NovelToon NovelToon
Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Mengubah Takdir
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Handayani Sr.

Xera Abilene Johnson gadis cantik yang hidup nya di mulai dari bawah, karena kakak angkat nya menguasai semua harta orang tua nya.
Namun di perjalanan yang menyedihkan ini, Xera bertemu dengan seorang pria dingin yaitu Lucane Jacque Smith yang sejak awal dia
menyukai Xera.
Apakah mereka bisa bersatu?? Dan jika Xera mengetahui latar belakang Lucane akan kah Xera menerima nya atau malah menjadi bagian dari Lucane??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Handayani Sr., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Keesokan Hari nya Xera yang baru saja membuka mata nya mencoba untuk bangun dan mandi.

"Ahk....

Ucap nya saat dia baru bangkit dari tempat tidur, Lucane yang berada di sebelah nya pun terkejut dan menolong Xera yang terduduk di lantai

"Sayang ada apa?" Tanya Lucane khawatir

"Ini...ini sakit sekali" jawab nya memegang bagian intim nya

"Maaf sayang, ayo aku bantu kamu ke kamar mandi aku akan menyiapkan air panas kita dan akan beremdam" ucap Lucane

Xera menatap Lucane dengan curiga

"Tidak,Aku tau itu tidak sesimple itu" Jawab Xera

"Aku berjanji hanya berendam sayang" ucap Lucane

"Tidak, kamu bahkan menggempurku sampai pagi Lucane kau seperti iblis" kesal Xera

"Itu karena kau terlalu nikmat sayang" jawab lucane

Xera pun Mencoba bangkit kembali menuju kamar mandi di sana Lucane memapah nya.

"Baiklah sayang aku biarkan kamu hari ini" ucap Lucane mencium kening istri nya

Xera buru buru mengunci kamar mandi dan di sana dia melihat diri nya di penuhi dengan tanda merah.

"Ahk...kau benar-benar tidak waras lucane" kesal Xera

Setelah itu Lucane pun membuatkan sarapan untuk Xera makan karena dia tahu istri nya akan lapar jadi pria itu inisiatif membuatkan sarapan yang sudah telat ini.

* * * *

Siang Hari nya sesuai dengan apa yang di minta Xera, lucane pun menyiapkan nya untuk mengambil semua harta keluarga nya.

Peta digital terbentang. Lucane, Max, dan Juan muncul via video call. Xera berdiri di samping Lucane, dengan tatapan yang keras.

“Kami sudah tracking jalur uang Alexi. Dia mencuci uang melalui beberapa usaha ilegal klub malam, tempat judi, ekspor batu permata. Kita bisa serang di titik-titik itu.”Ucap Max

Juan menimpali,

“Kalau kita jatuhkan bisnisnya, dia lemah. Tapi dia pasti akan menyerang balik. Dan dia bukan bekerja sendiri.”

Lucane menatap Xera.

“Aku minta satu hal. Kau tetap bersamaku setiap saat. Kau tidak pergi sendirian.”

Xera mengangguk tegas.

“Aku mau mulai dari rumah yang dulu diambilnya. Aku ingin berdiri di halaman rumah orangtuaku lagi, tanpa rasa malu.” Ucap Xera

Max memberi isyarat serius.

“Baik. Aku akan urus dokumen legal. Tapi sisanya… mungkin kita perlu cara ilegal.”

Xera menatap Lucane dengan mata bersinar penuh dendam.

“Aku tidak peduli legal atau tidak. Selama aku bisa mengembalikan nama keluargaku.”

* * * *

Apartemen mewah Alexi, New York

Alexi duduk di sofa hitam, memandangi beberapa dokumen. Seorang anak buahnya, Alan, berdiri di depannya, tampak gugup.

“Bos… ada pergerakan mencurigakan. Beberapa rekening kita di-freeze. Dan rumor di pasar bilang Lucane yang bergerak.”

Alexi meneguk whiskey pelan, matanya berkilat licik.

“Tch… Lucane Siapa suruh dia ikut campur?”

“Tapi ada satu hal lagi, Bos. Kami mendengar Xera yang memerintahkannya.”

Mata Alexi langsung berubah tajam. Dia mendongak cepat.

“Xera? Dia… berani? Hah.”

“Sepertinya aku harus ingatkan dia siapa yang memegang lehernya dulu.”

Alexi tersenyum bengis.

“Kirim pesan pada Xera. Yang cukup membuat dia ingat tempatnya.”

* * * *

Vila Swiss. Malam selanjutnya.

Xera tengah sendiri di balkon, menikmati udara dingin. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nomor tidak dikenal.

Saat diangkat, suara berat dan dingin terdengar,

“Halo… Xera. Kau pikir kau bisa mengambil kembali apa yang bukan milikmu lagi?”

