NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Pensiun Jadi Artis

Biarkan Aku Pensiun Jadi Artis

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Cinta pada Pandangan Pertama / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / TimeTravel / Careerlit
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: 🌻Shin Himawari 🌻

Subgenre: Wanita Kuat · Second Chance · Love Healing
Tagline pendek: Kisah tentang aktris yang hidup lagi — dan menemukan cinta manis dengan CEO muda, si sponsor utama dalam karirnya

Sinopsis:
Cassia adalah aktris A-class yang hidupnya terlihat sempurna — sampai semuanya runtuh di puncak kariernya.
Cinta yang disembunyikan, jadwal padat tanpa jeda, dan skandal yang merenggut segalanya.

Namun ketika takdir memberinya kesempatan untuk hidup lagi, Cassia hanya ingin satu hal: menjauhi orang-orang toxic di sekitarnya dan pensiun jadi artis.
Ia ingin menebus hidup yang dulu tak sempat ia nikmati — dengan caranya sendiri.

Tapi siapa sangka, hidup tenang yang ia impikan justru membuka pintu ke masa lalu yang belum sepenuhnya selesai… dan pada satu sosok CEO muda yang selalu mendukungnya selama ini dan diam-diam menunggu untuk menyembuhkannya.

💫 Ayo klik dan baca sekarang — ikuti Cassia mengubah takdirnya dan menemukan cinta yang benar-benar menenangk

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌻Shin Himawari 🌻, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20 - Cassia, Move On

“Kita harus bicara. Pilih mana, aku jemput di ballroom… atau aku tunggu di apartemenmu?"

Pesan itu masih di sana. Pesan singkat dari Felix, yang cukup untuk merobek tenangnya malam ini.

Malam hampir larut, seketika udara dingin langsung menyambut kulitnya ketika Cassia melangkah keluar dari ballroom. Ia langsung bergegas kembali menuju mobil.

Acara malam amal belum usai sebenarnya. Namun dengan alasan kelelahan, Cassia berhasil menolak semua ajakan untuk tinggal lebih lama di sana, termasuk dari Max.

Tidak hanya sekedar alasan saja sih, karena kenyataannya Cassia memang lumayan lelah setelah seharian tersenyum dan berpura-pura tenang di depan publik.

Alasan lainnya, ia tidak ingin Felix datang mengacaukan semuanya di Ballroom.

Setelah Cassia masuk ke dalam mobil, ia langsung bersandar, dan menatap hujan di luar jendela yang dihiasi pantulan lampu kota.

Cassia menghela napas, menatap pesan singkat itu lama — seolah huruf-hurufnya bisa membakar sisa tenangnya.

Kita harus bicara, katanya. Batin Cassia.

Dulu, kalimat itu bisa bikin jantungnya berdebar. Tapi sekarang? Yang Cassia rasakan cuma lelah.

Silvia, asisten pribadinya, duduk di kursi penumpang sebelah sopir. Ia melirik lewat kaca spion depan, menatap Cassia yang diam di kursi belakang.

Mobil hitam itu meluncur pelan meninggalkan gedung acara. Di dalamnya, hanya suara hujan yang terdengar di antara mereka.

Silvia duduk di depan, melirik kaca spion beberapa kali. “Kak Sia, mau langsung pulang? Aku beliin makan dulu, ya?” tanyanya hati-hati.

Silvia menggigit bibir, khawatir. Ia tahu Cassia belum makan sejak sore. Tapi dari wajah Cassia, kelihatannya bukan perutnya yang kosong — melainkan pikirannya yang penuh.

Cassia masih menatap layar ponsel yang kini gelap. “Nggak usah, Sil. Aku makan di rumah aja.” jawannya pelan masih memandang layar ponselnya.

Ck. Sampai kapan kamu mau terus menggangguku, Lix.

Ada apa sebenarnya dengan pria itu?

Cassia bertanya dalam hati, separuh penasaran, separuh jengah.

Pria itu dulu, saat Cassia masih dibutakan cinta, tak pernah memperlakukannya dengan semestinya. Bahkan yang waktunya saja terasa sulit diberikan untuk Cassia.

