NovelToon NovelToon
Palasik Hantu Kepala Tanpa Tubuh

Palasik Hantu Kepala Tanpa Tubuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Kutukan / Hantu / Tumbal
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: iwax asin

Sebuah dusun tua di Sumatra Barat menyimpan kutukan lama: Palasik, makhluk mengerikan berupa kepala tanpa tubuh dengan usus menjuntai, yang hanya muncul di malam hari untuk menyerap darah bayi dan memakan janin dalam kandungan. Kutukan ini ternyata bukan hanya legenda, dan seseorang harus menyelami masa lalu berdarah keluarganya untuk menghentikan siklus teror yang telah berumur ratusan tahun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iwax asin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Bayangan dari Masa Lalu

Matahari mulai condong ke barat, dan langit di atas hutan Talago berangsur berubah warna menjadi jingga tembaga. Suasana terasa makin berat, seolah setiap langkah yang mereka ambil menyedot energi dari tubuh.

Reno berdiri di depan Batu Ampek yang kini memancarkan cahaya biru lembut. Cahaya itu bukan dari matahari, tapi dari dalam batu itu sendiri. Seolah ada sesuatu yang hidup di dalamnya.

Bahri duduk bersila, tangannya membentuk mudra lama. Ia mulai membaca mantra dalam bahasa Minang kuno, nadanya dalam dan bergetar. Simbol-simbol di permukaan batu merespons, menyala satu per satu.

Ucup melongok ke belakang Reno. "Bro—eh, maksudku... kawan, jadi kita beneran mau masuk ke dalam batu ini?"

Ajo menjawab cepat, "Kau bisa tinggal di luar kalau mau. Tapi jangan harap kami bawakan oleh-oleh."

"Lah, kalau kalian nggak balik? Siapa yang jagain kampung? Siapa yang ngelawak pas suasana tegang begini?" Ucup mulai gelisah.

Bahri membuka mata, wajahnya pucat. "Tak semua dari kita mungkin akan kembali dengan utuh. Tapi yang pasti, kita harus menutup portal ini dari dalam. Hanya itu caranya."

Reno menelan ludah. "Apa kita harus masuk... sekarang?"

"Tak ada waktu lagi. Sebelum malam jatuh dan kekuatan mereka sepenuhnya menguasai kampung."

Satu per satu mereka berdiri di depan batu. Saat Bahri menyentuh simbol terakhir, batu itu terbelah perlahan, bukan dengan bunyi keras, tapi seperti kain yang direnggangkan. Dari celahnya, muncul kabut pekat dan suara samar-samar. Suara anak kecil menangis. Suara perempuan memanggil-manggil nama.

"Itu cuma suara pancingan. Jangan ditanggapi," ujar Bahri.

Ajo menggenggam tali pinggangnya erat. "Ayo kita masuk sebelum suara-suara itu bikin kita gila."

Ucup masih berdiri di tempat. "Kalau di dalam nanti ada makanan, jangan-jangan itu tipuan juga ya?"

"Kalau makanan itu jalan sendiri, jangan dimakan," jawab Reno sambil mendorongnya pelan.

Begitu mereka menyeberang ke dalam batu, suasana langsung berubah drastis. Mereka seperti masuk ke dunia lain. Langit di atas berwarna ungu gelap, dan tanah yang mereka pijak berwarna keabu-abuan seperti abu vulkanik.

Di kejauhan, terlihat bangunan-bangunan aneh yang bentuknya menyerupai rumah gadang, tapi bengkok, miring, dan seolah meleleh.

"Ini... ini dunia mereka?" Ucup berbisik.

"Bukan dunia. Tapi ruang antara. Tempat roh-roh buangan, jiwa-jiwa tersesat, dan kekuatan gaib tertinggal sejak zaman dahulu," jawab Bahri.

Tiba-tiba tanah di depan mereka berguncang. Dari balik tanah, muncul sosok hitam besar dengan kepala yang bersinar merah. Ia tak punya kaki, hanya asap tebal sebagai bawah tubuhnya.

"Itu... Penjaga Lapis Pertama," ujar Bahri.

Sosok itu bergerak mendekat, dan setiap langkahnya membuat tanah retak. Suaranya berat dan bergema.

"Kenapa kalian masuk ke tanah kami? Tak ada tempat bagi manusia di sini."

Bahri maju satu langkah. "Kami bukan datang untuk mengusik. Kami datang untuk mengembalikan keseimbangan. Portal harus ditutup."

