NovelToon NovelToon
Pengasuh CEO Cacat

Pengasuh CEO Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Era Pratiwi

Membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan orang yang sangat ia sayangi, membuat seorang Fiorella harus merelakan sebagian kebebasan dalam kehidupannya.
"Pekerjaannya hanya menjadi pengasuh serta menyiapkan semua kebutuhan dari anaknya nyonya ditempat itu, kamu tenang saja. Gajinya sangat cukup untuk kehidupan kamu."
"Pengasuh? Apakah bisa, dengan pendidikan yang aku miliki ini dapat bekerja disana bi?."
"Mereka tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan Dio, yang mereka lihat adalah kenerja nyata kita."
Akhirnya, Fio menyetujui ajakan dari bibi nya bekerja. Awalnya, Dio mengira jika yang akan ia asuh adalah anak-anak usia balita ataupun pra sekolah. Namun ternyata, kenyataan pahit yang harus Fio terima.
Seorang pria dewasa, dalam keadaan lumpuh sebagian dari tubuhnya dan memiliki sikap yang begitu tempramental bahkan terkesan arogan. Membuat Fio harus mendapatkan berbagai hinaan serta serangan fisik dari orang yang ia asuh.
Akankah Fio bertahan dengan pekerjaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Era Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PCC. 3.

Prang!!

Brakh!!

Setiap kali bayangan itu terlintas, membuat Elio menjadi emosional. Bahkan apa yang ada didekatnya, akan menjadi pelampiasannya.

"Kenapa? Kenapa harus aku yang seperti ini?! Kenapa!" Teriak Elio dengan terus mengacak-acak isi kamarnya.

"Argh!"

Saat itu, baik Angelina dan juga Fio menjadi kaget. Mereka hanya terdiam, berdiri di depan pintu yang masih tertutup.

"Suara apa itu, nyonya?" Rasa penasaran yang Fio rasakan, membuatnya mengeluarkan pertanyaan kepada Angelina.

"Itu, itu hanya suara. Aduh, nanti kamu akan terbiasa dengan sendirinya." Angelina berharap, agar Fio tidak menyerah dan berhenti seperti pekerja yang lainnya.

Kening Fio nampak berkerut, ia menjadi bingung dengan apa yang Angelina katakan. Bagaimana suara-suara itu bisa terdengar dari dalam kamar tersebut, apakah anak dari nyonya itu sangat nakal? Ah, banyak sekali pertanyaan di kepala Fio.

"Fio, sebelumnya. Saya sangat berharap sama kamu dengan pekerjaan ini, sudah berapa banyak pekerja yang saya terima. Tapi, belum satu hari bekerja. Mereka minta berhenti, saya harap kamu dapat bertahan." Tatapan Angelina sangat penuh harap dengan Fio.

"Akan saya usahakan, nyonya." Jelas, Fio sangat berharap dengan pekerjaan tersebut.

Tak lama kemudian, terdengar lagi suara keras yang cukup mengagetkan. Atas itu, Angelina menjadi khawatir dengan apa yang terjadi pada putranya. Ia pun segera membuka pintu kamar tersebut, dan betapa kagetnya mereka berdua. Keadaan kamar yang sangat berantakan, dimana kini tubuh pria itu sudah berada di lantai.

"Elio!" Teriak Angelina dan ia berlari menghampiri putranya.

"Pergi! Jangan mendekat!" Balas Elio yang juga berteriak.

"Stop, Elio! Kenapa kamu seperti ini? Hentikan kebiasaan menghancurkan semuanya, mama bilang hentikan!" Angelina semakin tidak bisa menahan rasa amarah dari dalam dirinya, sungguh kondisi saat itu tidak ia inginkan terjadi.

"Aku bilang, keluar! Keluar!"

Plak!

"Apa kamu bilang, hah? Keluar? Kamu yang seharusnya keluar dari keadaan seperti ini, nak. Mama kecewa sama kamu." Angelina menitikkan air mata yang begitu menyakitkan.

"Ma, mama!" Elio mencoba menahan Angelina agar tidak pergi.

"Ma!"

Disaat itu, Fio hanya bisa terdiam. Menyaksikan hal tersebut, namun dirinya dapat memahami keadaan yang ada. Bahkan, dirinya dahulu juga pernah merasakan sakit yang luar biasa melebihi batas kemampuan manusia untuk menerima semua takdirnya.

...Orang ini, memanggil nyonya dengan sebutan mama? Apa, jangan-jangan. Eh, kenapa aku yang jadi nggak sadar dan juga nggak nanya. Jadi, dia anak nyonya? Kalau benar, jadi dia yang aku rawat? Ya Tuhan....

Selesai dengan semua isi pikirannya saat itu, saat tersadar. Fio segera membantu Elio yang tengah mencoba untuk menempati kursi roda yang ada didekatnya.

"Saya bantu, tuan." Fio menyentuh lengan pria yang sedang dipenuhi amarah itu dengan tiba-tiba.

"Lepas! Jangan sembarangan menyentuhku, lepas." Begitu tegas, Elio menghempaskan tangan yang akan membantunya.

"Ah, maaf." Fio pun menarik dirinya sedikit menjauh, membiarkan Elio sendiri mencoba kembali pada kursi rodanya.

Terlepas dari sikap Elio, Fio mengambil keputusan untuk membereskan kekacauan yang ada disekelilingnya saat itu. Keadaan kamar yang begitu hancur, membuat Fio menghela nafasnya.

