Kehidupan Jansen, seorang pemuda biasa, berubah secara drastis ketika ia secara tak terduga mendapatkan sesuatu yang misterius bernama "System". Sistem ini memberinya kekuatan untuk mengubah takdir hidupnya dan membawanya ke jalan kesuksesan dan kebahagiaan.
Dengan bantuan sistem ini, Jansen berusaha untuk meraih impian dan cinta sejatinya, sambil menghadapi berbagai rintangan yang menguji keteguhan hatinya.
Akankah Jansen mampu mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai kehidupan yang ia inginkan, ataukah ia akan terjebak dalam keputusasaan karena kekuatan baru yang ia miliki?
Jansen mendapatkan beberapa kemampuan dari sistem tersebut, seperti kemampuan bertarung, peningkatan kecepatan dan kekuatan, serta kemampuan untuk mempelajari teknik baru lebih cepat. Sistem tersebut juga memberikan Hansen akses ke pengetahuan yang luas tentang dunia, sejarah, dan berbagai aspek kehidupan, yang membantu Jansen dalam menghadapi berbagai tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3
Sementara itu, Jansen, di waktu senggangnya, mencari nafkah tambahan sebagai pengantar makanan. Dengan motor butut pemberian ibunya, ia bekerja keras demi memperoleh persentase penghasilan dari setiap pengantaran paket yang ia lakukan.
Meski begitu, hasilnya hanya 5 Ribu untuk setiap perjalanan yang ia tempuh.
Hari ini, berbekal kepercayaan diri yang tumbuh subur di dadanya, Jansen menatap wanita tua itu dengan penuh tekad. "Bu, aku akan melunasi sewa rumah untuk tiga bulan sebelumnya dan menyewa kembali untuk periode yang sama dengan bayaran lunas di muka. Berikan aku nomor rekening kamu, aku
Akan mentransfer uangnya sekarang!" ujar Jansen, lantang.
Wanita tua itu terkejut mendengar perkataan Jansen yang terdengar begitu yakin dan percaya diri, membuatnya tersentak dan tertegun sejenak. "Hah?!" Serunya, kaget.
"Darimana kamu mendapatkan uang sebesar Tiga Juta, hah? Mencuri? Apakah tanganmu itu sudah mulai nakal dan tak bisa lagi tahan pada kemiskinan?" tanya wanita tua pemilik kontrakan, seraya mengerutkan kening, skeptis.
"Bukan, Bu," jawab Jansen dengan tenang. "Aku mendapatkan berkah sebelumnya, aku menang ketika memasang lotre. Jadi sekarang aku memiliki sedikit uang untuk melunasi utang dan juga membayar kontrakan bulan depan, agar Ibu tidak perlu cemas lagi!" jelas Jansen dengan semangat, berharap wanita itu akan percaya padanya.
"Bah, ada hal seperti itu. Aku tidak percaya!" sanggah Ibu Kontrakan, sinis. Namun, dia tetap memberikan nomor rekeningnya dengan enggan. Tidak lama kemudian, notifikasi uang masuk diterima
Oleh sang Ibu pemilik kontrakan. Matanya membelalak, dan rasa kaget bercampur takjub membuatnya hampir tak bisa berkata-kata. Uang sebesar Tiga Juta benar-benar masuk ke rekeningnya.
Kontrakan itu seharga lima Ratus Ribu per bulan. Karena Jansen sudah menunggak selama tiga bulan, dia harus membayar 1,5 Juta. Ditambah dengan tiga bulan kedepan, total biaya yang harus dibayarkan Jansen mencapai 3 Juta.
Total uang yang dimiliki Jansen kian menipis, setelah terpaksa mengeluarkan 1 Juta untuk biaya kamar rumah sakit dan 3 Juta untuk membayar kontrakan.
Kini, di tangan, ia hanya memiliki 6 Juta Rupiah saja. Setelah sang ibu kontrakan pergi, dengan hati-hati Jansen menaruh ibunya di kasur yang tidak layak pakai, kasur keras yang seolah-olah ingin menambah beban sakit yang dialami ibunya.
Setelah itu, dia merapikan semuanya yang sebelumnya diacak-acak oleh ibu kontrakan. Nafasnya terengah-engah, meski tidak dapat mengeluh.
Selesai, dia memanasi air agar ketika ibunya terbangun, bisa langsung minum air hangat. Kasih sayang yang meluap tak terbatas tergambar pada genggaman tangannya yang penuh perhatian.
"Ibu, aku akan membalas setiap jengkal kebaikan yang engkau taburkan dalam langkahku. Aku juga akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia yang memiliki putra paling membanggakan."
Setelah menatap ibunya, perasaan sayu menyelimuti Jansen saat ia keluar dan bersandar di kursi depan rumah. Dia merenung dalam-dalam sambil menatap layar hologram yang hanya bisa dilihat olehnya, mencari jawaban dari hidup yang begitu getir ini.
