Tidak ada sugarbaby yang berakhir dengan pernikahan.
Namun, Maira berhasil membuktikan bahwa cinta yang tulus kepada seorang pria matang bernama Barata Yuda akhirnya sampai pada pernikahan yang indah dan sempurna tidak sekedar permainan di atas ranjang.
"Jangan pernah jatuh cinta padaku, sebab bagiku kita hanya partner di atas tempat tidur," kata Bara suatu hari kepada Maira. Tai justru dialah yang lebih dulu tergila-gila pada gadis ranum itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SugarBaby (2)
"Nona, mari ikut saya." Sofia muncul tidak lama setelah Maira selesai mandi. Masih memakai kimono handuk, Maira mengikuti langkah kaki Sofia yang sangat teratur.
"Ruang apa lagi ini?" tanya Maira saat Sofia sedang menekan passcode. Apa memang masih banyak ruangan lain lagi yang tidak Maira ketahui di dalam rumah megah ini?
Pintu kemudian terbuka. Ada pintu satu lagi saat pintu pertama telah terbuka. Sofia menekan lagi Passcode dan pintu kedua terbuka lagi.
"Silahkan masuk, Nona." Sofia memberi Maira jalan. Saat Maira telah masuk, ia kembali dibuat tercengang. Semua benda dengan merek terkenal ada di dalamnya. Tas berderet rapi dengan segala warna dan dari berbagai Brand. Gaun pesta cantik berbagai model, lalu sepatu pesta mahal dengan tinggi yang bermacam-macam pula.
"Pilihlah yang mana yang akan Nona pakai malam ini."
Maira tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia berjalan dengan kaki bergetar menuju barang-barang itu.
"Aku boleh memilihnya?" tanya Maira ragu sambil menatap Sofia.
"Semau anda, Nona." Sofia membungkuk.
Maira mulai memilih gaun pesta dengan masih tidak bisa mempercayai penglihatannya saat ini. Namun, ia akhirnya meraih sebuah dress hitam berhiaskan lace motif bunga semata kaki yang membentuk tubuhnya.
Sepatunya ia memilih high hills dengan warna senada berhiaskan gliter, tampak elegan. Dan belum selesai ketercengangan Maira, Sofia menekan tombol di salah satu dinding ruangan itu. Sesuatu tampak terbuka dari lantai tak jauh dari mereka, sebuah etalase berisikan perhiasan berkilau muncul dengan anggun dari sana. Maira hampir pingsan melihat ini semua.
"Pilih satu kalung, anting, gelang dan cincin yang akan Anda kenakan malam ini, Nona."
"Bibi sofia, aku tidak bisa memilihnya, kau saja yang memilih ya," sahut Maira, ia sudah hampir kehabisan nafas melihat semua kemewahan ini. Semua hal yang memanjakan semua kaum perempuan ini.
Sofia mengulum senyum, ia berjalan menuju etalase setinggi kepalanya itu lalu mulai memilih perhiasan yang akan dikenakan Maira.
"Mari kita ke kamar hias. Perias telah menunggu anda." Maira mengangguk saja, ia bisa gila lama-lama jika sering terkejut begini.
Maira mulai dirias. Ia sudah mengenakan dress press body yang ia pilih sendiri tadi. Wajahnya sudah diberi sentuhan make up natural tapi elegan, rambutnya yang panjang dan tebal telah dibuat curly. Terakhir Sofia memasangkan perhiasan tadi ke tubuhnya.
"Tuan Bara." Sofia memanggil Bara yang sedang menunggu Maira di pembatas tangga. Ia berbalik.
"Bee ..." ujar Bara terpanah.
Maira menundukkan wajah. Ia malu. Bara menatapnya tidak berkedip. Lelaki yang telah menunggunya dengan setelan maskulin, kemeja pesta mahal ketat yang lagi-lagi lengannya digulung hingga ke siku. Tiga buah kancingnya sengaja ia buka. Bara tampan di mata siapa saja yang memandangnya.
"Sayang." Bara mendekat, menjulurkan jemari meminta Maira menyambutnya.
Keduanya turun dari tangga. Bara meletakkan satu tangannya di pinggang ramping Maira.
"Kau cantik sekali," bisik Bara masih dengan tatapan terpesona saat mereka telah berada di dalam mobil.
Maira hanya menunduk, lagi-lagi malu sedang menguasainya. Bara meraih dagu Maira lalu mengarahkan wajah gadis itu kepadanya. Terasa bibir Maira dikecup sangat lembut oleh Bara.
Dimas hanya diam, ia fokus menyetir. Ia membiarkan Tuan Bara menikmati gadis yang telah menaklukkan hatinya itu.
***
"Mas, aku gugup sekali." Maira berbisik kepada Bara saat mereka mulai memasuki bhallrooom tempat acara sedang berlangsung. Semua mata tertuju pada mereka. Di antara mata yang memandang keduanya, ada satu orang gadis juga yang melihat mereka.