Dan kini, ketika Cassia sudah memilih menjauh, justru datang bersikeras mengharap kesempatan kedua, seolah segalanya bisa diperbaiki begitu saja.

Cassia menarik napas pelan memikirkan jawaban yang pantas. Lalu, seperti refleks, jarinya bergerak, membalas pesan.

To: Felix

“Kalau mau bicara, besok saja di kantor.”

Selesai.

Dingin, dan tegas.

Seperti dirinya sekarang —sejak ia memutuskan bahwa cukup sudah satu kali takdir membuatnya hancur karena pria itu.

Setelah itu, tak ada balasan dari Felix. Dan Cassia pun tak berniat menunggu.

Ia menatap keluar jendela, mengikuti riak cahaya lampu jalan yang menari di genangan air.

"Tidak mungkin Felix nekat datang, kan?" gumamnya pelan nadanya bercampur kekesalan.

Sudah pasti.

Felix bukan tipe pria yang impulsif. Ia terlalu berhitung, terlalu menjaga citra —dan di situlah masalahnya.

Cassia tersenyum getir, menyadari sesuatu yang dulu tak pernah ia lihat dengan jernih.

Dulu, dirinya terlalu dibutakan cinta untuk mengenali semua red flag yang Felix tunjukkan sejak awal.

Silvia, yang duduk di depan, mendengar gumaman kecil Cassia. Ia sempat melirik lewat kaca spion.

“Pak Felix lagi, ya?” suara Silvia pelan, nyaris seperti berbisik.

Cassia menoleh singkat, lalu tersenyum tipis. “Kamu denger aku ngomel barusan, ya?”

Silvia pura-pura sibuk merapikan tas di pangkuannya. “Hehe… dikit.”

Cassia melihat ke luar jendela lagi, lalu menjawab.

“Felix… dia bukan tipe yang berani melanggar batas yang dia buat sendiri. Tapi akhir-akhir ini, entah kenapa, dia jadi keras kepala sekali ingin menemuiku.”

Nada suaranya datar, tapi di balik kata-kata itu, ada getir yang tak berusaha Cassia sembunyikan.

Silvia hanya mendengarkan. Ia tahu Cassia jarang mau bicara soal perasaan. Silvia hanya menatap bayangan Cassia di kaca—sosok yang dari dulu ia kagumi sebagai aktris kuat dan tak tergoyahkan, kini sedikit menampilkan sisi jujur padanya.

Suara hujan semakin deras. Cassia masih menatap hujan sambil berpikir sesuatu.

“Kamu tahu, Sil…” suaranya nyaris tertelan derasnya hujan.

“Dulu, aku pikir hubungan itu cuma butuh cinta bertahan. Tapi ternyata, kalau ada orang yang bilang mencintaimu sambil tetap menyembunyikanmu dari dunia… itu bukan cinta, itu egois namanya.”

Silvia menoleh cepat. “Maksud Kak Sia… Felix nggak mau hubungan kalian terbuka waktu itu?"

Cassia tersenyum tipis.

“Felix selalu bilang kami tak bisa go public karena statusku. Katanya, aktris sepertiku harus jaga image dan citra yang baik sebagai public figure, untuk menghindari gosip yang tidak perlu.”

Demi penggemar lah, demi kontrak kerja lah, dan semua alasan omong kosong dari Felix, lanjut Cassia dalam hati.

Ia menghela napas pelan lalu melanjutkan,

“Padahal bukan itu. Kini aku sadar pria jahat itulah yang ingin hubungan kami dirahasiakan. Dan tak pernah melakukannya demi aku.”

Silvia menunduk. “Aku kira itu keputusan kalian berdua. Kalau ternyata cuma dari pak Felix sendiri...dia sungguh kejam.”

“Sekarang aku sadar, hubungan kami memang nggak pernah setara. Aku terlalu tulus ingin dipercaya, sementara dia terlalu sibuk menjaga dirinya sendiri.” Cassia mengatakannya lirih.

Ia menatap pantulan wajahnya di kaca jendela, senyum tipis terlukis di bibirnya.

“Padahal dulu, aku hanya ingin, sekali saja diperkenalkan dengan bangga di depan semua orang. Tapi ternyata, tidak semua orang berani mencintai dengan cara yang jujur. Termasuk Felix.”

