NovelToon NovelToon
Jodohku Teman Mama

Jodohku Teman Mama

Status: tamat
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Tamat
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Julia And'Marian

Raisa tak pernah mengira hidupnya akan berubah drastis setelah ulang tahunnya yang ke-23. Gadis ceria itu terkejut ketika sang mama mengenalkannya pada seorang pria—bukan untuk dijodohkan dengan lelaki muda seperti biasanya, melainkan dengan teman dekat mamanya sendiri, seorang pria dewasa bernama Ardan yang berusia hampir dua kali lipat darinya.

Ardan, seorang duda mapan berwibawa, awalnya tak berniat menerima tawaran perjodohan itu. Namun, kepribadian Raisa yang hangat dan polos perlahan membuatnya goyah. Raisa pun dilanda dilema: bagaimana bisa ia jatuh hati pada seseorang yang selama ini ia kenal sebagai “Om Ardan”, sosok yang sering datang ke rumah sebagai sahabat mamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 27

Udara malam menusuk kulit Raisa ketika ia melangkah keluar dari gedung apartemen. Angin malam membawa aroma aspal basah, samar-samar bercampur dengan bau hujan yang turun sore tadi. Ia berdiri di trotoar, menatap koper di tangannya. Rasanya seperti sedang menggenggam batu nisan untuk pernikahannya sendiri.

Di depan, lampu taksi berwarna kuning terang berhenti. Supir membuka kaca, “Mau ke mana, Bu?”

Raisa membuka mulut, tapi suaranya tak keluar. Ke mana? Ia tidak benar-benar tahu. Tempat yang aman? Rumah? Rumah siapa? Ia sudah lama tidak punya rumah, kecuali yang ia tinggalkan barusan bersama Ardan.

Akhirnya ia menyebutkan sebuah nama hotel kecil di pusat kota. Tempat yang cukup jauh dari apartemen mereka, tapi tidak terlalu mencolok. Supir mengangguk, lalu membantu memasukkan koper ke bagasi.

Begitu taksi mulai melaju, Raisa memalingkan wajah ke jendela. Gedung-gedung berlampu kota berlari mundur di matanya. Jalanan yang dulu terasa biasa, kini seperti dunia asing. Di pikirannya hanya ada satu hal: Ardan. Sedang apa dia sekarang? Apakah ia akan bangun dan melihat surat itu? Apa reaksinya? Marah? Sedih? Bingung?

“Bu, nggak apa-apa?” suara supir memecah lamunannya.

Raisa buru-buru mengusap air mata yang menetes. “Nggak apa-apa, Pak. Capek aja.”

Supir itu mengangguk, tak bertanya lagi. Tapi dalam hati Raisa, ia tahu capek bukan alasan sebenarnya. Ia hancur.

Sesampainya di hotel, Raisa menyerahkan KTP di resepsionis sambil menunduk. Perempuan di balik meja menyapanya dengan sopan, “Malam, Bu. Mau menginap berapa malam?”

Raisa terdiam sebentar. Berapa malam? Ia bahkan tidak tahu harus tinggal di mana setelah ini. “Satu malam dulu,” jawabnya pelan.

Kunci kamar diberikan. Raisa naik ke lantai tiga dengan langkah berat. Begitu masuk, ia mengunci pintu dan menjatuhkan tubuh di ranjang kecil. Aroma kamarnya berbeda—steril, dingin, asing. Tidak ada wangi parfum Ardan. Tidak ada sisa tawa atau jejak kenangan.

Ia mengambil ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab. Dari Ardan. Hatinya langsung mencelos. Ia tahu, suaminya pasti sudah menemukan surat itu.

Layar ponselnya bergetar lagi. Nama “Ardan” muncul.

Raisa menatapnya lama. Ia ingin mengangkat, ingin mendengar suaranya, ingin menjelaskan. Tapi ia tahu kalau ia bicara, ia akan kembali. Dan Bu Ratna sudah menegaskan: kalau kamu pergi, lakukan tanpa drama.