"Bee, ambil lah minum dahulu, tunggu aku disana ya."
Maira mengangguk, ia menuju sebuah kursi tamu agak jauh dari keramaian. Di tangannya ada segelas minuman.
"Maira." Suara seorang perempuan mengagetkannya.
"Stevi?" Maira mencoba mengingat.
Stevi mengangguk. Ia duduk di samping Maira. Maira menunduk, ia jadi tidak enak, pasti Stevi tahu bahwa ia juga simpanan pria kaya.
"Gak nyangka ya, kita ketemu di sini." Stevi membuka percakapan.
"Iya, ehmmm kamu sama siapa?" tanya Maira basa basi.
"Kamu tuh, Mai, masih ditanya juga. Ya sama kayak kamu, sama sugardady." Stevi tertawa renyah. "Tuh, sugardady aku." Ia menunjuk pria berusia empat puluh tahunan yang sedang berbincang bersama rekan bisnisnya.
"Aku ..."
"Nyantai aja Mai, kita sama kok. Sama-sama dipelihara sama pria kaya. Ya mau gimana lagi, aku gak punya uang buat kuliah. Adik-adik di kampung butuh makan, harus sekolah. Omongan orang gak usah peduliin, mereka gak kasih kita beras buat dimasak jadi nasi." Stevi terkekeh.
Maira menghela nafas berat.
"Kamu nikah sama Oom itu?" tanya Maira hati-hati.
"Ya enggak lah, Mai, Oom Erwin udah punya istri. Tapi istrinya di Bandung. Aku kan cuma simpenan doang. Tau diri, lagian selama kebutuhan uang aku terpenuhi aku gak masalah," sahut Stevi ringan tanpa beban.
"Lagian, Mai, jarang banget ada sugardady yang mau nikahin simpanannya. Kalo pun ada , palingan siri, talak satu udah cerai. Mendingan gak usah nikah," lanjut Stevi lagi.
Maira jadi memandang Bara. Ia tidak bisa seperti Stevi, mungkin Stevi tidak mencintai sugardadynya. Berbeda dengan Maira, ia mencintai Bara. Meski ia tahu, Bara juga tidak akan membicarakan pernikahan dengannya.
Tiba-tiba Maira teringat pemandangan saat Stevi dipeluk seorang mahasiswa di kampus waktu itu.
" Ehmmm ... Stevi, aku sempat lihat kamu pelukan sama laki-laki lain waktu itu," ujar Maira hati-hati takut gadis itu tersinggung.
"Oh itu Aldo. Pacar aku, Mai. Aku sayang sama Aldo, tapi aku juga butuh uang dari Oom Erwin," jawab Stevi berusaha menyembunyikan kesedihannya.
"Oom Erwin tahu kamu punya pacar?"
"Mai, aku bisa mati kalau dia tahu," sahut Stevi sedikit berbisik.
"Aldo tahu?" Maira semakin penasaran.
"Tahu, Mai, Aldo bukan anak orang kaya, Mai. Tapi kami saling mencintai. Aku juga sempat mau diputusin Aldo waktu dia tahu aku siapa. Tapi Aldo sama sayangnya sama aku, jadi kami tetap jalan diam-diam tanpa ketahuan Oom Erwin."
Maira terdiam mendengar cerita Stevi itu. Ia jadi ngeri bagaimana kalau nanti ia dekat dengan pria lain, mungkin Bara juga akan membunuhnya.
"Maira, aku ke sana ya, Oom aku udah manggil."
Stevi berlalu dan segera menghampiri sugardadynya. Tidak lama berselang, Bara sudah berada di belakang Maira.
"Teman kamu?" tanya Bara.
"Teman kampus aku, Mas."
Bara mengangguk, ia kemudian mengajak Maira mengitari ruangan luas itu. Bara tampak gagah malam ini. Ia menyedot perhatian orang banyak. Maira juga sama, menjadi perhatian banyak lelaki.
"Inilah kenapa aku tidak mau mengajakmu ke tempat ramai seperti ini," desis Bara kesal sendiri.
Maira hanya tertawa mendengarnya. Bara kemudian mengajak Maira pulang karena sudah emosi sendiri melihat gadisnya dipelototi banyak lelaki.
untungnya Kevin mati....kl ngga perang Baratayudha beneran
Tuhan pasti memberikan kebaikan yg terbaik dibalik kejadian yg menimpa kita.
teruslah berpikir positif atas segala kejadian.
memang tdk mudah...
semangat kak💪
othor keceh comeback again, apa kabare si Beben kak??????😂😂
masi kah pake pempers?????
ada notif langsung gassss.....
apa kabar mak, moga mak Julie yg cantik mem bahenol selalu sehat2 dan lancar semuanya Aamiin🤲
biar semangat up nya...🥰🥰🥰