Cassia tertawa kecil, lirih tapi lega. Akhirnya, ia bisa menertawakan dirinya sendiri. Mungkin begitulah rasanya berdamai dengan luka.

“Sekarang Kak Sia mau gimana?” tanya Silvia hati-hati.

Cassia menarik napas panjang. “Aku bakal dengerin dia besok. Bukan karena masih cinta, tapi biar semuanya selesai.”

Hujan di luar makin deras, menyamarkan pantulan wajah Cassia di jendela.

Seakan ada refleksi kenangan penuh luka lagi yang harus ia selesaikan malam itu juga. Namun kali ini, Cassia tidak lari dari bayangan itu.

Ia menarik napas panjang.

Sudah cukup. Cassia memutuskan.

Kalau Felix ingin bicara denganku, akan ku hadapi dan dengarkan.

Suara hujan deras membuatnya kembali sadar—kembali ke dirinya yang kini lebih kuat.

Karena, Cassia sudah sepenuhnya move on.

Tapi di luar sana, di bawah langit yang sama, seseorang sedang melajukan mobil dengan kecepatan yang tak biasa.

Dan Cassia belum tahu — sepertinya malam ini belum akan berakhir begitu tenang.

Karena, di tempat lain, di bawah langit hujan yang sama, Felix juga sedang memikirkan Cassia—meskipun dengan perasaan yang berbeda.

Felix yang sudah membaca balasan dingin dari Cassia, semakin hilang arah, melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas normal.

“Sial!” umpatnya, memukul keras setir mobil.

“Mana bisa menunggu besok? Kita harus menyelesaikan kesalahpahaman ini secepatnya, Cassia sayang.”

Felix berbicara sendiri, matanya bergetar karena kekalutan.

Ia tahu Cassia muak dengannya, tapi ia tak peduli. Felix akan tetap datang, meski tahu pintu itu akan tertutup lagi di depannya.

Felix menuju apartement Cassia.

Pria itu menekan pedal gas lebih dalam lagi, kini mobil itu melaju secepat mungkin di derasnya hujan yang menjatuhi kota ini.

 

Bersambung

...🌻🌻🌻...

🌻: Akhirnya anakku move on🥺

Yuk, yang belum move on dari pacar toxic ikutin jejak Cassia ajaa

Anyway, thanks for like and comment :)

1
Rahma Rain
nyebelin tapi suka kan🤭🤭
Rahma Rain
macem dalam keadaan formal ya Thor..
Wida_Ast Jcy
kekuatan cinta emang begitu
Wida_Ast Jcy
nah itu kamu tau. udah gitu pun kok kamu mau sich
mama Al
sebentar sebentar apa jangan-jangan ini Maura temannya cassia
ih nusuk juga
mama Al
lebay kamu Felix
Dewi Ink
kalo ini hempass aja cas
Dewi Ink
itulah namanya takdir. ada hal2 yg bisa kamu ubah ada juga yg mutlak tidak bisa diubah..
Dewi Ink
banyak terjadi hal seperti ini
sunflow
mulai kepikiran max kan..
sunflow
asek2 .. gass. bang max 😍😍
Anul (PPSRS)
tonjok lah, masa narik baju doang 🗿
Anul (PPSRS)
awas, tidak semudah itu... jangan sampe yang baru hanya jadi pelampiasan 🗿
@dadan_kusuma89
Owalah, ternyata Maura juga seorang pengkhianat.
@dadan_kusuma89
😁 Dia ngomong gitu cuma buat ngehibur kamu, Felix! Kenyataannya Cassia benar-benar mau menghindar darimu😄
@dadan_kusuma89
Coba hantamkan ke tembok ata ke lantai juga, Lix!
☠🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Wah bangke juga si maura, trnyata dia musang berbulu kelinci 😏
☠🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Banting guci2 dan perbot rumahmu sekalian lix jgn hnya pintu aj 😂😂😂
Muffin🧚🏻‍♀️
Waduhh gerak cepat sekali ini langsung dikokop. Takut hilang yaa bang max hihi
Melisa Satya
kalau pensiun apa masih bisa kerja yang lain
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!