NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20: Bocoran Sang Dewa & Perisai Tua

Minggu Dini Hari, Pukul 04.00 WIB - The White Manor

Jakarta masih terlelap dalam selimut malam. Namun di ruang kerja Atlas, aktivitas digital sedang mencapai puncaknya.

Layar monitor raksasa menampilkan ribuan dokumen yang disedot oleh God's Eye dari server pribadi Teguh Adiguna (Paman Atlas).

"Dapat," gumam Atlas dingin.

Di layar, terpampang sebuah dokumen PDF terenkripsi berjudul 'Project Alpha - Bribery Ledger'. Itu adalah buku kas rahasia yang mencatat aliran dana suap dari Adiguna Group kepada tiga orang hakim agung dan dua anggota DPR untuk memuluskan izin tambang ilegal di Kalimantan.

Nilai suapnya mencapai 500 Miliar Rupiah.

"Sebastian," panggil Atlas.

"Ya, Tuan."

"Kirimkan dokumen ini ke semua redaksi berita nasional, KPK, Kejaksaan Agung, dan... posting di Twitter (X) lewat akun anonim lalu boost dengan bot sampai jadi Trending Topic nomor 1 dunia."

"Judul emailnya, Tuan?"

Atlas menyeringai. "Skandal Adiguna: Runtuhnya Dinasti Koruptor."

"Laksanakan."

Atlas menekan tombol Enter.

Dalam hitungan detik, bom nuklir digital itu meledak. Saat keluarga Adiguna bangun tidur nanti, mereka tidak akan sempat sarapan. Mereka akan sibuk menghindari wartawan dan panggilan penyidik.

Ini adalah serangan pre-emptive. Sebelum Teguh sempat memfitnah Atlas dengan isu pencucian uang, Atlas sudah menghancurkan kredibilitas Teguh lebih dulu. Siapa yang akan percaya tuduhan dari seorang tersangka korupsi?

Pukul 10.00 WIB - Padang Golf Pondok Indah

Matahari pagi bersinar cerah. Di hamparan rumput hijau yang luas, dua buah mobil buggy golf berhenti.

Atlas turun dari mobilnya, mengenakan kaos polo putih dan celana chino. Dia tidak datang untuk bermain golf. Dia datang untuk berbisnis.

Di hadapannya, Baskara Salim (Pria tua yang dia temui di Bali) sedang melakukan putting terakhir.

TAK.

Bola masuk mulus ke lubang.

"Pukulan yang bagus, Pak Baskara," puji Atlas datar.

Baskara menoleh, melepas topi fedoranya. Dia tersenyum penuh arti melihat Atlas.

"Pagi yang cerah, Nak Atlas," sapa Baskara. "Atau harus kupanggil... Tuan 'Silent King'? Berita pagi ini sangat... meledak-ledak. Saham Adiguna Group anjlok 15% sejak pembukaan pasar tadi pagi. KPK sudah mengepung rumah pamanmu, Teguh."

Atlas tidak terkejut Baskara tahu. Orang setingkat Baskara pasti punya insting tajam.

"Itu karma," jawab Atlas santai. "Saya cuma membantu mempercepatnya."

Atlas berjalan mendekat. "Saya datang ke sini bukan untuk bahas saham. Saya datang untuk menawarkan kesepakatan."

Baskara menyerahkan stik golfnya ke caddy, lalu duduk di bangku taman. "Duduklah. Katakan, apa yang diinginkan pemuda yang punya uang tak terbatas dariku?"

"Saya punya uang. Saya punya pasukan," kata Atlas to the point. "Tapi saya tidak punya teman di Senayan (DPR) dan di Istana Negara. Paman saya, Bambang, masih punya pengaruh politik yang kuat meski adiknya (Teguh) sudah hancur."

Atlas menatap mata Baskara.

"Saya butuh Perisai Politik. Saya butuh Anda menjadi jaminan bahwa tidak akan ada rekayasa hukum konyol yang menimpa saya atau adik saya."

Baskara tertawa renyah. "Kau minta perlindungan politik dariku? Kau tahu itu mahal harganya, Nak. Reputasiku dipertaruhkan."

"Saya tahu bisnis properti Bapak, Salim Land, sedang macet di proyek Mega City di pinggiran Jakarta karena kekurangan dana likuid, bukan?" tembak Atlas.

Tawa Baskara berhenti. Matanya menyipit. Itu informasi rahasia perusahaan.

"Proyek itu butuh suntikan dana 5 Triliun Rupiah untuk jalan lagi," lanjut Atlas.