Beberapa saat kemudian, Fio sudah membereskan beberapa benda yang telah hancur. Serpihan kaca, gelas dan benda-benda yang tajam telah ia singkirkan. Dan disaat itu pula, ia melihat Elio masih mengalami kesusahan untuk duduk pada kursi rodanya.

"Hei, kamu. Cepat bantu aku, cepat!"

"Baik, tuan."

Fio perlahan membantu Elio beranjak dari lantai yang dingin itu, setelah berhasil duduk di atas kursi roda tersebut. Fio membersihkan beberapa serpihan kaca yang terdapat pada pakaian pria itu dengan tangan kosong, entah sengaja atau tidak. Elio menekan tangan Fio yang saat itu sedang mengambil serpihan benda tajam, dan hasilnya.

"Argh!" Fio segera menarik tangannya, terlihat goresan yang cukup besar pada lengannya dan mengeluarkan darah segar.

"Jangan pernah menyentuhku, dasar wanita ja**ng!" Umpat Elio.

Mendengar umpatan kasar itu, membuat Fio memejamkan kedua matanya. Sungguh perkataan itu sangat menyakitkan hati, bahkan seharusnya ucapan tersebut tidak seharusnya ia dengar.

"Siapa kamu? Berani sekali masuk ke kamarku? Kamu mau mencuri, hah!" Kembali ucapan kasar itu harus Fio dengar.

"Maafkan saya tuan, saya baru bekerja disini. Tadi nyonya Angelina yang..."

"Sialan! Keluar." Lagi-lagi umpatan kasar yang terdengar.

Mengingat ia baru bekerja disana, dan tidak dapat membohongi diri sendiri. Jika ia membutuhkan uang untuk kehidupannya, maka Fio bertahan dengan keadaan tersebut.

"Maafkan saya tuan, saya ditugaskan nyonya untuk membantu anda." Jelas Fio.

"Kamu punya telinga kan? Aku bilang keluar, ya keluar!" Teriak Elio.

"Saya akan membereskan ini terlebih dahulu, tuan." Fio hendak kembali membersihkan kekacauan yang ada, namun Elio melempar Fio dengan sebuah benda yang cukup keras.

Bugh!

"Aaaa!" Suara itu menyatakan jika ia sedang merasakan sakit.

"Keluar! Dasar ja**ng sialan, pergi kamu." Umpatan kasar lagi yang Elio lontarkan.

Sedangkan tangan kecil itu masih mengusap kening yang memerah, akibat terkena lemparan benda keras dari pria yang keras kepala disana.

"Lempar saja tuan, saya akan keluar jika tugas saya sudah selesai." Fio mengabaikan Elio dan melanjutkan untuk membereskan kekacauan yang ada.

"Dasar wanita sama saja, sama-sama sialan. Aaa!" Elio menjalankan kursi rodanya meninggalkan Fio menuju balkon kamar tersebut.

Fio pun mengabaikan Elio yang pergi, sambil menekan lengannya yang masih mengeluarkan darah. Fio membereskan kekacauan yang ada dengan perlahan dan hati-hati, dengan alat seadanya. Ia mulai menyingkirkan benda-benda yang hancur dan membersihkan semuanya, selagi Fio bekerja. Elio masih terus mengeluarkan umpatan kasar, telinga Fio pun berangsur-angsur membiasakan dengan suara tersebut.

"Huh, beres." Kedua mata indah itu, merasa segar dengan keadaan yang sudah bersih.

...Apa, tu orang bawa ke dalam ya? Tapi mulutnya, ih. Lebih menyeramkan dari melihat rincian biaya kuliah dan pengobatan Arsen....

Mengatur nafasnya, Fio memberanikan diri untuk menghampiri Elio yang masih berada di balkon.

"Permisi, tuan. Kamarnya sudah beres, apa tuan mau ke dalam?" Ujar Fio dari sisi Elio.

"Keluarlah." Jawaban singkat terdengar.

"Baik tuan, saya permisi." Tidak ingin mengambil resiko, Fio pun meninggalkan tempat tersebut.

Saat telah keluar dari kamar itu dan menutup pintunya, Fio memperhatikan sekitarnya. Mencari jalan untuk menemui sang bibi, perlahan Fio menemukan jalannya. Ketika berjalan menuju dapur, terdengar suara isakan tangis dari tempat sebelumnya ia bertemu dengan Angelina.

"Hiks hiks, anak itu. Sampai kapan harus bersikap seperti itu? Berapa banyak lagi, barang-barang yang harus menjadi korban keegoisan nya?" Sayup-sayup suara itu semakin jelas terdengar di telinga Fio.

"Sabar, Ma. Elio masih membutuhkan waktu untuk menerima semuanya, wajar saja jika dia bersikap seperti itu." Suara pria yang tak lain adalah Malik Dastan, suami Angelina dan papa dari Elio.

"Sabar, sabar. Mama nggak kenyang Pa, kalau cuma sabar dan sabar menghadapi Elio seperti itu." Balas Angelina.

"Terus, apa yang harus kita lakukan? Apa, kita buat adik baru saja buat Elio." Ide Malik sangat brilian.

" Apa? Adik? Ingat umur ya, dasar anak dan bapak sama saja." Umpat Angelina dan memukul pelan bahu suaminya.

"Hahaha, tapi cinta kan sama Papa?" Goda Malik.

"Fio, ngapain kamu disitu?"

"Hah!!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!