Ia biarkan ponsel itu terus bergetar, hingga akhirnya berhenti.

Di apartemen, Ardan berdiri di ruang tamu dengan surat yang sudah diremas di tangannya. Ia membacanya berulang-ulang, berharap menemukan jawaban di antara kata-kata yang berantakan itu. Tapi yang ia temukan hanya luka.

“Kenapa, Rai…? Kenapa kamu pergi?” suaranya bergetar. Ia berjalan mondar-mandir, memikirkan segala kemungkinan.

Ia menelepon Raisa lagi, tapi tetap tidak diangkat. Ia mencoba melacak keberadaannya, menelepon teman-temannya, bahkan menghubungi keluarganya. Tidak ada yang tahu.

Akhirnya ia duduk di lantai, punggungnya bersandar di dinding, menatap kosong ke arah pintu. “Kalau kamu butuh waktu, aku tunggu. Tapi tolong jangan hilang kayak gini…” gumamnya.

Di hotel, Raisa tidak bisa tidur. Ia terus menggenggam ponselnya, menatap layar gelap, berharap Ardan menelepon lagi—dan di saat yang sama berharap ia tidak menelepon.

Pesan dari Bu Ratna masuk:

"Sudah selesai? Jangan kontak dia dulu. Ini untuk kebaikannya."

Raisa menatap tulisan itu dengan tangan gemetar. Kebaikan Ardan? Atau sebenarnya kebaikan Bu Ratna sendiri?

Ia ingin bertanya, “Kalau ini benar demi kebaikannya, kenapa aku yang merasa seperti sedang mati pelan-pelan?”

Namun ia tidak membalas.

Pagi berikutnya, Raisa berdiri di balkon hotel. Matahari naik perlahan, mengubah langit dari kelabu ke jingga keemasan. Di bawah sana, orang-orang bergegas memulai hari mereka. Kehidupan terus berjalan, seolah kepergiannya tidak berarti apa-apa.

Ia memandangi ponsel lagi. Tidak ada pesan baru dari Ardan sejak malam itu. Mungkin ia sudah berhenti mencari. Atau mungkin ia terlalu marah.

Sakitnya seperti pisau menusuk lambung.

Raisa menarik napas panjang. Ia tahu ia tidak bisa berlama-lama di hotel ini. Ia harus memutuskan ke mana ia akan pergi. Tapi ke mana?

Ia menutup mata, dan untuk pertama kalinya sejak pernikahannya, Raisa merasa benar-benar sendirian.

---

Di sisi lain kota, Ardan duduk di meja kerjanya. Rambutnya berantakan, matanya merah karena kurang tidur. Ia menatap layar laptop, tapi pikirannya tidak ada di kantor.

Pikirannya hanya satu: Mencari Raisa.

Ia sudah memutuskan. Apa pun alasannya, ia tidak akan membiarkan istrinya pergi begitu saja.

Raisa tidak tahu bahwa Ardan sudah memulai langkah besar. Bahwa ia akan mencari ke mana pun, bahkan jika harus menghadapi siapa saja—termasuk Bu Ratna.

Karena bagi Ardan, Raisa bukan sekadar istri. Dia rumah. Dan ia tidak akan membiarkan rumahnya hilang begitu saja.

1
Afifa Mega
kok aku bingung ya sama alur cerita nya
Nurminah
manusia terkadang menilai sesuatu berdasarkan sudut pandang mereka tanpa tabayun dulu sehina itu menikah beda usia tapi laki-laki yg memiliki sugarbaby dianggap wajar zina dinormalisasi pernikahan dianggap aib
Julia and'Marian: Ya kak, apalagi jaman sekarang sudah hal wajar seperti itu. miris banget.
total 1 replies
Aliya Awina
siapa yg gak sok baru datang langsung lamaran,,,
Julia and'Marian: 🤭🤭🤭,,
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!