Jansen terbangun dari tidurnya dan segera memeriksa Sistem yang ada di dalam kepalanya. Di sana, ia melihat sebuah jam yang terus berputar, menunjukkan waktu yang sama dengan dunia nyata. Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul dengan suara berdenting yang menggema di dalam kepalanya.
DING...
[Selamat, Anda telah melakukan Cek-in dan mendapatkan dua puluh Poin]," ucap suara itu dengan semangat.
Jansen, yang terkejut dengan notifikasi tersebut, langsung melompat dari tempat tidurnya dan duduk tegak. Dengan perasaan penasaran dan tergesa-gesa, ia mulai memeriksa status dirinya yang ada di dalam Sistem.
Ding... Suara berdenting kembali terdengar, kali ini menampilkan informasi mengenai status Jansen.
Nama: Jansen Gillard.
Poin Utama: 20
Kekuatan: 50
Kelincahan: 50
Semangat: 50
Keterampilan: Tidak ada.
Inventory: Tidak ada.
Dana: 6.000.000.00.
Jansen sangat bahagia dan dia lekas mandi untuk pergi ke pasar.
Pagi hari itu, Jansen terlihat tampan dengan jaket, sibuk berkeliling pasar untuk membeli beberapa sayuran dan daging segar.
Suara tawar-menawar dan keramaian pasar tak mengurangi semangatnya untuk mencari bahan-bahan terbaik. Sesampainya di rumah, dia segera menggantung jaketnya dan mengenakan celemek.
Sebagai anak tunggal yang mandiri,
Jansen memang selalu dituntut oleh ibunya untuk bisa memasak dan mengurus diri sendiri. Hal ini dilakukan agar mengurangi beban biaya yang dikeluarkan, terutama karena mereka bukan keluarga yang mampu. Makan daging, misalnya, adalah hal yang jarang mereka lakukan kecuali pada hari-hari besar saja.
Sementara itu, Sandria yang baru saja siuman dari tidurnya, mencium aroma masakan yang menggugah selera. Meskipun tak setingkat dengan masakan ahli koki bintang lima, namun masakan Jansen tetap membuat perutnya keroncongan. Sandria pun segera bangkit dari tempat tidurnya dan mengikuti aroma tersebut.
Di dapur, Jansen tampak begitu serius mengaduk kuah gulai daging yang sedang dimasaknya, sambil menambahkan beberapa rempah untuk menambah cita rasa. Raut wajahnya yang fokus dan tatapan mata yang tajam membuat Sandria terpesona. Dia tak menyangka, lelaki yang biasanya terlihat santai dan cuek itu ternyata memiliki keahlian memasak yang tak terduga.
"Sedap sekali aromanya, Jansen. Aku tak sabar ingin mencicipinya," puji Sandra sambil
Tersenyum manis. Jansen yang mendengar pujian itu, tersenyum kecil sambil menatap Sandria.
"Terima kasih, ibu. Aku harap rasanya juga sesuai dengan harapanmu," balas Jansen dengan nada rendah dan lembut. Ketika masakan itu selesai, mereka pun duduk bersama di meja makan, saling menatap dan menikmati masakan Jansen yang lezat dan menghangatkan hati. Momen itu menjadi salah satu kenangan manis dalam hidup mereka, saat-saat sederhana yang penuh kebahagiaan.
Sandria baru saja menyelesaikan hidangan malam yang lezat bersama Jansen di meja makan. Setelah menghabiskan beberapa suap terakhir, dia menyadari sesuatu yang aneh. Dengan tatapan curiga, dia menatap Jansen dan bertanya, "Darimana kamu mendapatkan uang untuk membeli bahan-bahan makanan ini? Selain itu, bukankah kita seharusnya diusir dari kontrakan?"
Jansen, yang merasa terpojok, terpaksa berbohong untuk menyembunyikan kenyataan. "Bu, sebenarnya sebelum kecelakaan itu, aku menang lotre senilai 10 Juta!" ucapnya dengan nada terbata-bata,
Berusaha meyakinkan ibunya. Dia tahu bahwa mengungkapkan sumber uang sebenarnya, yaitu sistem yang telah membantunya, akan menimbulkan lebih banyak pertanyaan.
"Benarkah, apa kamu tidak berbohong?" tanya Sandria dengan ekspresi ragu. Wajahnya memerah, mencoba menilai kejujuran putranya.
"Percayalah, Ibu," jawab Jansen sambil tersenyum tipis, berusaha menenangkan kecurigaan ibunya. Untuk meyakinkan Sandria, dia segera mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya dan menunjukkannya. "Lihat, inilah hasil kemenangan lotre."
Sandria memeriksa uang itu dengan seksama, mencoba mencari tanda-tanda pemalsuan. Setelah yakin uang itu asli, dia menghela nafas lega dan menatap putranya dengan senyuman lembut. "Baiklah, aku percaya padamu. Tapi jangan lupa untuk menggunakan uang ini dengan bijak, ya. Kita harus menghemat dan berusaha mencari pekerjaan agar bisa bertahan hidup."