Xera terdiam, jari-jarinya menegang.

“Kalau kau terus mengganggu, tidak hanya kau yang akan terluka. Tapi orang-orang di sekitarmu. Temanmu Zoe. Bahkan orang yang membantu mu.”

Klik. Telepon terputus.

Xera berdiri terpaku. Tangannya gemetar. Tapi kemudian sorot matanya berubah penuh tekad.

Xera masuk ke ruang tengah. Lucane melihat wajahnya yang tegang. Xera berkata dengan suara gemetar namun tajam,

“Dia mengancam orang-orang yang kucintai. Aku tidak akan diam lagi, Lucane.”

Lucane memegang kedua bahunya erat.

“Kalau dia mau perang kita beri dia perang.”

Di luar, salju terus turun. Namun di dada mereka, api dendam mulai berkobar

Xera baru saja selesai bicara. Nafasnya masih terengah. Matanya berkilat, tapi sorotnya bergetar antara takut dan marah.

Lucane memandanginya beberapa detik.

Hening. Lalu ia mendekat lebih rapat, wajahnya menegang. Suaranya keluar sangat pelan, tapi tajam bagai bilah pisau.

“Siapa. Yang berani menelponmu?”

Xera menatapnya. Tangannya masih gemetar.

“Aku… aku tidak tahu pasti. Tapi dia menyebut nama Zoe. Dan bilang orang-orang yang membantuku juga akan terluka.”

Mata Lucane langsung menajam. Rahangnya mengeras. Ia meraih kedua bahu Xera makin kencang, hingga gadis itu sedikit terhentak.

“Dengarkan aku baik-baik, Xera. Aku tidak akan membiarkan satu pun orang sialan itu menyentuhmu. Atau orang-orang yang kau sayang.”

Xera menggigit bibir. Suaranya parau.

“Tapi ini sudah menyentuh mereka, Lucane. Ini bukan hanya tentang aku lagi.”

Lucane mendongak. Dadanya naik-turun. Napasnya terdengar berat, menahan amarah yang hampir meledak.

“Aku sudah menahan diri terlalu lama. Aku pikir aku bisa menyelesaikan ini diam-diam. Tapi sekarang mereka menyentuhmu. Istriku. Mereka sudah melewati garis.”

Xera menatapnya, mata berkaca-kaca. Dia menyentuh wajah Lucane, lembut, mencoba meredakan bara api di matanya.

“Aku tidak ingin kau kehilangan dirimu sendiri demi aku, Lucane.”

Lucane menatapnya balik. Suaranya rendah, gemetar menahan emosi.

“Aku tidak kehilangan diriku, Xera. Aku justru menemukan siapa diriku sebenarnya. Aku adalah pria yang akan melindungi istrinya. Sampai ke titik darah penghabisan.”

Xera terdiam. Air mata jatuh, bukan karena takut, tapi karena terharu dan takut kehilangan Lucane ke sisi tergelap dirinya.

Lucane berjalan mondar-mandir. Wajahnya gelap. Tiba-tiba dia meraih ponsel, menekan nomor Max.

“Max. Persiapkan penerbangan subuh. Kami pulang ke New York. Siapkan juga tim keamanan untuk Zoe. Pastikan dia tidak disentuh sehelai rambut pun.”

Max di seberang hanya terdengar menegaskan,

“Siap, Tuan.”

Lucane menutup telepon. Lalu ia menatap Xera yang masih berdiri membeku.

“Kau tidak perlu takut, Xera. Kau adalah Nyonya Smith, Siapa pun yang mengancammu, akan kuhabisi.”

Xera menatapnya pelan, suaranya patah-patah.

“Aku tidak mau kau membunuh hanya demi aku, Lucane…”

Lucane berjalan mendekat, hingga wajah mereka hanya sejengkal. Suaranya kini sangat pelan, hampir berbisik.

“Bukan demi kau saja, Xera. Demi aku juga. Demi harga diriku sebagai suami. Aku tidak akan membiarkan pria lain berpikir dia bisa mengancammu tanpa konsekuensi.”

Xera menunduk. Tapi kemudian ia mengangkat wajah, sorot matanya keras.

“Kalau kau berperang, aku ikut.”

Lucane menggeleng pelan, setengah senyum getir.

“Ini bukan perang, Xera. Ini eksekusi.”

Xera akhirnya menubruk Lucane, memeluk pinggang pria itu erat. Bahunya berguncang menahan tangis. Lucane membalas memeluknya, menunduk, mencium rambutnya lama.

“Jangan pernah merasa kau sendirian lagi. Tidak di dunia ini. Tidak selagi aku masih hidup.” Ucap Lucane menenangkan istri nya

Mereka pun menikmati sedikit waktu yang sama sama membuat mereka sedikit tenang ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!