NovelToon NovelToon
Diceraikan Suami, Dipinang Sahabat Kakakku

Diceraikan Suami, Dipinang Sahabat Kakakku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengganti / Cerai / Wanita Karir / Angst / Romansa
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Dinda tidak menyangka kalau pernikahannya bakal kandas ditengah jalan. Sekian lama Adinda sudah putus kontak sejak dirinya mengalami insiden yang mengakibatkan harus menjalani perawatan yang cukup lama. Hingga pada akhirnya, saat suaminya pulang, rupanya diceraikan oleh suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 20 Canggung

Adinda berdiri terpaku beberapa detik, menatap tubuh Vikto yang meringkuk di sofa. Wajah pria itu tampak pucat, bahunya sesekali bergetar kedinginan meski sudah dibalut selimut tipis. Hujan di luar masih menderu, angin malam merayap masuk lewat celah kecil jendela, membuat udara menusuk tulang.

Adinda menggigit bibirnya, hatinya terasa ngilu melihatnya seperti itu.

“Kalau dibiarkan begini… bisa-bisa Kak Vikto sakit,” gumamnya lirih.

Dengan langkah pelan, hampir ada rasa ragu, ia mendekati sofa. Vikto memejamkan mata, namun napasnya terlihat tidak stabil, seakan tubuhnya berusaha melawan dingin yang tidak ramah.

“Kak…” panggil Adinda pelan.

Vikto membuka mata perlahan, menoleh. Begitu melihat Adinda berdiri di sampingnya dengan wajah cemas, ia buru-buru bangun setengah duduk.

“Kamu belum tidur?” tanyanya, berusaha tersenyum meski giginya hampir bergemeletuk.

Adinda menunduk, meremas ujung bajunya.

“Kak… dingin banget, ya?”

Vikto tertawa kecil, menepis. “Nggak apa-apa. Kakak bisa tahan. Kamu masuk aja, nanti masuk angin.”

Namun suara lelaki itu terdengar jelas gemetar. Jelas sekali ia berbohong demi membuat Adinda merasa tenang.

Adinda menghela napas panjang, lalu memberanikan diri bicara.

“Kak… tidur di sofa itu dingin. Selimutnya juga tipis… hujannya deras… anginnya masuk…” Ia berhenti, wajahnya makin merah. “Kak Vikto bisa sakit kalau begini.”

Vikto menatapnya, tiba-tiba merasa bersalah, bukan karena kedinginan, tapi karena membuat istri barunya khawatir.

Beberapa saat keduanya terjebak dalam kesunyian canggung. Hanya suara hujan yang memecah keheningan.

Kemudian Adinda, dengan keberanian yang ia kumpulkan setengah mati, berkata lirih:

“Kak… kalau Kak Vikto mau… kita tidur di kamar aja. Maksudnya… di dalam kamar… bukan di sini. Lebih hangat.” Ia buru-buru menambahkan dengan gugup, “Tapi… kita tidur terpisah kok! Dinda bisa tidur di lantai, atau di pojok, pokoknya… Kakak nggak usah di sofa… nanti sakit.”

Vikto sampai terdiam, tak menyangka Adinda mengatakan hal itu.

Ia tersenyum, lembut, penuh perasaan.

“Dinda… Kakak nggak mau kamu tidur di lantai,” jawabnya pelan. “Kalau kamu nggak nyaman tidur bareng, nggak apa-apa. Kakak bisa tidur di karpet saja. Yang penting kamu tetap hangat.”

Adinda mendongak, memandangnya.

“Tapi Kak… Kakak kedinginan.”

Keduanya kembali tenggelam dalam tatapan yang tak berani diartikan. Hujan di luar masih turun, seakan sengaja memberikan waktu bagi dua orang yang tiba-tiba menjadi suami istri ini untuk menemukan kehangatan mereka sendiri.

Akhirnya, Adinda mengangguk pelan.

“Ya sudah, Kak… kita tidur di kamar sama-sama…” ucapnya lirih, pipinya memerah.

Vikto menatapnya lama, seperti memastikan ia tidak salah dengar.

“Serius?” suaranya pelan, penuh hati-hati.

Adinda mengangguk lagi, kali ini lebih meyakinkan.

“Dinda… nggak mau Kak Vikto sakit.”

Untuk pertama kalinya sejak dinyatakan menikah, Vikto tersenyum dengan tulus, senyum yang dalam, hangat, dan membuat hatinya sendiri bergetar.

“Baik,” katanya dengan suara lembut yang hampir berbisik. “Ayo kita masuk.”

Dengan canggung, keduanya berjalan menuju kamar. Tidak ada sentuhan, tidak ada kata-kata manis. Hanya dua orang yang saling kikuk, namun diam-diam saling menjaga.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya, rumah kecil itu terasa sedikit lebih hangat. Meski di luar hujan masih belum mau berhenti sepenuhnya.

Adinda berdiri beberapa detik di ambang pintu, memandangi pria yang kini sah menjadi suaminya. Vikto tampak menggigil halus, meski sudah membungkus tubuhnya dengan selimut tipis yang ada di rumah sederhana itu. Hawa malam yang lembap, ditambah suara hujan yang menghantam genteng tanpa henti, membuat suhu ruangan terasa seperti menusuk kulit.

Adinda menggigit bibir, bimbang. Ia menatap gelas yang semula ingin diambilnya, tiba-tiba terasa tidak penting lagi. Tatapannya kembali jatuh pada Vikto, yang kini meringkuk dengan mata terpejam sambil sesekali menarik napas panjang, jelas sedang menahan dingin.

