NovelToon NovelToon
War Of The Gods

War Of The Gods

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Misteri / Fantasi Timur
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Seorang pria misterius menggunakan 2 sumber kehidupan untuk membentuk klon Dao yang sempurna. tapi tidak seperti klon pada umumnya, klon yang dia buat dari dua sumber kehidupan berubah menjadi bola cahaya bewarna biru yang isinya sebuah jiwa janin. apa yang akan dia lakukan dengan itu?

jika penasaran langsung saja baca novelnya!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidur Bersama Istri!!

Tempat Latihan Klan Mu

Sudah dua hari sejak Chen Yu menerima pedang Tianxu, warisan dari Dunia Para Dewa.

Hari itu, langit cerah. Tapi hawa aneh menggantung di udara. Seolah sesuatu akan terjadi.

Chen Yu berdiri di tengah lapangan latihan, di depannya berdiri Tetua Bela Diri Klan Mu, Mu Bai, seorang kultivator tahap pertengahan Hunjing, yang ingin menguji kemampuan menantu klannya.

“Gunakan pedang barumu itu, Chen Yu,” kata Mu Bai sambil tersenyum.

“Mari kita lihat, apakah benar ia berasal dari dunia para dewa.”

Chen Yu mengangguk. Dia menggenggam gagang Tianxu.

Aneh…

Pedang itu masih tidak menunjukkan reaksi, tak ada aura. Hanya seperti pedang tumpul dan tua.

Mu Bai menyerang lebih dulu, mengayunkan telapak energi yang mengandung tekanan kuat. Chen Yu menghindar, lalu melompat mundur.

“Jika tak ada reaksi, aku akan menggunakan tinjuku saja,” gumam Chen Yu.

Tapi…

BOOM!

Saat Chen Yu hendak meletakkan Tianxu ke tanah. pedang itu bersinar!

Dari bilahnya, cahaya keperakan menyebar cepat, membuat seluruh area latihan bergetar. Rantai segel di permukaan bilah pecah satu per satu.

Sret!

Bilah pedang mengeluarkan aura tajam seolah-olah bisa membelah langit.

Suara terdengar dalam kesadaran Chen Yu.

“Kau ingin melindungi? Kau ingin bertarung? Maka panggil aku dengan kehendakmu, wahai pewaris.”

Chen Yu mengepalkan tangan.

“Tianxu bangkitlah.”

BOOM!!!

Aura luar biasa memancar dari tubuh Chen Yu.

Langit berubah sedikit gelap dan awan membentuk pusaran kecil.

Mu Bai terkejut, keringat dingin membasahi punggungnya.

“Ini aura senjata ilahi?” gumamnya.

Chen Yu mengangkat pedangnya.

Dalam sekejap mata, dia menghilang dari tempatnya dan muncul tepat di depan Mu Bai.

Dalam satu ayunan ringan tanpa aura membunuh. baju luar Mu Bai terbelah dan energi di tubuhnya bergetar tak terkendali.

Mu Bai terhuyung, lalu lututnya menekuk.

“Itu bukan kecepatan biasa. Tapi seperti waktu terbelah untukmu.”

Chen Yu hanya diam.

Di tangannya, Tianxu perlahan padam dan kembali tenang.

Setelah Pertarungan

Orang-orang yang menonton dari kejauhan tak bisa berkata apa-apa.

Mu Bai berdiri, lalu tertawa kecil sambil berkata:

“Pedang itu bukan sesuatu dari dunia ini.”

“Dan kau Chen Yu mulai sekarang, tidak hanya menantu klan Mu. Kau adalah pelindung klan ini.”

Chen Yu memandangi pedang di tangannya dan bergumam:

“Jadi ini kekuatan Tianxu. Jika ini baru efek awal seberapa jauh batasnya?”

Efek Pertama Tianxu:

Peningkatan kecepatan dan refleks tajam saat digunakan dalam pertempuran.

Dapat mengiris energi musuh bahkan tanpa harus menyerang langsung.

Jika pengguna sejati memanggil nama "Tianxu" dengan niat yang kuat, pedang akan aktif untuk waktu singkat dan kekuatannya melebihi artefak tingkat langit biasa.

Setelah selesai berlatih bersama Tetua Mu Bai, tubuh Chen Yu dipenuhi keringat. Ia memutuskan untuk mandi di kolam air hangat yang berada di belakang kamar MuWan.

tempat favorit para anggota inti klan Mu untuk menyegarkan diri. Udara di sekitar kolam terasa hangat dan nyaman, dilapisi kabut tipis yang membuat suasana terasa tenang dan damai.

"Ah... ini pasti menyegarkan," gumam Chen Yu sambil melepaskan pakaiannya dan melompat langsung ke dalam kolam.

"Wahhh... surga!" serunya sambil merebahkan tubuh ke permukaan air hangat.

Namun, baru beberapa detik menikmati suasana, terdengar suara teriakan panik.

"MESUMMMM!!"

Chen Yu langsung membuka matanya dan menoleh ke arah sumber suara. Di balik kabut, sosok MuWan yang rambutnya terurai, sedang menutupi dada dan wajahnya dengan tangan, tampak duduk setengah tenggelam di sisi kolam.

Chen Yu langsung terkejut dan berdiri di tempat, air kolam setinggi pinggangnya.

"Istriku?! Kau… kau juga di sini?" tanyanya gugup.

"Tentu saja! Ini kolam pribadiku!" sahut MuWan dengan wajah memerah, masih menutup mata dan wajahnya, tapi dari sela-sela jarinya dia melirik. dan semakin memerah.

Chen Yu menggaruk kepala yang basah.

"Aku tidak tahu. maaf aku terlalu semangat. Aku pikir tidak ada orang," katanya polos.

MuWan makin salah tingkah saat Chen Yu dengan polosnya naik ke batu besar yang sedikit menonjol di tengah kolam, lalu duduk di atasnya tanpa menyadari bahwa dirinya masih sepenuhnya tanpa busana!

"Chen Yu! Turun! Jangan tunjukkan itu seenaknya!"

Chen Yu menatap dirinya, lalu menatap MuWan.

"Eh? Bukankah kita suami istri? Puyou bilang seorang pria harus bangga menunjukkan tubuhnya kepada istrinya. Itu tanda cinta dan kepercayaan."

MuWan terdiam, wajahnya semakin merah hingga ke telinga. Meski dia menutup wajahnya dengan kedua tangan, matanya mengintip di sela-sela jari. dan terpaku pada Chen Yu.

"Aku hanya ingin dekat denganmu, itu saja," lanjut Chen Yu polos sambil berjalan perlahan di air ke arah MuWan.

"Berhenti di situ!" seru MuWan gugup, tetapi senyumnya tak bisa disembunyikan.

Kemudian, dengan nada sungguh-sungguh namun polos, Chen Yu bertanya, "MuWan, waktu itu orang-orang klan Wen bilang kalau pria memiliki belalai gajah. dan wanita punya kolam spiritual.

Aku tidak terlalu mengerti. tapi kupikir mungkinkah belalai gajahku bisa minum di kolam spiritualmu suatu hari nanti?"

MuWan menutup wajahnya rapat-rapat dengan kedua tangan. Wajahnya merah menyala.

"Chen Yu! Kau benar-benar tidak tahu malu!" teriaknya, namun suaranya gemetar karena malu dan entah kenapa, terselip rasa bahagia.

"Kau marah?" tanya Chen Yu sambil berhenti beberapa langkah dari MuWan.

MuWan menatapnya sejenak, lalu mendesah. "Tidak…hanya saja. kau selalu membuatku tak tahu harus tertawa atau marah…"

Chen Yu tertawa kecil. "Berarti aku suami yang berhasil."

Akhirnya, MuWan melemparkan handuk ke arah Chen Yu. "Pakai ini dulu! Dasar bodoh."

Chen Yu tertawa canggung sambil membungkus dirinya. Di antara kabut kolam dan tawa kecil yang terdengar, suasana menjadi hangat. Malam itu, bukan hanya air yang menghangatkan tubuh Chen Yu.

tetapi senyum malu-malu istrinya, MuWan, yang mulai membuka hatinya lebih dalam.