Sosok itu diam sejenak, lalu menunjuk jalan di belakangnya. "Lalui lorong Ula Mananti. Kalau kalian bisa melewatinya, mungkin kalian bisa bertemu sang Penjaga Gerbang. Tapi ingat... di dalam sana, yang kalian hadapi bukan hanya makhluk gaib. Tapi juga bayangan diri kalian sendiri."

Mereka memasuki lorong itu. Gelap. Lembap. Bau amis dan tanah bercampur jadi satu. Suara langkah kaki mereka menggema tanpa arah. Tiba-tiba...

Ucup melihat sosok anak kecil berdiri di ujung lorong.

"Kak Ucup... Kak Ucup... bantu aku..."

Itu suara adiknya yang sudah meninggal bertahun-tahun lalu.

"Kalian denger itu?" Ucup mulai mundur.

"Jangan lihat! Itu bukan adikmu. Itu bayangan!" teriak Bahri.

Tapi Ucup sudah terlalu dekat. Sosok anak itu berubah cepat menjadi makhluk mengerikan, dengan mata putih kosong dan mulut menganga penuh gigi.

Ajo menarik Ucup tepat waktu. Makhluk itu menghilang menjadi kabut.

"Kita harus tetap sadar siapa kita. Kalau tidak, tempat ini akan menelan kesadaran kita selamanya," ujar Reno tegas.

Mereka lanjut berjalan. Kini lorong bercabang tiga.

"Kita harus pisah. Portal utama pasti di pusat. Tapi tiga cabang ini bisa jadi ujiannya. Kita ambil satu jalur per dua orang," kata Bahri.

Ajo menggenggam bahu Ucup. "Jangan lihat-lihat lagi yang aneh, Cup. Kalau kau ketemu mantanmu lagi, tutup mata aja."

Ucup cemberut. "Bisa-bisa kalau ketemu mantan di sini malah mau balikan..."

Mereka tertawa kecil, lalu melangkah masing-masing menuju cabang lorong.

Dan di balik dinding lorong yang dingin dan pekat...

...suara Palasik tertua telah menunggu.

Lorong yang mereka lalui seolah tak berujung. Bahri dan Reno masuk ke jalur tengah, Ajo dan Ucup ke jalur kanan, sedangkan jalur kiri masih gelap pekat dan sunyi, seakan menunggu untuk dilalui oleh seseorang yang paling siap menghadapi kegelapan batinnya.

Bahri berjalan pelan di sisi Reno. Cahaya dari batu kecil yang dipegangnya berkedip-kedip, seakan tak sanggup menembus pekatnya lorong.

"Kau merasakan itu?" tanya Bahri perlahan.

Reno mengangguk. "Seolah ada ribuan mata memperhatikan kita. Tapi tak terlihat."

Suara bisik-bisik mulai terdengar. Awalnya lirih, lalu makin jelas. Nama mereka disebut berulang-ulang.

"Reno... Bahri... kalian bukan bagian dari dunia ini... kalian membuka gerbang... kalian akan menggantikan kami..."

Bahri merapal doa pelan. Reno menggenggam senjata tradisionalnya, sebilah keris warisan kakeknya.

Mereka tiba di ujung lorong. Di sana, sebuah ruangan terbuka terbentang. Dindingnya seperti ukiran dari tulang, dan di tengah ruangan berdiri sebuah patung tinggi dengan kepala manusia dan tubuh ular.

Reno berbisik, "Ini pasti simbol Ula Mananti."

Patung itu bergetar, lalu dari mulutnya keluar suara perempuan.

"Siapa kalian... yang berani masuk ke ranah di mana jiwa tak diterima dan tubuh tak diakui?"

Bahri menjawab dengan lantang, "Kami manusia. Kami datang untuk menutup pintu yang seharusnya tak terbuka."

Tiba-tiba dari bayang-bayang ruangan, muncul sosok lain. Seorang perempuan muda berpakaian putih, wajahnya cantik namun pucat. Reno tercekat. Wajah itu... wajah ibunya yang sudah meninggal.

"Ibu...?"

Perempuan itu tersenyum sedih. "Anakku... kenapa tak datang saat aku manggilmu dulu? Aku menunggumu, setiap malam..."

Reno terdiam. Bahri menghunus batu suci dan mengarahkannya.

"Jangan dengarkan dia! Itu bukan ibumu! Itu jelmaan!"

Terlambat. Reno sudah maju dua langkah. Perempuan itu berubah wujud, tubuhnya memanjang, wajahnya memucat menjadi tulang, dan matanya hitam kelam. Ia menyeringai dan melompat ke arah Reno.

