Aluna, 23 tahun, adalah mahasiswi semester akhir desain komunikasi visual yang magang di perusahaan branding ternama di Jakarta. Di sana, ia bertemu Revan Aditya, CEO muda yang dikenal dingin, perfeksionis, dan anti drama. Aluna yang ceria dan penuh ide segar justru menarik perhatian Revan dengan caranya sendiri. Tapi hubungan mereka diuji oleh perbedaan status, masa lalu Revan yang belum selesai, dan fakta bahwa Aluna adalah bagian dari trauma masa lalu Revan membuatnya semakin rumit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. trauma masa lalu
"Pak, ini sudah malam. Sebaiknya kita pulang." sedari dua jam lalu Bastian memperingatkan atasannya itu, tapi pria itu bahkan bergeming dari tempatnya. Entah sudah berapa banyak minuman yang ia tuangkan ke dalam gelas kaca itu. Wajahnya bahkan tampak tidak berdaya.
"Jangan pedulikan saya." ucap Revan dalam terdengar penuh luka. Laki-laki yang biasanya tampil dingin dan teguh pendirian, seolah tidak terkalahkan oleh siapapun kini terlihat begitu kalah. Sejak lima tahun lalu, ia yang di tinggal mati sahabatnya karena sebuah kecelakaan membuatnya merasa bersalah di tambah tunangannya yang memilih pergi untuk mengejar cita-citanya dari pada melanjutkan pertunangannya mereka membuat hati Revan semakin hancur. hampir setiap malam ia memilih pergi ke klub malam untuk melupakan kesedihannya dan akan pulang dalam keadaan mabuk.
"Tapi, pak. Besok kita ada meeting penting. Saya harap bapak bisa fresh untuk besok." Bastian selalu setia menemani dan mengantarnya pulang dan akan datang pagi sekali untuk mamastikan atasannya baik-baik saja.
Revan tersenyum kecut, ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa tempatnya duduk. "Semua orang hanya peduli dengan uangku." ucapnya terdengar begitu patah membuat Bastian tidak mampu lagi membujuk. Ia memilih diam dan menunggu hingga Revan ingin pulang sendiri.
Revan selalu memilih VVIP untuknya, ia tidak suka bercampur dengan pengunjung yang lain. Selain itu, Bastian juga menjaga privasi atasannya, agar apapun yang terjadi dengan atasannya tidak menjadi konsumsi publik karena kini apapun yang menyangkut dengan kehidupan pribadi Revan Aditya adalah topik yang sangat di buru oleh para pencari berita. Seorang pengusaha muda yang tengah naik daun dengan segala kelebihannya. Ditambah lagi rumor yang tengah beredar tentang Revan Aditya mengalami gangguan disfungsi organ yang membuatnya tidak tertarik dengan wanita karena begitu banyak wanita cantik dari kalangan pengusaha dan artis yang mendekatinya tapi tidak ada satupun yang berhasil menarik perhatiannya.
***
Revan mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam mata. Perlahan membuka matanya, dan cahaya matahari memasuki celah-celah gorden putih di kamarnya dan kini ia baru menyadari jika ia sudah tidur di dalam kamarnya yang nyaman.
Perlahan ia bangun, memijat keningnya yng terasa nyeri karena terlalu banyak minum semalam.
"Selamat pagi, tuan." seseorang tiba-tiba menyapanya dari arah lain, tapi Revan sudah terlalu hafal dengan suara itu. Itu suara pelayannya. "Saya bawakan air perasan lemon hangat untuk anda." ucapnya lagi sembari meletakkan air perasan lemon di atas nakas yng ada di samping tempat tidur, "Pak Bastian sudah datang sejak satu jam yang lalu, apa anda ingin saya memanggilnya?" tanyanya sepertinya sudah sangat hafal dengan apa yang harus ia ucapkan.
Revan mengibaskan tangannya, "Tidak perlu. Saya akan keluar satu jam lagi. Suruh dia menunggu."