Langit malam di atas kediaman klan Mu dihiasi ribuan bintang yang berkelap-kelip tenang. Setelah mandi bersama secara tak sengaja.

Chen Yu dan MuWan berjalan kembali ke kamar, keduanya mengenakan jubah bersih. Udara malam membawa aroma bunga plum dari taman, menambah suasana hangat di antara mereka.

Di dalam kamar, cahaya lentera redup menyinari ruangan. MuWan duduk di sisi tempat tidur, mengeringkan rambutnya dengan handuk. Chen Yu berdiri mematung di dekat pintu, memegang handuk di tangan tapi belum juga duduk.

"Kenapa kau berdiri di sana?" tanya MuWan sambil melirik, alisnya terangkat.

Chen Yu menunduk sedikit malu, "Apa aku tidur di lantai saja malam ini? Aku takut kau masih marah soal kejadian di kolam."

MuWan menatapnya sejenak, lalu tersenyum lembut. "Kau ini benar-benar tidak peka, ya?"

Chen Yu semakin bingung. Dia menggaruk kepalanya, lalu duduk di tepi tempat tidur, perlahan. "Kalau begitu aku boleh tidur di sini?"

MuWan tidak menjawab, hanya menarik selimutnya dan berbaring membelakangi Chen Yu, pipinya bersemu merah.

Chen Yu menghela napas lega, lalu ikut berbaring dengan canggung. Beberapa saat berlalu dalam keheningan.

Tiba-tiba Chen Yu berkata, suaranya lirih, "MuWan kalau aku mimpi buruk malam ini. bolehkah aku menggenggam tanganmu?"

MuWan tetap membelakanginya, tapi bahunya bergetar sedikit dan dia tertawa pelan. "Kalau kau mimpi buruk, aku akan memukulmu sampai bangun," jawabnya bercanda.

Chen Yu mendekat perlahan. "Kalau aku mimpi indah. bolehkah aku tetap menggenggam tanganmu juga?"

MuWan tak tahan lagi. Dia membalik badan dan menatap Chen Yu yang wajahnya sungguh polos. "Kau ini benar-benar..." dia menghela napas, lalu perlahan menyelipkan tangannya ke tangan Chen Yu.

Keduanya saling bertatapan dalam diam. Keheningan malam terasa damai.

Tiba-tiba Chen Yu bertanya dengan polos, "MuWan. aku masih penasaran soal ‘belalai gajah’ dan ‘kolam spiritual’. Karena kita sudah menikah, apa aku benar-benar boleh. mencoba minum di kolammu?"

MuWan hampir tersedak udara. "Chen Yu!!"

Wajah MuWan merah seperti buah delima. Tapi bukan karena marah tetapi karena malu. Dia memukul dada Chen Yu pelan. "Kau ini benar-benar tak tahu malu..."

Chen Yu tertawa lebar sambil berkata, "Tapi aku hanya ingin tahu. karena aku ingin menjadi suami yang baik!"

MuWan memalingkan wajahnya, tapi tangan mereka masih saling menggenggam.

Lalu, dengan suara sangat pelan, MuWan berbisik, "Kalau kau sudah pulih sepenuhnya. mungkin aku akan mengajarimu tentang itu semua ."

Chen Yu terdiam sejenak. "Benarkah?" katanya dengan mata berbinar.

MuWan memejamkan matanya. "Tapi hanya jika kau berhenti bicara soal belalai gajah setiap lima menit."

Chen Yu tertawa kecil, lalu memeluk MuWan dengan pelan, tak ingin menyakiti luka di tubuhnya.

Malam itu, mereka tidur berdua. Bukan hanya sebagai suami istri, tapi dua jiwa yang perlahan mulai memahami satu sama lain. dalam keheningan, kebodohan polos, dan hangatnya perasaan yang tumbuh jujur dari hati.

Pagi selanjutnya.

Mentari pagi perlahan menyinari kamar MuWan yang hangat. Cahaya keemasan menembus celah jendela, menyapu wajah MuWan yang tengah tertidur.

