Ratih Tidak Percaya Kalau Pernikahannya Dan Akmal Akan Berakhir Hancur, Lima Tahun Bukanlah Waktu Yang Singkat, Namun Saat Ratih Telah Melahirkan Putri Pertama Mereka Yang Sudah Lama Mereka Dambakan, Namun kenyataan Pahit Menimpa Ratih, Akmal Berselingkuh Dengan Teman Dekat Ratih Seorang Janda Beranak Dua.
"Lihat Saja Mas, Akan Ku Balas Pengkhianatanmu." Ratih Gelapa Mata, Ia Bersekutu Dengan Seorang Dukun, Dan Merencanakan Pembalasan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANTET 3
Akmal Berjalan Kembali Ke Kampung Nya, Setelah Menceraikan Ratih Bukanya Ia Senang Malah Ia Kalap, Sedih Bercampur Marah Menertawakan Kebodohannya.
Di Jalan Terlihat Pintu Rumah Arimbi Terbuka Lebar, Arimbi Adalah Wanita Jalang, Sudah Pasti Ada Tamu Yang Datang Berkeliaran, Mencari Kehangatan Pada Janda Muda Itu.
"Kang..." Saat Melihat Akmal, Arimbi Melambai Menyapanya.
"Ada Apa?..." Akmal Nampak Malas, padahal Setelah Ratih Melahirkan, Akmal Sudah Berjanji Akan Menikahi Arimbi, Dan Janda Itu Terlihat Sangat Mencintai Akmal.
"Kang Darimana? Kenapa Lesu Begitu? Ayo Masuk, Saya Berikan Servis Yang Terbaik Buat Akang." Arimbi Menglayuti Pundak Akmal.
Otak Akmal Yang Pusing Kembali Fres, Ia Menerima Ajakan Janda Muda Yang Selalu Menjadi Candunya.
.
.
Sore Harinya Ratih Duduk Di Tepi Jendela Kamarnya, Pikirannya Kacau Menerawang Jauh Kearah Sana.
Ternyata Benar Setelah Di Ceraikan Oleh Akmal, Ratih Tidak Bisa Berbuat Apa-pun, Karean Awalnya Ia Perempuan Yang Sangat Ketergantungan. "Aku Harus Bekerja, Tapi Bagimana Caranya? Anak Ku Butuh Diriku." Ratih Mulai Dilema, Di Tambah Entah Menggapa Hatinya Ingin Terus Membalas Dendam Pada Akmal, Mantan Suaminya Itu.
Anak Nya Menangis, Ratih Langsung Menghampiri Anak Itu, Tiba-Tiba Hatinya Mulai Membenci Anak Itu. "Biarakan Saja Dia Menangis..." Ratih Membiarkan Bayi Itu Menangis Kejer,
"Mba Kenapa Sih Baby Blues, Anaknya Nangis Kok Malah Di Diemin," Protes Rena, Ia Langsung Menimang Keponakan Nya.
"Bawa Keluar Saja. Mba Cape Mau Istirahat," Keluh Ratih Mengusir Rena Untuk Segera Keluar Dari Kamarnya.
Ratih Menangis Lagi, Sekarang Dirinya Menjadi Ibu Tunggal, Tampa Warisan Dan Tampa Uang Dari Akmal. Di Dalam Rasa Keterpurukan Nya Ratih Masih Menjalin Peran Sebagai Ibu Tunggal Yang Di Paksa Kuat, Ibunya Ratih, Bu Mirah Hanya Berjualan Gorengan Dan Lontong Sayur Keliling, Rena Bekerja Sebagai Penjaga Toko Sembako Dan Mendapatkan Upah Harian.
"Kalau Aku Terus Numpang Disini, Tampa Bekerja, Yang Ada Hanya Merepotkan Ibu Dan Rena Saja." Ratih Memijat Kening Nya Yang Mulai Pusing.
Mau Tidak Mau Ia Harus Keluar Mencari Pekerjaan, Hari Ini Juga. Hari Ini Rena Libur Tidak Menjaga Toko, "Ren, Mba Titip Dede Yah..."
"Mba Mau Kemana?" Rena Mengerutkan Kening Nya. Melihat Kakaknya Nampak Siap.
"Cari Kerja Ren, Barangkali Ada Yang Butuhkan Mba Jadi ART..." Ucap Ratih Pura-Pura Kuat.
Rena Tidak Menahan, Akhirnya Ratih Pergi Sore Ini Juga, Langkah Terus Membawa Ratih Berjalan Di Penghujung Desa, Jalan Bebatuan Yang Memiliki Tiga Arah, Ke Desa Nya, Ke Desa Akmal, Dan Desa Tetangga.
Saat Ratih Memilih Jalan ke Desa Sebelah, Tiba-Tiba Tangan Tegap Menarik Lengan Ratih Dengan Paksa. "Apa-Apan ini Lepaskan..." Ratih Kaget, Seorang Laki-Laki Memakai Penutup Wajah, Menangkap Dirinya.
"Sudah Ku Bilang Kau Tidak Akan Bisa Hidup Tampa Aku." Akmal Membuka Penutup Wajah Nya.
"Mas Akmal." Ratih Kaget, Melihat Wajah Di Balik Topeng Itu. "Lepasin Mas, Mau Apa Kamu, Kita Sudah Bercerai." Ratih Berusaha Memberontak, Melepaskan Tangan Akmal Yang Memegangi Nya Sangat Erat.
"Tidak Akan, Ayo Ikut... " Akmal Menarik Tangan Ratih Dengan Paksa, Di Bawa Ke Perkebunan Cengkeh Yang Sudah Sangat Sepi.