Tapi Bahri segera melemparkan garam suci dan membakar daun sirih. Makhluk itu menjerit dan menghilang dalam semburat asap.

Reno terduduk. Nafasnya tersengal.

"Kau hampir kehilangan jiwamu. Kita harus segera keluar dari tempat ini."

Di lorong kanan, Ajo dan Ucup juga menghadapi ujian.

"Sumpah ya, ini tempat lebih gelap dari kamar kos waktu mati lampu," keluh Ucup sambil menyorotkan senter kecil.

Ajo tertawa pelan. "Beda, Cup. Di kos masih ada semut. Di sini... kita yang mungkin dimakan."

Suara kaki berlari mendekat. Mereka menoleh. Sosok anak kecil berlari sambil menangis.

"Kakak... tolong... mereka kejar aku..."

Ucup spontan maju. Tapi Ajo menahannya.

"Ingat pesan Bahri. Jangan sentuh apa pun yang muncul tiba-tiba."

Anak itu menjerit, tubuhnya mencair seperti lumpur dan berubah menjadi makhluk hitam kecil dengan mata bersinar. Makhluk itu terbang mengitari mereka dengan kecepatan tinggi.

Ajo mengayunkan parang, tapi tak kena. Ucup membuka tasnya dan mengambil segenggam kacang tanah.

"Kalau makhluk ini beneran setan, pasti takut sama makanan sehat!"

"Itu logika dari mana?!"

Ucup melempar kacang. Anehnya, makhluk itu berhenti terbang, dan mulai mencium-cium kacang itu. Ia lalu duduk dan memakannya pelan-pelan.

Ajo menganga. "Seriusan?"

Ucup nyengir. "Tuh kan... siapa sangka?"

Setelah makhluk itu tenang, lorong mulai terbuka ke arah baru. Mereka masuk ke dalam ruangan yang dikelilingi cermin.

Di cermin itu, Ajo melihat dirinya... tapi versi tua. Wajahnya penuh luka, matanya kosong.

Ucup melihat dirinya duduk sendiri di pemakaman, menangis.

"Apa ini...?"

"Ini masa depan yang penuh penyesalan, kalau kita biarkan Palasik menguasai dunia."

Suara dari balik cermin terdengar. "Kalian tak akan pernah keluar. Tinggal di sini, bersama bayangan kalian."

Tiba-tiba dari arah atas, cahaya menyinari ruangan. Suara Bahri terdengar samar. Ia berhasil membuka jalur penyatu di tengah lorong.

"Ajo! Ucup! Ikuti suara ini! Jangan lihat ke belakang!"

Mereka berlari. Cermin mulai pecah satu per satu. Suara jeritan mengiringi langkah mereka. Tapi mereka tak menoleh.

Akhirnya, mereka keluar ke tengah ruangan di mana Bahri dan Reno telah menunggu.

"Kita harus cepat. Portal utama pasti ada di pusat ruang ini. Tapi penjaganya... masih menunggu kita semua berkumpul."

Dan entah dari mana... kabut putih menipis. Suara langkah kaki terdengar. Sosok itu muncul dari balik batu besar. Sosok berjubah merah, wajahnya tak terlihat, tapi dari rongga jubahnya keluar sorot cahaya kuning.

"Kalian... para penjaga baru. Siapkan diri kalian. Karena selanjutnya, bukan hanya roh yang akan kalian lawan... tapi waktu."

1
Hesti Bahariawati
tegang
Yuli a
mereka ini bercandaan mulu ih...

biar nggak tegang kali ya... kan bahaya...😂😂
Yuli a
ada ya.... club anti miskin.... jadi pingin ikutan deh...🤭🤭
Yuli a
mampir kesini rekom KK @Siti H katanya penulisannya tertata rapi dan baik...
semangat Thor... semoga sukse...
Siti H
Semoga Sukses Thor. penulisanmu cukup baik dan tatabahasa yang indah.
Yuli a: atau karma ajian jaran goyang sih...🤔
Siti H: tapi sekilas doang... cuma jadi Pemeran viguran, klau gak salah di gasiang tengkorak🤣
total 5 replies
Siti Yatmi
ajo JD bikin suasana ga seremmm
Siti Yatmi
wk2 ajo ada2 aja...org lg tegang juga
Siti Yatmi
ih....takut....
Yuli a: ih... takut apa...?
total 1 replies
Siti Yatmi
baru mulai baca eh, udah serem aja..wk2
Yuli a: 👻👻👻👻👻👻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!