Di sebelahnya, Chen Yu masih terlelap dengan napas tenang. Tangan MuWan secara alami memeluk tubuh suaminya, kepala bertumpu di dadanya yang hangat.

Setelah beberapa saat, MuWan membuka matanya perlahan. Senyum lembut merekah di wajahnya saat ia mendapati dirinya masih memeluk Chen Yu.

Dia menatap wajah tenang suaminya, lalu mencium keningnya dengan lembut.

“Suamiku yang sangat tampan,” bisik MuWan, matanya menatap penuh kasih, “tetapi memiliki sifat yang sangat polos.

Setiap bersamamu aku rasanya ingin sekali menggigitmu karena geram. Kau seperti bayi yang murni…”

Dia menyentuh pipi Chen Yu perlahan, lalu mengerutkan kening dengan kesal manja, “tapi kadang juga sangat mesum.”

MuWan mendesah kecil sambil tersenyum geli, lalu perlahan bangkit dari tempat tidur. Rambutnya yang panjang tergerai indah, dan gaun tidurnya bergerak pelan seiring langkahnya.

Dia melihat ke arah Chen Yu sekali lagi sebelum meninggalkan kamar dan berjalan menuju dapur.

Di Dapur Klan Mu

MuWan mulai menyiapkan sarapan. Ia memilih bahan-bahan terbaik dari gudang keluarga, bahkan menggunakan rempah spiritual untuk menambah kehangatan.

Tangannya cekatan, namun wajahnya sesekali memerah saat mengingat wajah polos Chen Yu dan ucapannya semalam.

“Belalai gajah… kolam spiritual… dasar mesum polos,” gumam MuWan, sembari menahan tawa kecilnya sendiri.

Setelah semua siap, dia menata makanan di atas nampan dan membawanya kembali ke kamar.

Di Kamar

Cahaya pagi semakin hangat menyinari ruangan. MuWan meletakkan nampan makanan di meja kecil di dekat tempat tidur, lalu mendekat ke sisi Chen Yu yang masih terlelap. Dia menunduk dan berbisik lembut:

“Suamiku, bangun... ayo kita sarapan.”

Chen Yu menggeliat pelan dan membuka matanya perlahan. Begitu melihat MuWan yang tersenyum lembut, dia langsung menariknya ke pelukannya dan berkata:

“Makasih sudah repot-repot, istriku.”

MuWan tersenyum puas sambil mengelus rambut Chen Yu. “Aku tidak repot kok. Aku hanya ingin melakukan sesuatu untukmu. Katanya, istri yang baik itu memasak sendiri untuk suaminya.”

Chen Yu menatapnya dengan lembut, lalu mengusap pipi MuWan dengan telapak tangannya.

“Kalau begitu. aku suami yang paling beruntung di dunia.”

MuWan tersipu, lalu mencubit pipinya dengan gemas. “Kau harus cepat pulih. Supaya bisa makan yang kubuat dan melanjutkan latihan.”

Chen Yu tertawa. “Latihan apa dulu ini? Kultivasi, atau yang satunya itu?”

“Chen Yu!!” seru MuWan malu-malu, wajahnya merah seketika.

Keduanya tertawa pelan, dan pagi itu pun dimulai dengan kebahagiaan sederhana. hangatnya masakan cinta, tawa kecil, dan hubungan yang perlahan tumbuh dari hati yang tulus.

1
wasiah miska nartim
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
April Lia
kereeen ceritanya makin mantap /Hey/
Wiji Lestari
lumayan..lanjoot
teguh andriyanto
singkat padat, OP, berkarakter, humor.. menyatu dengan baik di novel ini.. patut disimak sampe tamat.
إندر فرتما
MC GHOBLOK,🤣🤣🤣
dusah GHOBLOK lembek lagi,
mendingan gak usah di lanjutkan lagi ini alur ceritanya
Emma
Gak sabar lanjutin.
Type2Diabetes
Gak kecewa! 👍
douwataxx
Karakternya juara banget. 🏆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!