Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 20: Memancing Konfrontasi dan Ujian Inti Emas
Udara pagi di Kota Abadi Fana terasa berat, seolah langit sendiri sedang menahan napas.
Sejak duel di utara, nama Yu Chen diam-diam mulai beredar di kalangan bawah — sang pelarian yang melukai agen Paviliun Langit Gelap dan lolos hidup-hidup.
Namun ia tahu: itu bukan kemenangan, hanya awal dari badai yang lebih besar.
Di dalam kamar penginapannya yang baru, Yu Chen duduk bersila. Batu Roh Tingkat Tinggi di depannya sudah habis, terserap seluruhnya untuk menstabilkan Puncak Roh.
Tapi tubuhnya masih bergetar halus. Ia tahu sinyal itu — dirinya siap menembus batas Ranah Roh dan melangkah ke ranah yang lebih tinggi.
Ranah Inti Emas.
Tahap yang memisahkan kultivator biasa dan kultivator sejati.
Namun untuk itu, ia membutuhkan dua hal: Pil Fondasi Inti Emas, dan tempat yang benar-benar stabil.
Ia membuka gulungan kecil yang diberikan Ning Rou sebelumnya.
Di dalamnya, ada tanda merah di peta — gua terpencil di tepi barat gurun Qifeng.
Tempat itu disebut Gua Hening Langit, lokasi yang dulu digunakan Sekte Awan Hening untuk meditasi tertutup.
“Tempat sempurna untuk menantang langit,” gumamnya.
Namun masalah pertama datang lebih cepat dari yang diduga.
Ketika ia mencoba membeli bahan dasar di pasar, semua pedagang spiritual menolak menjual padanya.
Beberapa bahkan berbisik saat ia lewat, menunduk dalam ketakutan.
“Itu dia... yang dilaporkan Paviliun...”
“Kau gila kalau menjual padanya.”
Yu Chen menyadari situasinya kini berubah drastis: bukan lagi pemburu, tapi umpan dalam permainan besar antara Paviliun dan sekte-sekte agung.
Ia menatap tangan kanannya, lalu tersenyum tipis.
“Kalau dunia ingin memburuku, biarlah aku menyalakan obor agar mereka datang dengan sendirinya.”
Malamnya, di ruang bawah tanah pasar gelap, Chen Luo menatapnya dengan wajah tegang.
“Kau ingin menjual artefak dengan jejak Kunci Abadi? Gila! Paviliun akan datang sendiri kalau mereka tahu!”
Yu Chen menatapnya datar. “Justru itu yang kuinginkan. Biarkan mereka datang.”
Chen Luo menggeleng keras. “Kau sudah terlalu jauh bermain api, Yu Chen.”
“Tapi setiap langkahku di api membuat pedangku lebih tajam.”
Ucapan itu membuat Chen Luo terdiam. Ia tahu, sejak peristiwa Sekte Awan Hening, Yu Chen bukan lagi murid polos seperti dulu.
Beberapa jam kemudian, artefak itu — potongan giok tua dengan simbol naga melingkar — muncul di daftar lelang bawah tanah.
Dan seperti yang diharapkan, Paviliun Langit Gelap langsung bereaksi.
Keesokan paginya, Yu Chen menemui Ning Rou secara rahasia di halaman belakang Aliansi Alkimia.
Wanita itu tampak lelah, tapi matanya masih tajam.
“Kau benar-benar ingin terobosan sekarang? Gila, kau bahkan belum memulihkan luka lamamu!”
Yu Chen menunduk hormat. “Aku butuh Pil Fondasi Inti Emas. Tanpanya, tubuhku tak akan mampu menahan energi itu.”
Ning Rou menarik napas dalam.
“Pil itu tidak bisa dibuat sembarangan. Tapi aku bisa mencoba... kalau kau bisa mendapat Kelopak Bunga Jiwa Abadi dari markas kecil Sekte Naga Hijau di distrik timur.”
Yu Chen mengangkat kepala. “Kau meminta bantuan atau mengujiku?”
“Dua-duanya,” jawab Ning Rou datar. “Kau ingin kekuatan? Maka dapatkan sendiri bahan untuknya.”
Yu Chen tersenyum samar. “Baik. Aku akan datang sebelum fajar.”
Malam turun cepat.
Yu Chen menyusup ke kompleks bawah tanah tempat Sekte Naga Hijau menyimpan bahan alkimia mereka.
Dengan teknik penyembunyian auranya dan formasi peredam suara, ia bergerak nyaris tanpa jejak.
Namun begitu ia hampir mencapai ruang penyimpanan, hawa dingin menusuk kulitnya.
Suara langkah lembut bergema.
“Aku sudah menunggumu, Yu Chen.”
Suara itu familiar — dingin, tenang, tapi penuh ancaman tersembunyi.