"Baik. Ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya pelayannya itu dan Revan memberi isyarat dengan tangannya yang mengatakan tidak.
Pelayan itu pun hendak pergi, tapi langkahnya kembali terhenti di ambang pintu, "Oh iya, tuan. Kemarin tuan besar datang."
Mendengar hal itu, Revan mengerutkan keningnya sembari menatap sang pelayan, "Dia mengatakan apa?"
"Nanti malam ada jamuan makan malam di rumah besar. Tuan besar meminta anda untuk datang."
Revan kembali memijat keningnya yang kembali terasa nyeri, kali ini bukan karena minuman keras tapi karena rencana orang tuanya di balik jamuan makan malam yang di adakan oleh orang tuanya.
***
Aluna menuruni tangga, pagi ini ia ingin bersemangat untuk berangkat magang, tapi suasana pagi di rumahnya tidak begitu bersemangat seperti yang ia harapkan. ibunya tampak juga sudah memakai setelan rapi, ibunya adalah seorang single mom, ia membesarkan Aluna sendiri sejak ayahnya meninggal lim belas tahun yang lalu, dulu ada kakak laki-lakinya yang selalu menjadi kebanggan sang ibu, tapi ternyata takdir juga berkata lain, kakak laki-lakinya meninggal tepat di hari Aluna ulang tahun yang ke 17. Kakak laki-lakinya mengalami kecelakaan saat akan merayakan ulang tahun Aluna.
Hal itu berdampak pada kehidupan Aluna dan ibunya, Aluna terus menyalahkan Aluna atas kematian sang kakak membuat hubungan mereka begitu renggang.
"Selamat pagi, ma." sapa Aluna begitu langkahnya tepat berdua di ujung tangga. Tapi rupanya sapaan Aluna tidak berhasil membuat ibunya bergeming. Ia tetap menikmati sandwich paginya.
Aluna pun memilih duduk dan mengambil selembar roti, mengoleskan selai kacang di atasnya, kemudian memasukkan ke dalam mulutnya perlahan, "Ma, ini hari pertama Aluna magang. Aluna diterima magang di perusahaan branding ternama di Jakarta."
Ibunya menghentikan kunyahannya, meletakkan sisa roti di tangannya ke atas piring kemudian menatap Aluna dengan tatapan dingin seperti biasanya, "Apa yang kamu harapkan dari mama? Mama tidak akan memberikan ucapan selamat padamu, kamu mengerti kan hal itu?!"
Aluna tersenyum kecut kemudian menganggukkan kepalanya, "Jika kakak yang_,"
"Berhenti membahas soal kakakmu. Mama nggak suka." ucapnya dengan cepat bahkan sebelum Aluna menyelesaikan ucapannya, ia pun berdiri dan meraih tasnya, tidak berniat melanjutkan sarapannya, "Mama akan keluar kota beberapa hari ini, jaga rumah." ucapnya lagi sebelum benar-benar meninggalkan meja makan.
Aluna hanya bisa menghela nafas menatap kepergian sang ibu. Ia begitu merindukan kasih sayang ibunya seperti dulu. Dulu begitu hangat, meskipun ia kehilangan ayahnya saat masih kecil tapi ibunya selalu memberi kasih sayang padanya lengkap membuatnya melupakan jika dirinya sudah tidak punya seorang ayah. Tapi kini rasanya semuanya begitu berbeda, bahkan ibunya tidak pernah mempedulikannya lagi. Hanya uang dari ibunya yang menemani setiap saat. Ibunya adalah seorang karyawan di sebuah perusahan tidak kalah terkenal dengan perusahaan tempat Aluna akan magang.
Aluna segera mengakhiri sarapannya saat ia menyadari jika kini sudah hampir jam setengah delapan. Ia tidak mungkin terlambat di hari pertamanya magang. Aluna pun bergegas mengambil kunci motornya dan juga helm untuk membungkus kepalanya.
Aku kasih visual mas CEO gantengnya ya. Moga-moga mewakili kita-kita yang lagi kesemsem sama dracin
Bersambung
Happy reading