Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Datang ke rumah sakit
Hasbi terkesiap tatkala melihat siapa yang datang. "Laras.. "
Ia tercekat. Menelan ludah.
Hera pun sama tercengangnya. Tatapannya yang semula pada wajah Laras, turun sampai ujung kaki.
Hasbi terpaku cukup lama. Perempuan yang sudah bersamanya hampir enam tahun itu terlihat semakin mempesona.
Hera tak menutupi rasa bencinya pada Laras, dia tak mau memberi ruang untuk Laras dan Hasbi bicara empat mata.
"Tolong jangan bahas perceraian saat ini, Laras. Aku beneran butuh waktu untuk berpikir,"
"Bang, kamu apa-apaan!" seru Hera, tak terima atas ucapan Hasbi.
Laras tersenyum tipis, dia melihat pada mantan suaminya yang terlihat kecapean, wajah Hasbi kusam, ada kantung di bawah mata. Perempuan itu menghela napas pelan sebelum berkata,..
"Udah selesai juga, nggak ada yang perlu dibahas, aku kesini karena ingin sampaikan saja jika dalam waktu dekat rumah akan di jual, hasilnya kita bagi dua."
"Apa maksud kamu?" kali ini Hera menoleh cepat kearah Laras.
Hasbi? Dia hanya mengernyit bingung.
Laras mengeluarkan akte cerai dari tasnya, menunjukkan bukti jika hubungan dia dan Hasbi benar-benar selesai.
"Hubungan kami selesai, aku hanya ingin mengambil hak ku. Ku harap secepatnya kalian pindah, jangan sampai ada drama pengusiran nantinya."
"Bagaimana kamu bisa dapat itu, sedang aku tak pernah setuju bercerai?" Hasbi berdiri, mendekat pada Laras yang berdiri di dekat Hera. "Ini ilegal!" desisnya penuh amarah. Tangannya meraih tangan Laras yang memegang akte cerai.
Tawa Laras berderai. "Kamu bisa tuntut aku kalau memang ilegal." tantang Laras.
"Laras, aku tahu aku salah, tapi hal yang kulakukan itu juga banyak dilakukan lelaki diluar sana, bagaimanapun juga selama ini aku nggak pernah nyakitin kamu, aku juga berusaha untuk tetap bahagiakan kamu semampuku,"
Bagi sebagian orang mungkin, menikah lagi adalah sebuah kewajaran, karena IsIam memperbolehkan laki-laki menikahi istri lebih dari satu. Akan tetapi bagi sebagian orang itu sama seperti kejahatan. Apalagi untuk mereka yang memiliki trauma. Seperti halnya Laras.
"Bang, kamu nggak perlu mengiba sama dia, justru bagus jika akhirnya kalian pisah." Hera berusaha menarik Hasbi menjauh dari Laras. Hasbi meronta, dan Hera juga tetap berusaha menarik Hasbi.
"Lepaskan!" Hasbi menghempaskan tangan Hera dengan kuat, sampai perempuan itu sedikit terhuyung. "Aku nggak bisa hidup tanpa Laras, kami sudah terbiasa bersama, bukankah sejak awal aku memang tidak berniat cerai darinya, kamu orang yang aku cintai, tapi Laras sudah seperti belahan jiwaku, aku nggak mau cerai sama Laras!" Hasbi mengungkap keinginannya.
Hera terhenyak. Terdiam di tempatnya berdiri sekarang. Ucapan Hasbi bak gelegar kilat di langit cerah, sungguh tak disangka. Hera mencengkram kuat kepalan tangannya. Menahan gejolak yang terasa ingin meledak. Ditambah dia melihat dengan matanya sendiri Hasbi merendahkan diri di hadapan Laras.
🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋
Laras yang baru pulang dari rumah sakit langsung pulang kerumah Mario.
Saat mobilnya memasuki gerbang, dia melihat mobil asing yang terparkir di tempat yang seharusnya untuk mobil yang dikemudikannya.
"Ada tamu?" gumamnya. Bertanya pada diri sendiri, karena setahu Laras, area parkir ini tidak diperuntukkan untuk tamu luar, kecuali keluarga.
Laras memarkirkan mobilnya tepat dibelakang mobil Rolls-Royce Phantom yang nilainya berkali lipat dari mobil yang dia kemudikan.
"Ada tamunya Ayah, Bi?" Laras lewat pintu samping, tembus ke area panahan.
"Yang datang keponakan Nyonya besar, Mba." sahut asisten rumah tangga Mario.
"O, Ayah kemana?" Apapun tentang istri ayahnya, Laras tidak mau tahu.
"Tadi Tuan besar keluar tak lama setelah Mba Laras pergi, lagian keponakan Nyonya sangat membenci Tuan, mereka tidak akur, jadi setiap kali berkunjung tunggu Tuan tidak ada dirumah dulu agar tak berakhir ribut."
"Eh?" Laras kaget mendengar cerita Bi Narti.
"Namanya Mas Ranveer, guanteng poll, tapi dingin banget, selama ini kalau datang cuma sebentar, cuek, tapi kelihatannya sayang banget sama Nyonya besar," tambah Bi Narti sambil mengikuti langkah Laras. Tiba-tiba Laras ragu untuk melanjutkan langkahnya, dia takut mengganggu istri ayahnya yang sedang ada tamu.
"Bi aku mau... "
"Laras!"