Nadira Keisha Azzura pertama kali co-ass di rumah sakit ternama, harus mengalami nasib buruk di mana Bapaknya masuk UGD tanpa sepengetahuannya akibat tabrakan, lalu tak lama meninggal dan sebelumnya harus mendengar ijab kabul mengatasnamakan dirinya di kamar Bapaknya di rawat sebelum meninggal. Pernikahan itu tanpa di saksikan olehnya sehingga dia tidak mengetahui pria tersebut.
Sedangkan dia hanya memiliki seorang Bapak hingga dewasa, dia tidak mengetahui keberadaan kakak dan Ibunya. Dia di bawa pergi oleh Bapaknya karena hanya sosok pria miskin dan mereka hanya menginginkan anak laki-laki untuk penerus.
Bagaimana nasib Nadira selanjutnya? akankah dia hidup bahagia bersama suaminya? akankah Nadira bisa menerima siapa suami dan siapa yang telah menabrak Bapaknya? Akankah dia bertemu dengan keluarganya?
Yu saksikan ceritanya hanya di novel 'Suami Misteriusku ternyata seorang Dokter'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 ~ kekhawatiran Nadira
Sesampainya di ruangan masing-masing mereka kembali bekerja, Ken hari ini hanya memeriksa segala berkas rekap medis pasien.
Selang beberapa menit kemudian dengan perkiraan Ken jika Nadira dan teman-temannya telah selesai istirahat, Ken pun menghubungi Nadira. "Nadira, saya minta rekap medis pasien, saya tunggu di ruangan saya!" titah Ken melalui telepon di ruangannya.
"Baik Pak, mohon ditunggu!" jawab Nadira dengan sopan.
Baru juga sampai, sudah di minta tugas, untung sudah selesai mengerjakannya. gumam Nadira sambil menyiapkan berkas-berkas yang Ken pinta.
Siska hanya menjadi pendengar setia, dia sudah tidak asing dengan Dokter Ken, oleh sebab itulah Nadira sudah di peringatkan oleh Siska untuk segera mengerjakannya dan mendahului pekerjaan itu melebihi yang lain. Karena jika tidak, mungkin Nadira akan kena tegur, juga amarah Dokter Ken.
"Sudah cepat Ra, jangan membuat Dokter Ken menunggu!" seru Siska kembali mengingatkan.
"Ya sis thanks ya, karena kamu selalu membantu semuanya, apalagi dengan pembimbing semacam dia hehe," bisik Nadira dengan cengirannya lalu berlalu dari meja tersebut.
Siska hanya tersenyum dengan menatap kepergian Nadira.
Berbeda dengan Ken, tiba-tiba ken merasakan sesuatu. Kepala gue ko puyeng banget ya. lirih Ken langsung berjalan menuju sofa kemudian merebahkan tubuhnya.
Ken merebahkan tubuhnya dengan memeluk kedua kakinya dengan posisi menyamping, suhu tubuhnya meninggi dan akhirnya dia tak sadarkan diri.
Tak lama dari itu Nadira berada di depan pintu ruangan dan hendak mengetuk pintu.
"Eh, ko ga ditutup ya pintunya?" Tanya Nadira sedikit mengernyitkan dahinya, sehingga dia mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu.
"Assalamu'alaikum, Pak Ini saya bawa berkas pasien," salam Nadira dengan membuka perlahan pintu ruangan dan berjalan menuju meja Ken, Nadira saat itu mengira Ken berada di dalam kamar mandi.
Maka Nadira menaruhnya di atas meja, setelah menaruh berkas itu, dia kembali membalikkan tubuhnya hendak kembali melangkahkan kakinya menuju pintu.
Namun dengan seketika pandangannya tertuju pada Ken yang sedang tertidur di atas sofa, dengan memeluk kedua kakinya.
Kemudian berjalan menghampiri Ken. "Pak ...," sapa Nadira dengan menepuk ringan punggung tangan Ken.
"Ko tangannya dingin banget ya?" Tanya Nadira sambil memegang tangan Ken, mencoba mengecek keadaannya.
Lalu tangan Nadira kini berada di atas kening Ken mencoba mengecek suhu tubuh Ken, "Panas banget," ujar Nadira yang masih mengecek kondisi Ken.
"Pak ..., bangun pak, apa Bapak sudah makan obat? Pak ...," Tanya Nadira mencoba membangunkan Ken berkali-kali.
"Ya ampun ..., Pak ... jangan begini bangun Pak ayo bangun ...." Nadira mulai panik di karenakan Ken belum terbangun dari tidurnya, hingga Nadira tidak menyadarinya jika dia telah meneteskan air matanya, kini tubuh Nadira kembali bergetar dan terus menangis memanggil Ken.
"Pak Ken, jangan tinggalin Nara, saya mohon, Nara ga punya siapapun selain kalian semua saat ini." Nadira tanpa sadar mengucapkan hal itu, dengan derai air mata terus berderai dan tangan terus mengguncangkan tubuh Ken.
Dengan tangan bergetar Nadira mencoba mengambil handphone dalam sakunya, sambungan telepon pun tersambung.
