Our Love Journey
Verlie, gadis berusia 20 tahun yang sedang menjalani masa kuliah di tahun kedua. Rambutnya lurus kecoklatan. Hari itu ia memakai celana jins yang dipadukan dengan kaus lengan pendek juga tas selempang disampingnya. Ia memakai topinya dan berjalan di pinggiran pantai sore itu.
Sepulang dari kuliah ia tak langsung pulang, melainkan ke pantai. Langit senja sangat disukainya. Ia memotret pemandangan sore dengan ponselnya.
"Heiiiii! Naik! Ini sudah sore!" teriak seorang pemuda yang memakai kaus putih berlapis kemeja dan bercelana jins pendek.
Verlie melihat ke pantai, ada dua pria sedang berenang sambil memberi kode meminta waktu sedikit lagi.
"Haishhh... Kalau sudah kena air lupa daratan!" ucapnya sambil bertolak pinggang. Verlie mengerling ke arah pemuda itu dan seketika terpesona dengan wajah pria itu. Untunglah pria itu tidak menoleh ke arahnya, malah sekarang membelakanginya.
Iseng, Verlie melihat bayangan pemuda itu tak jauh dari tempatnya. Ia memotret bayangan pemuda itu beberapa kali. Ia melirik sebentar, merasa pemuda itu tak memperhatikannya. Verlie beralih tak jauh dari pemuda itu, membuat bayangan seolah Verlie menciumnya lalu dengan cepat Verlie memotret bayangan mereka. Verlie tersenyum melihat hasil foto bayangan mereka.
Sekali lagi, Verlie membuat tangannya membentuk C dan mendekatkan bayangan tangannya ke arah bayangan pipi pemuda itu dan ia bersiap memotret. Ia terkejut karena di detik terakhir pemuda itu juga membuat tangannya membentuk huruf C dan menyatukan bayangan mereka sehingga membentuk love sempurna pada bayangan.
"Kamu diam-diam memotretku?" tanyanya sambil mendekat.
"Eeeh maaf, tapi maksudku tidak begitu," jawab Verlie merasa malu sekaligus gugup.
"Lalu? Apa maksudmu?" tanyanya berjalan mendekat dan berhenti. Wajahnya hanya sejengkal dari wajah Verlie hingga membuat kedua pipinya memerah.
"Aku hanya iseng memotret siluet," jawab Verlie.
"Begitu yaaa... Coba kulihat!" pria itu menengadahkan tangannya meminta hasil fotonya.
"Tidak boleh!" Verlie menyembunyikan ponsel di belakang tubuhnya.
"Kenapa? Aku hanya memastikan bahwa fotonya bagus," ucapnya.
"I... Ini sudah bagus kok,"
"Aku sebagai model curian harus boleh melihat fotonya," ucap pria itu.
"Tapi kan..."
"Atau kamu memotretku? Iya?" tanyanya.
"GR! Tentu saja tidak! Nih kalau tidak percaya!" Verlie memberikan bukti foto terakhir mereka. Dengan cepat pemuda itu menyambar ponsel Verlie dan segera menggulirnya.
"Heiiii! Kenapa kamu memeriksa semuanya?" tanya Verlie sedikit marah.
"Wajar kan? Ini siluetku semua!" ucapnya dan berhenti pada foto bayangan mereka yang seolah Verlie menciumnya.
"Waaaah... Kamu berbahaya sekali!"
"Berikan ponselku!" Verlie mencoba meraih ponselnya tapi pemuda itu lebih tinggi mengangkat ponselnya hingga Verlie tak bisa menjangkaunya.
"Aku akan menyita ponselmu!"
"Tidak bisa begitu!"
"Kenapa tidak? Kamu mencuri fotoku,"
"Itu hanya foto bayangan!" protes Verlie.
"Tetap saja itu aku!"
"kembalikan!"
"Tidak akan! Sampai nanti aku selesai mengecek ponselmu!"
"Maksudmu...?"
"Kalau kamu mau ponsel ini kembali, nanti malam temui aku di sana!" tunjuknya pada salah satu resto yang ada di pantai itu.
"Apa? Malam? Tidak... Tidak... Tidak... cek sekarang dan kembalikan padaku!" perintah Verlie.
"Tidak sampai aku menemukan keanehan lainnya!"
"Tidak ada lagi! Sini berikan! Aku mau pulang!" pinta Verlie.
"Aku tidak akan memberikannya sebelum kamu menemuiku di sana. Jam tujuh malam. Ingat!" pria itu berbalik dan berjalan menjauh. Verlia akan merebut ponselnya tapi pemuda itu segera berlari. Verlie ingin teriak maling, tapi tak ada lagi orang di sana kecuali dua teman pria itu yang berenang menuju daratan.