"Lepasin Mas..." Ratih Masih Berusaha Kuat Melepaskan Tangannya.
"Diam... " Dengan Kejam, Akmal Langsung Menampar Pipi Ratih, Ratih Luruh Tersungkur Jatuh Ke Tanah.
Ratih Memegangi Pipinya Yang Panas, Ada Sedikit Darah Yang Keluar Dari Ujung Bibir Ratih. "Mas Apa Salah Ku, Kau Yang Sudah Mengkhianati Pernikahan Kita Bersama Arimbi Kan, Jadi Biarkan Aku Melanjutkan Hidup." Ratih Berusaha Beranjak, Sambil Berpegangan, pohon Cengkeh.
Namun Akmal Kembali Mencengkeram Erat Bahu Ratih, Hinga Ratih Kembali Jatuh, "Tidak Akan Ku Biarakan Kau Hidup Ratih, Lebih Baik Kau Mati!" Akmal Terlihat Sangat Membabi Buta Terus Menerus Menyiksa Ratih, Ratih Di Jambak, Di Injak, Dan Di Pukul Berkali-kali.
Ratih Mengepalkan Tangan Nya Erat, "Kau Yang Akan Mati Lebih Dulu Mas!... Kau Yang Akan Mati.." Mata Ratih Membulat Dengan Sempurna, Saat Akmal Terus Menganiaya Nya.
"Tidak Akan Bisa Ratih, Tidak Akan Bisa..." Satu Tinjauan Dengan Keras Menghantam Kening Ratih, Sampai Ratih Kehilangan Kesadaran.
Akmal Tertawa Sumbang, Senang Melihat Mantan isterinya Menderita, Akmal Fikir Ratih Sudah Tewas, Ia Langsung Melempar Ratih Ke Sebuah Hutan Belantar.
Akmal Pulang Dengan Senyuman Begitu Puas Di Bibirnya. Sementara Nasib Ratih Begitu Malang. Hinga Hari Semakin Larut Keluarga Ratih Mencari Ratih Bahkan Anaknya Terus Menangis.
"Ren... Memangnya Kakak kamu Ngak Bilang Tadi Sore Mau Kemana?" Bu Mirah Menggendong Cucunya Yang Terus Menangis.
"Mba Ratih Ngak Bilang Mau Kemana Bu, Dia Cuma Bilang Mau Kerja, Tapi Ngak Tau Kemana." Rena Sudah Mencari Ratih Ke Rumah Tetangga Namun Mereka Bilang Tidak Melihat Ratih.
.
.
Mata Ratih Terbuka, Masih Menyisakan Luka Di Wajah, Dan Seluruh Badannya. Ia Meringis Kesakitan, Tangannya Babak Belur, Dan Juga Kakinya Tergores Ranting Kering. Wajahnya Sudah Kotor Bahkan Pergelangan Tangan Ratih Luka Parah. "Keparat Kau Akmal, Laki-Laki Bejad. Biadab!" Ratih Bergumam, Air Matanya Jatuh Tak bertepi.
Bahkan Jika Mati Pun, Mungkin Arwahnya Akan Gentayangan Menuntut Dendam. Dalam Keputus Asaan, Hidup Segan Mati pun Tak Mau. Ratih Berusaha Bangkit, Tenaganya Juga Cukup Terkuras Habis.
Pandangan Nya Kembali Gelap. Ratih Kembali Jatuh Pingsan, Di Balik Semak Belukar Terlihat Berjalan Kakek Tua, Berbadan Kurus, Memaki Ikat Kepala, Berpakaian Serba Hitam. Ia Menolong Ratih Dan Membawanya Ke Gubug Tua, Di Tengah Hutan Belantara, Tempat Yang Tidak Bisa Dan tidak Pernah Di Jamah Oleh Manusia.
.
.
Pagi Mulai Menyingsing, Ratih Membuka Matanya, Seluruh Badanya Masih Sakit, Meskipun Kini Nampaknya Tenaganya Sudah Kembali. Ratih Kaget Saat Itu. Ia Melihat Ke Sekeliling "Aku Dimana?" Gumam Nya. Ia Di Dalam Rumah? Tapi Seolah Bukan rumah, Lebih Mirip Dengan Hunian Tempat Para Pemuja Iblis.
"Jangan Takut..." Suara Kakek Tua Itu Nampak Sangat Serak. Namun Masih Terdengar Dengan Jelas Oleh Ratih.
"Siapa Kau?" Ratih Kaget, Namun Posisinya Masih Tetap Berbaring.
"Aku Aki'Jambu Arsa..."
"Ki... Jambu Arsa!" Ratih Kaget, Ki Jambu Arsa, Adalah Dukun Yang Di Kenal Sangat Sakti, Dulu Ia Mendengar Nama Itu Dari Kakek Buyutnya Saat Ratih Masih Kecil.
Ki Jambu Arsa, Di Gambarkan Sebagai Sosok. Dukun Yang Sering Mengunakan Ilmu Hitam Untuk Berbagai Macam Kepentingan Itu.
"Tolong Jangan Apa-Apakan Saya..." Ratih Merintih Ketakutan, Ia Merasa Sial, Sudah Di Pukuli Oleh Akmal Habis-habisan, Sekarang Ia Malah Bertemu Dukun Yang Sangat Kejam Berilmu Hitam.
Dukun Itu Nampak Tersenyum, Bersamaan Dengan Wajahnya Yang Penuh Dengan Kerutan. "Kenapa Kau Bisa Ada Ditengah Hutan Belantara?" Ki Jambu Arsa, Bertanya Pada Ratih, Wajahnya Terlihat Tampa Ekspresi.