Atlas mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi banking.

"Saya akan suntikkan dana 10 Triliun Rupiah hari ini juga. Tunai. Tanpa bunga. Sebagai ganti saham 40% di proyek itu, dan jaminan perlindungan politik penuh dari Bapak untuk keluarga Wijaya."

Baskara terdiam lama. Sepuluh Triliun. Tunai.

Bahkan bank saja butuh waktu berbulan-bulan untuk mencairkan dana segitu. Pemuda ini menawarkannya seperti membeli kacang goreng.

Baskara mengulurkan tangannya. Tatapannya berubah dari senior menjadi mitra setara.

"Kau benar-benar anak Alexander. Gila dan nekat," kata Baskara. "Deal. Mulai hari ini, siapa pun yang menyentuh Atlas Wijaya, berarti berurusan dengan Baskara Salim."

Mereka berjabat tangan. Aliansi Naga Tua dan Naga Muda terbentuk.

Adiguna Residence - Menteng (Siang Hari)

Kekacauan total.

Mobil-mobil polisi dan KPK memenuhi halaman rumah mewah Paman Teguh. Wartawan berdesak-desakan di pagar, meneriakkan pertanyaan.

"Pak Teguh! Apa benar Bapak menyuap Hakim Agung?!"

"Pak! Ada aliran dana 500 Miliar! Komentarnya Pak?!"

Di dalam rumah, Bambang Adiguna (Paman Tertua) membanting gelas whiskey-nya ke televisi yang menayangkan berita penangkapan adiknya sendiri.

"Siapa?!" teriak Bambang frustrasi. "Siapa yang membocorkan data ini?! Server kita harusnya aman!"

Ponsel Bambang berdering. Panggilan dari "Istana".

"Halo, Pak Menteri?" jawab Bambang gemetar.

"Bambang," suara di seberang sana dingin. "Baskara Salim baru saja menelepon saya. Dia bilang Atlas Wijaya adalah mitra strategis barunya. Dia meminta saya menyampaikan pesan: 'Jangan ganggu anak itu, atau proyek pemerintah yang dipegang Adiguna Group akan kami audit semua'."

Bambang lemas. Ponselnya jatuh ke lantai.

Dia baru sadar. Keponakan yang dia anggap remeh itu... baru saja melakukan Skak Mat dalam satu langkah.

Atlas menghancurkan adiknya (Teguh) dengan skandal, dan mengunci gerakannya (Bambang) dengan aliansi politik Baskara.

"Kita kalah..." bisik Bambang. "Kita kalah sebelum berperang."

The White Manor - Ruang Santai

Orion sedang duduk di sofa, memangku sekotak popcorn sambil menonton TV.

"Kak! Liat deh!" seru Orion saat Atlas pulang. "Ada orang kaya ditangkep polisi karena korupsi! Kasihan ya keluarganya, pasti malu banget."

Atlas duduk di samping adiknya, mengambil segenggam popcorn.

"Iya, Dek. Makanya kita nggak boleh jahat. Orang jahat pasti ada balasannya," kata Atlas santai.

"Bener banget!" Orion mengangguk setuju.

Atlas tersenyum. Adiknya tidak perlu tahu bahwa "balasan" itu dikirimkan langsung oleh kakaknya lewat email jam 4 pagi tadi.

Ponsel Atlas bergetar. Notifikasi Sistem.

[SUB-QUEST SELESAI: The Political Shield.]

[Aliansi Terbentuk: Baskara Salim.]

[Ancaman Adiguna: Dinetralisir (Status: Lumpuh Sementara).]

[REWARD:]

Wealth Points: +5.000 WP.

Reputasi: 'The Untouchable' (Tak Tersentuh Hukum).

Total Saldo WP: 24.500 WP.

Atlas bersandar lega. Perang terbuka berhasil dihindari. Musuh sudah lumpuh. Harta aman. Orion aman.

Tapi Atlas tahu, kedamaian ini hanya jeda sebelum badai berikutnya. Dia masih butuh 975.000 WP lagi untuk menyembuhkan jantung Orion secara permanen.

Dia butuh tantangan yang lebih besar dari sekadar politik lokal.

"Rion," tanya Atlas tiba-tiba.

"Ya, Kak?"

"Liburan semester nanti... kamu mau keliling dunia?"

Mata Orion berbinar. "Mau! Mau ke Paris! Mau ke Jepang!"

"Oke. Kita pergi," kata Atlas. "Kita akan menaklukkan dunia."

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!