"Hallo Dira ada apa?" Tanya Thomas santai.
"Pak Ken ... pak, Pak Ken ..." Jawab Nadira sambil terisak.
"Ok di mana kalian?" Tanya Thomas dengan berjalan keluar dar UGD.
"Kita di ruangan Pak Ken." Nadira terus menangis dan itu terdengar jelas oleh Thomas.
Thomas bergegas menuju ruangan Ken, setibanya di ruangan Ken.
"Ada apa Ra?" Tanya Ken saat memasuki ruangan Ken, dan langsung menghampiri Ken.
"Saya juga tidak tahu, tiba-tiba saya masuk ke ruangan Pak Ken, beliau sudah di seperti ini," jelas Nadira dengan berlinang air mata.
Thomas kini sudah berada di hadapan Ken, dia memeriksa keadaan Ken.
"Tolong buka tombol di balik rak buku itu!" Seru Thomas kepada Nadira.
Nadira berdiri lalu berjalan menuju rak buku untuk mencari tombol yang di maksud oleh Thomas, kemudian setelah menemukan tombol itu Nadira pun menekannya, lalu lemari itu terbuka dan dengan seketika kedua bola mata Nadira membulat sempurna.
Setelah terbuka Thomas langsung mengangkat saudaranya, "Ra, tolong minggir berat ini," ujar Thomas mengejutkan Nadira.
"O-oh iya Pak," jawab Nadira dengan menggeserkan badannya.
Thomas pun mulai memeriksa Ken, dan setelah selesai Thomas kembali duduk dan melirik ke arah Nadira.
"Ra ..., kamu nangis? kamu takut kehilangan Ken ya?" Tanya Thomas penuh selidik.
"Ga Pak, aku cuma masih trauma aja, aku ga punya siapa-siapa lagi selain kalian semua." Nadira kembali terisak.
"Tenang, Ken baik-baik saja dia hanya pingsan ko, akibat dari maag nya, jadi kamu ga perlu khawatir ya!" timpal Thomas.
"Aku kira tadi Pak Ken kenapa-kenapa," keluh Nadira tanpa dia sadari ada perasaan khawatir.
"Ga dia bakal baik-baik aja ko, apa kamu mulai menyukai Ken?" Tanya Thomas menyelidik.
"Ga Pak, di hati saya sudah ada seseorang yang begitu baik pada saya, dia selalu ramah sama semua, dia selalu ada untuk saya dan bikin saya nyaman," jawab Nadira sambil memandang Thomas.
"Apa dia pacar kamu?" Tanya Thomas sambil tersenyum menatap Nadira.
"Aku tidak memiliki pacar, lagian aku ..., hmm untuk hal suka itu aku hanya mengaguminya saja Pak," sahut Nadira dengan menundukkan kepalanya.
"Oh begitu, ya sudah sekarang kamu pulang ya!, sudah waktunya kamu untuk pulang," ucap Thomas lembut dengan tersenyum.
"Tapi ..., Pak Ken gimana?" Tanya Nadira sambil melirik Ken.
"Aku ambil lembur malam ini, aku akan jaga dia, dan kamu pulanglah apa kamu ga percaya sama saya? hmm ...," Tanya Thomas dengan tersenyum.
"Hmm percaya Pak, hanya saja ini ruangan khusus Pak Ken, jika suster yang lain masuk bebas apa akan di izinkan?" Tanya Nadira kembali.
"Iya makanya saya yang akan bertugas malam ini. Akan saya beri tugas khusus untukmu, untuk jaga di sini esok hari, dan untuk saat ini, keluarga Ken pastinya akan ada yang menginap," Jelas Thomas.
"Jadi pulang ya!, beristirahatlah pasti kamu lelah bukan?" ucap Thomas dan dijawab hanya dengan anggukan.
Nadira pun pamit pada Thomas, dia melanggeng keluar ruangan.
Setelah Nadira keluar, beberapa menit kemudian Thomas pun melirik Ken, namun dengan seketika tubuhnya tersentak kaget kala melihat kedua bola mata Ken sudah terbuka.
"Lo udah sadar? sejak kapan?" Tanya Thomas sambil terlonjak kaget.
"Dari kalian berdua mengobrol," jawab Ken dengan enteng.
"Jadi, Lo udah denger obrolan kita?" Tanya Thomas kaget.
"Hmm," jawabnya singkat.
Tak lama dari itu pintu pun di ketuk.
"Masuk!" ujar Thomas.
Masuklah seorang wanita melangkah mendekati Thomas, lalu berjalan menghampiri kedua pria yang berada di ruangan itu. "Pak, ini untuk Bapak," ujar Nadira yang kembali memasuki ruangan Ken sambil mendekati mereka.
"Loh ko balik lagi? kenapa ga pulang?, apaan ini?." Thomas melirik satu kantong plastik tersebut. "Duh kenapa harus repot-repot sih Ra, padahal kan ada OB," kilah Thomas merasa tidak enak namun hatinya merasa begitu senang.
Bersambung ...