalikan keceriaannya di kala harus banyak kehilangan dalam dirinya.

"Dek ... jangan nangis, mau ga kakak gendong?" tanya Dana mencoba untuk membuatnya tenang agar dengan pelukannya.

Karena dia tahu, seorang wanita apalagi anak kecil dapat tenang dengan pelukan dan helusan lembut pada punggungnya. Dia pun mencoba mempraktikkan itu kepada Naya.

Untungnya Naya menganggukan kepalanya, dalam gendongan Dana, Naya memeluk erat Dana, Dana pun membalas pelukan itu dengan erat pula sambil mengelus punggung adiknya lembut, lalu setelah agak tenang Dana membawanya keluar kamar dan keluar rumah.

Ya untungnya pemandangan indah dan asri itu langsung saja menghipnotis mata mereka, sehingga Naya yang awalnya bersedih kini memandang hiruk pikuk pedesaan yang tidak padat seperti di kota.

Indah satu kata yang hadir dalam bibir mereka, yang membuat mata mereka bersinar, hijau dari persawahan juga pergunungan mencuci mata mereka seketika. Seakan rasa sedih itu sirna di makan oleh keasrian daerah ini.

Naya pun saat sudah terpana melihat indahnya alam ini, dia langsung turun dari gendongan Dana.

Dia berlari mengitari halaman rumah Jae yang langsung mendekati lahan hijau mengarah ke gunung.

"Naya ...," Dana memanggil Naya sambil berlari mengejar adiknya.

Jae dan Yuni yang melihatnya langsung tersenyum melihat kedua anak itu bisa langsung berbaur dengan warga yang lain.

Bersambung ...

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
dira rahmi: Terimakasih 😘😘😘😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!