Dari kegelapan muncul sosok Mu Feng, kali ini tanpa senyum.
Di belakangnya, empat agen Paviliun Langit Gelap berdiri dengan mata merah menyala.
Yu Chen menghunus pedangnya perlahan. “Jadi ini balasanmu.”
Mu Feng melangkah maju. “Kau pikir kau bisa mempermainkan Paviliun selamanya? Kau mengundang kami datang — maka kami datang untuk menutup kisahmu.”
Udara di ruangan bergetar.
Para agen mengaktifkan formasi racun spiritual, mengurung mereka di dalam kabut ungu.
Yu Chen menutup matanya sebentar, lalu membuka dengan tatapan tajam.
“Kalau begitu, mari kita lihat siapa yang tertutup malam ini.”
Bilah pedangnya menyala, dan Nada Kedua – Pedang Jiwa Menggetarkan Langit kembali bergema.
Ledakan Qi spiritual menembus kabut, menghancurkan dinding batu.
Tapi Mu Feng kali ini tidak bertarung sendiri — ia memanggil artefak lamanya, kini diperkuat dengan energi hitam Paviliun.
Pertarungan berlangsung brutal.
Setiap tebasan Yu Chen menciptakan gelombang udara tajam, tapi racun spiritual terus menembus pertahanannya.
Saat satu bilah hampir menembus dadanya, Giok Jiwa dari Ning Rou bersinar, menetralkan racun itu — namun retak di sisi kanan.
Yu Chen tahu: ini kesempatan terakhirnya untuk mundur.
Dengan ledakan terakhir dari Qi-nya, ia menebas formasi racun, menutupi mundurnya dengan badai debu spiritual.
Ketika kabut reda, Mu Feng hanya menemukan jejak darah di lantai.
“Dia lolos lagi,” gumamnya pelan.
Namun di matanya, ada sedikit rasa kagum bercampur amarah. “Tapi kali ini... kau tak akan bersembunyi lagi.”
Tiga hari kemudian, di kaki gunung barat gurun Qifeng.
Yu Chen duduk bersila di dalam gua yang sunyi, hanya ditemani suara angin dan tetesan air.
Di depannya, Pil Fondasi Inti Emas dari Ning Rou berkilau lembut — hasil kerja keras, darah, dan hampir nyawa.
Ia menatapnya lama, lalu menelannya perlahan.
Dalam sekejap, Qi spiritual di seluruh tubuhnya meledak.
Arus energi mengalir deras ke Dantian, membentuk pusaran besar yang semakin padat.
Seluruh meridian bergetar keras, nyeri luar biasa menjalar dari dalam tulang.
“Inti Emas... adalah penjara yang memadatkan langit di dalam tubuh.”
Ia menutup mata, menenangkan pikirannya.
Namun saat energi mulai terkumpul di Dantian, bayangan hitam muncul lagi — dirinya sendiri, dengan mata penuh kesombongan.
“Lihat kau sekarang. Menderita demi sedikit kekuatan. Padahal, kalau kau menyerah pada warisan naga, kau bisa menelan dunia.”
Yu Chen berteriak pelan. “Kekuatan tanpa kendali adalah kehancuran.”
Bayangan itu tertawa. “Lalu lihatlah... apakah kau bisa mengendalikan langit?”
Suara gemuruh memenuhi gua.
Energi dari kristal naga di dadanya melonjak, bergabung dengan pusaran Qi di Dantian.
Dalam satu ledakan besar, energi itu memadat — membentuk bola emas bercahaya, memancarkan aura naga ungu di tengahnya.
Tahap 10 – Inti Emas.
Gua bergetar hebat, dindingnya retak.
Batu-batu runtuh, tapi Yu Chen tetap duduk tenang, matanya perlahan terbuka.
Dari tubuhnya, aura baru menyebar — berat, stabil, namun bertenaga seperti badai yang disegel dalam samudra.
Ia berdiri perlahan, menatap langit yang terlihat dari celah gua.
Petir berkilat jauh di horizon, seolah langit mengakui kelahiran kekuatan baru.
“Mulai hari ini,” katanya pelan, “aku bukan lagi bayangan yang berlari. Aku adalah pedang yang mereka cari.”
Cahaya emas naga menari di sekitarnya, menandai kelahiran Yu Chen, kultivator Inti Emas.
(Lanjutan Tingkat Kultivasi)
Ranah III: Ranah Jiwa Baru Lahir
11 | Bayangan Jiwa
12 | Tubuh Jiwa
13 | Memahami Hukum
14 | Puncak Jiwa
15 | Transformasi Jiwa
________
Ranah IV: Ranah Kehampaan
16 | Void Kecil
17 | Menyentuh Ruang
18 | Mengubah Ruang
19 | Puncak Kehampaan
20 | Menghancurkan Kehampaan