Tanpa sadar, langkah kecilnya mendekat.

“Kak Vikto…” panggilnya pelan.

Vikto membuka mata, menoleh cepat. “Dinda? Masih belum tidur?”

Adinda menggeleng. “Mau ambil minum… terus lihat Kakak kedinginan.”

Vikto tersenyum tipis, berusaha tetap terlihat tenang meski wajahnya pucat menahan hawa dingin. “Gak papa… Kakak sudah biasa tidur begini.”

Adinda tahu itu bohong. Bahkan cara Vikto menggosok lengannya sendiri pun jelas memperlihatkan sebaliknya.

Ada jeda hening. Hanya suara hujan deras dan angin yang menembus sela-sela dinding kayu.

“Kak…” Adinda menelan ludah. “Tidur di sofa itu dingin. Kalau Kakak sakit, gimana?”

“Aku gak apa-apa, Dinda.” Vikto kembali mengatur selimutnya. “Kamu istirahat aja."

Namun Adinda tetap diam di tempat. Hatinya tergerak oleh rasa iba… dan rasa nyaman yang akhir-akhir ini sering muncul setiap dekat dengan Vikto.

Keduanya berdiri canggung di pinggir ranjang.

“Kita… tidur di sisi masing-masing,” kata Adinda lirih.

“Ya… tentu,” balas Vikto cepat, bahkan terlalu cepat, membuat Adinda hampir tertawa kecil.

Keduanya berbaring membelakangi satu sama lain. Hujan masih terdengar deras, namun kini ada kehangatan baru yang mengisi ruang kecil itu, kehangatan dari dua hati yang sama-sama kikuk, sama-sama bingung, tapi diam-diam mulai saling mendekat.

Dan malam pertama itu… bukan tentang sentuhan atau keberanian.

Tapi tentang dua jiwa yang perlahan belajar merasa aman.

Di bawah suara hujan yang panjang, akhirnya Vikto berbisik,

“Selamat malam, istriku.”

Dinda memejamkan mata, senyumnya kecil namun tulus.

“Selamat malam, Kak Vikto.”

Malam itu, untuk pertama kalinya… keduanya tidur dengan tenang.

1
Qaisaa Nazarudin
Noh yang lain,Denger gak tuh pesen Oma ke Dinda..Buka telinga kalian lebar2...
Qaisaa Nazarudin
Alhamdulillah,ku pikir Oma manggil Dinda nyuruh dia ninggalin Vikto..
Apa keluarga nya Percaya dengan omongan Dinda nanti tentang wasiat Oma,Takutnya menuduh Dinda mengada2..Harusnya 2 orang yg masuk sebagai saksi..
Qaisaa Nazarudin
Selalu ALASAN ini yg digunakan untuk memaksa anak2 MENIKAH, Dengan cara begini anak2 gak bisa MENOLAK..🤦🤦
Qaisaa Nazarudin
Baru juga Vikto dan Dinda menemukan BAHAGIA, udah ada aja hambatan nya..kasian banget Dinda..
Qaisaa Nazarudin
Ialah dia PERGI dia udah diceraikan,ngapain lagi dirumah ini..Riko juga udah gila Talak kayaknya,Sebelum Cerai kenapa gak diselidiki dulu kebenaran nya,main Percaya gitu aja omongan mereka, Sekarang kamu yg kayak orang SEWEL,Kalo ketemu juga Dinda udah MILIK orang lain,Rasain kamu..😠😠😠
Uba Muhammad Al-varo
Riko oh Riko..... penyesalan terdalammu udah terlambat dan kau Vikto jagalah selalu Adinda.
Uba Muhammad Al-varo
semoga aja Adinda baik' saja dan kabar yang terjadi pada tuan Abdi tidak mempengaruhi pernikahannya Adinda dan Vikto
Uba Muhammad Al-varo
Vikto udah cinta dan sayang ke Adinda ternyata udah lama 😉😊
Uba Muhammad Al-varo
nggak salah kok kalian berdua tidur berpelukan,Vikto dan Adinda kan udah resmi menikah 🙂🙂🙂
Uba Muhammad Al-varo
semoga ini awal kebahagiaannya Adinda dan Vikto
Anjana: Semoga ya kak, kasihan menderita terus😭
total 1 replies
Uba Muhammad Al-varo
jadi kalau seumpamanya Riko menemukan Adinda, Riko tidak bisa membawa pulang Adinda karena Adinda sudah menikah dengan Vikto.
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya Vikto dan adinda menikah 🙏
Uba Muhammad Al-varo
karena sering bertemu antara Adinda dan Vikto akhirnya benih cinta tumbuh diantara kedua nya
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya Adinda sembuh kembali dan mendapatkan kerja, buktikan ke keluarga nya Riko,kamu bisa sukses dan berhasil menjalani hidup
Uba Muhammad Al-varo
semoga cintanya Vikto diterima oleh Adinda dan mereka segera menikah
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya Adinda bertemu dengan Vikto semoga ini juga awal kehidupan nya Adinda lebih baik lagi
Uba Muhammad Al-varo
Adinda....😭🤧😭🤧😭🤧 semoga kamu mendapatkan kebahagiaan ditempat baru
Uba Muhammad Al-varo
semangat sembuh Adinda,kamu pasti bisa melewati ujian sakit ini💪💪💪💪💪
Uba Muhammad Al-varo
benar Oma Hela kalau cinta sejati memang harus diuji dengan badai yang besar demi bisa bertahan
Uba Muhammad Al-varo
benar omongan mu mbak Tia,Vikto itu ada rasa sama Adinda
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!