"Maaf, apa kalian teman pemuda tadi?" Verlie menghentikan kedua teman yang diteriaki oleh pemuda yang mengambil ponselnya.
"Siapa?" tanya salah satu diantara mereka.
"Pemuda tadi,"
"Siapa namanya?" tanya mereka. Verlie menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kedua pemuda di depannya melirik sambil tersenyum.
"Aku tidak tahu, tapi dia mengambil ponselku," adu Verlie.
"Maaf, mungkin kamu salah orang. Mana mungkin teman kami mengambil apalagi mencuri punya kamu,"
"Tapi..."
"Memangnya kenapa dia harus mengambil ponselmu, dia ada beberapa ponsel keluaran terbaru. Buat apa ponsel bekasmu diambilnya. Aneh..." ucap salah satu diantara mereka yang tubuhnya sedikit lebih rendah.
"Cih sombong sekali...!"
"Memangnya ada apa di ponselmu sampai dia mengambilnya?" tanya salah satu diantara mereka yang lebih tinggi.
"Itu isinyaaa..." Verlie menggaruk kepalanya lagi. Bagaimana ia harus menjelaskan pada kedua pemuda di hadapannya ini. Ia merasa malu.
"Hoiiiiii... Sini! Ngapain di sana!" teriak pemuda tadi dari kejauhan.
"Sebentar Ja!" teriak yang lebih pendek.
"Nah dia! Dia teman kalian kan?" tanya Verlia. Keduanya mengangguk. "Bisa tolong mintakan ponselku padanya?" sambung Verlie.
"Siapa namamu? Siapa tahu nanti bisa kubantu," kata yang tinggi.
"Namaku Verlie, kamu?"
"Aku Kefin," si tinggi mengulurkan tangan, disambut oleh Verlie.
"Aku Jimy," yang lebih pendek menyalaminya juga.
"Aku mohon bantu aku mengambil ponsel ya," pinta Verlie.
"Bantu kamu?" tanya Kefin, Verlie mengangguk semangat.
"Ambil ponsel?" tanya Jimy, Verlie mengangguk sambil tersenyum.
"Di tangan teman kami?" tanya Kefin.
"Iyah!" jawab Verlie.
"Malessss! Ambil aja sendiri hahaha!" kedua pemuda itu berkata sambil berlari menjauhi Verlie.
"Kurang ajar! Heiiii! Kembali!" teriak Verlie. Tapi mereka bertiga tertawa-tawa sambil pergi hingga tak lagi terlihat oleh Verlie. Ia merasa lelah bila harus mengejar. Mereka pasti lebih kencang berlari dari dirinya.
Kesal tak dapat mengejar, akhirnya Verlie duduk di salah satu bangku di sekitar resto yang ditunjuk pemuda tadi. Ia akan memesan minuman. Sampai waktu janjian mereka tiba, jam tujuh malam nanti. Masih ada satu jam untuk menunggu untung saja di sana ada suara musik dan menyediakan sudut baca. Verlie mengatasi rasa bosannya dengan menikmati membaca majalah. Dan berharap pemuda tadi tidak membohonginya dan mengembalikan ponselnya. Banyak nomor penting di sana.
Hampir satu jam Verlie sudah bosan dengab majalah dan musik yang terus mengalir tanpa henti. Berkali-kali ia melirik jam di pergelangan tangannya. Sepuluh menit lagi pukul tujuh, tapi keberadaan pemuda tadi belum terlihat. Verlie duduk dengan gelisah dan berkali-kali melirik keluar. Siapa tahu mereka sudah datang. Tapi nihil.
Tepat pukul tujuh seseorang masuk dan duduk di hadapannya sambil memainkan ponselnya sambil tersenyum jahil.
"Kembalikan!" pinta Verlie.
"Sabarlah, kamu temani aku makan dulu,"
"Tidak bisa! Aku harus pulang!" kata Verlie.
"Sebentar saja!" ia pun memanggil pelayan dan memesan makanan. Ia juga menawarkan Verlie untuk makan malam bersamanya yang tentu saja ditolak gadis itu.
"Kenapa memesan makanan untukku?" tanya Verlie.
"Anggap saja kita sedang kencan," jawabnya cuek.
"What? Nggak!" jawab Verlie sambil mendekap tubuhnya.
"Loh? Kenapa tidak? Tapi kamu mengatakan bahwa kamu sedang berlibur dan berterimakasih karena sudah menemanimu hari ini," ucap pemuda itu sambil tertawa.
"Kamu memeriksa story-ku?" tanya Verlie. Ia hanya mengangkat bahu. Lancang sekali. Huh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments