Sepasang anak sekolah, yang tidak saling mengenal. Berteduh di gubuk reyot pinggir jalanan sepi, di tuduh berzina dan berujung di Nikahkan secara Paksa.
"Sebentar, ini salah Paham!!."
"Kami bahkan ngga saling kenal."
Namun sayangnya, suara mereka tidak di dengar. Mereka di arak menuju masjid, dan di Nikahkan di sana.
Apa yang akan terjadi, pada dua sejoli yang tidak saling kenal, tapi tiba tiba jadi suami istri?. Usia mereka masih belia dan masa depan mereka masih panjang.
Ikuti Kisahnya (^^)
Note : Berdasarkan imajinasi author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Punya Penggemar
"Al... tadi itu bahas apa sih?." Tanya Aurora.
"Lah, kamu ngga ngerti?." Kaget Alvian.
"Ngga, protitusi itu apa? polisi?." Tanya Aurora bingung.
"Pfttt hahahaah." Alvian tertawa bodoh, dia lupa Istrinya ini dari Desa.
"Prostitusi itu semacam wanita penghibur, atau wanita panggilan. Ya semacam itu lah, nah si Cindy itu jadi simpanan suami orang." Ujar Alvian.
"Serius? Maksudmu Prostitusi itu PSK?." Syok Aurora.
"Iya, dia pelacur nya om-om Kaya Raya." Ucap Alvian mengangguk.
"Berarti Ayah kamu___
"Ngga semuanya begitu, kalo sampe Ayah aku begitu udah pasti habis di tangan Ibu. Ibu itu dulu Atlet taekwondo terkenal." Ucap Alvian.
"Serius?!." Aurora tertarik.
"Iya, dulu waktu aku kecil aku sering ikut latihan." Ucap Alvian.
"Kenapa kamu ngga jadi Altet juga?." Tanya Aurora.
"Ngga deh, aku lebih tertarik jadi pengusaha." Ucap Alvian.
"Loh kan bisa jadi dua-duanya. Kalo aku jadi kamu, aku bakal jadi dua-duanya biar keren." Ucap Aurora.
"Hahahaha, aku cukup bisa bela diri aja. Ngga perlu jadi Atlet, karena persyaratan banyak, contohnya harus jaga image, harus ramah sama Fans. Duh males banget." Ucap Alvian.
"Oh gitu." Aurora manggut-manggut.
Setelah Cuci muka dan gosok gigi, mereka bersiap untuk tidur lebih awal. Karena mereka berencana mau jogging besok pagi, Aurora sudah tidak sabar, ingin melihat seperti apa stadion itu.
Pagi hari pukul 05.00 Aurora sudah membangunkan Alvian dengan semangat. Dia bahkan sudah mandi dan memakai pakaian terbaiknya untuk jogging.
Memakai celana santai panjang dan sweater crop berwarna abu-abu. Alvian hanya tersenyum geli, melihat betapa antusiasnya Aurora hanya untuk lari pagi.
Alvian masuk ke kamar mandi, dia jadi ikutan mandi karena melihat Aurora yang antusias. Alvian hanya memakai celana kolor pendek hitam dan kaos polos hitam, memakai sepatu sport santai dan terlihat sangat santai.
"Loh emang ngga dingin?." Celetuk Aurora.
"Lari kan berkeringat, justru gerah." Alvian terkekeh.
Mereka turun ke bawah, Mansion masih sepi jadi Alvian langsung berangkat saja. Alvian naik motor Vario hitam yang besar, Aurora terlihat melihat dengan penasaran.
"Kenapa?." Heran Alvian.
"Ini mirip sama motornya pak Lurah, ini mahal kan?." Ucap Aurora.
"Mau coba bawa?." Tawar Alvian.
"Ngga, aku nggabisa bawa motor." Cicit Aurora malu.
"Bisa bawa sepeda?." Tanya Alvian.
"Bisa, dulu pas kecil aku sering sepedaan." Aurora mengangguk.
"Nah sama aja, cuma bedanya kita tinggal narik gas bukan ngayuh pedal." Ucap Alvian.
Alvian mendur ke belakang, mempersilahkan Aurora Duduk di depan. Aurora yang semakin tinggi kakinya sudah bisa menapak lantai, tapi dia masih kaku dan takut sekali, ini pertama kalinya dia duduk di kursi kemudi motor.
"Kayaknya ngga bisa deh, aku takut nabrak." Aurora pucat pasi.
"Nggapapa, aku ikut pegang gas sama remnya, belajar pelan pelan sampe depan gerbang mansion, cukup jauh tuh sekitar 1kilo sambil muter air mancur." Ucap Alvian.
"Jangan di lepas ya?." Aurora panik.
"Siap, nyonya." Alvian terkekeh.
Aurora mulai menarik gas dan berusaha menyeimbangkan tubuh saat kakinya naik ke motor, awal awal tentu saja mereka nyaris jatuh. Alvian hanya tertawa ngakak, sedangkan Aurora merasa sangat malu hingga wajahnya memerah.
Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya Aurora berhasil mengendarai dengan tenang. Tangan Alvian yang di stang kemudi perlahan melepaskan, Aurora karena terlalu fokus tidak menyadari jika dirinya benar benar menyetir tanpa bantuan Alvian.
Alvian diam diam merogoh ponselnya di tas kecil selempang yang dirinya bawa, memotret dan memvideo Aurora. Dia tersenyum bangga melihat istrinya bisa melakukan banyak hal, setelah menikah dengannya.
"Eh, ini berhentinya gimana. LOH AL KENAPA DI LEPASIN STANG NYA." Aurora berteriak histeris.
"Tenang aja, rem dulu setelah berhenti baru turunin kaki." Ucap Alvian, masih fokus merekam.
Aurora berusaha tenang, mulai melepas gas dan mengerem perlahan. Setelah motor mulai berhenti dia menurunkan kakinya, berhasil dia berhasil menghentikan motor, dia tersenyum cerah berbalik menatap Alvian yang masih merekamnya.
"Eh kamu rekam?!." Aurora berbinar.
"Iya, kita liat nanti. Ayo berangkat ke stadion." Ucap Alvian, kembali mengambil alih kemudi.
"Ayo." Aurora nampak antusias.
Sampai di halaman parkir stadion, Aurora menahan nafas karena ternyata sangat banyak orang yang datang untuk lari pagi, bahkan sudah ada yang mulai lari di saat matahari Bahkan belum turun.
"Ra, Ayo." Ajak Alvian.
Alvian mampir ke kantin stadion, membeli air minum dan beberapa cemilan. Aurora hanya diam mengamati lalu mengikuti, dia selalu mencari tau dengan matanya yang tajam seperti kucing.
"Nah, sebelum lari minum sama makan cemilan dulu ya. Nanti pingsan, kita kan belum sarapan." Ucap Alvian.
"Bentar, nanti kalo sengkil gimana?." Ujar Aurora.
"Ya kita ngga langsung lari setelah makan, kan ada yang namanya pemanasan." Alvian terkekeh.
"Oke." Aurora mengangguk.
Keduanya mulai minum dan makan cemilan, setelah istirahat sekitar 10 menit mereka turun ke lintasan lari. Botol minum Alvian dan Aurora sudah di tenggak habis, mereka bisa beli baru lagi nanti.
"Nah, karena kita mau lari santai kita di lintasan pinggir aja. Soalnya lintasan paling dekat lapangan, biasanya buat Atlet lari Sprint." Ucap Alvian, memberitahu.
"Iya." Aurora merasa kikuk, karena banyak orang.
Setelah melakukan pemanasan singkat, keduanya mulai berlari dengan santai. Berdampingan dengan senyum merekah, Aurora tidak lagi merasa malu setelah berlari, meksipun banyak pasang mata yang menatap Alvian.
"Misi Kak, Kakak yang Viral di sosmed kan?." Cegat segerombolan anak muda, seumuran mereka.
"Viral?." Kaget Aurora.
"Iya yang jadi korban Cindy, iya kan? Kakak yang namanya Aurora?." Ujar mereka.
"Oh.. Iya." Aurora merasa gugup.
"Boleh minta foto ngga kak?! Ternyata Kakaknya cantik banget, imut lagi." Ucap mereka.
Aurora terkejut, merasa tersipu lalu mendongak menatap Alvian. Alvian hanya tersenyum lalu mengangguk, Aurora pun akhirnya merasa tenang.
"Tapi Cowo aku ikut ya." Ucap Aurora.
"BOLEH, BOLEH BANGET." Pekik mereka.
Mereka berfoto beberapa kali lalu lanjut lari, Aurora merasa hatinya menghangat. Meskipun kebanyakan anak-anak tadi perempuan dan melirik tertarik pada Alvian, Aurora tidak merasa cemburu. Karena mereka lebih memilih mendekat padanya dan meminta izin padanya bukan pada Alvian, merasa diharga membuat Aurora merasa senang.
"Cieee, terkenal." Ucap Alvian.
"Ih, apa? Ngga gitu ya, Al." Aurora salting dan malu.
Setelah lari beberapa putaran, Aurora mulai lelah. Aurora duduk di tepi, mengatur nafasnya sambil melihat orang-orang berlari.
Alvian pergi ke kantin untuk membeli minuman berenergi. Setelah kembali, keduanya duduk bersama lalu beristirahat. Setidaknya sudah cukup mereka mengeluarkan keringat, ini hal yang bagus.
"Al, udah panas. Setelah ini pulang ya." Ajak Aurora.
"Iya, Istirahat dulu aja." Ucap Alvian.
Saat mereka sedang beristirahat, seorang pria membawa kamera besar datang ke arah mereka. Aurora merasa kikuk jadi dia menunduk, Alvian sendiri terlihat cuek.
"Hai Kak, kalian serasi sekali. Saya sempat memotret saat kalian berlari, semoga kalian senang dengan fotonya." Ucap pria itu, menunjukan sebuah foto.
Aurora terkesima melihatnya, Alvian juga tersenyum senang. Ternyata ada dokumentasi saat mereka berlari untuk pertama kalinya.
"Saya bayar, Kak." Ucap Alvian.
"Ngga perlu Kak, cukup mantion studio potret kami saat kalian memposting foto ini." Ucapnya.
"Makasih banyak ya, ini pertama kalinya aku masuk stadion. Ini kenangan yang indah." Aurora merasa terharu.
"Wah saya turut senang." Ucapnya senang.
Setelah bercakap cakap dan mengirim file foto, Pria itu pun pergi. Aurora menatap foto itu dengan tersenyum bahagia, ini sangat membahagiakan untuknya.
Tanpa Aurora dan Alvian sadari, tadi pria itu diam-diam merekam moment percakapan mereka. Tatapan haru dan bahagia Aurora terekam dengan jelas, dan video itu di unggah di media sosial.
Banyak warganet yang ikut terharu melihat ekspresi Aurora, apalagi senyum tulus Alvian saat menatap Aurora. Fandom Shipper mulai muncul ke permukaan, kini hubungan Alvian dan Aurora di dukung oleh banyak orang.
"Atwo."
Adalah nama Fandom Alvian dan Aurora, yang berarti Dua A (Alvian dan Aurora). Aurora yang membaca artikel tentang dirinya di sosmed merasa senang, dia tidak menyangka akan terkenal sampai memiliki fans yang mendukungnya.
Saat Alvian dan Aurora sedang duduk di sofa ruang keluarga, Aurora terlihat tersenyum senang melihat ponselnya. Alvian hanya diam mengamati, merasa geli dengan Aurora yang terlihat senang sekali.
"Al lihat, mereka dukung kita." Ucap Aurora tersenyum polos.
"Iya ya, kamu seneng?." Alvian diam-diam merekam moment kebahagiaan Aurora.
"Iya, mereka ngga fitnah aku pelakor. Mereka juga kasih aku gitf lucu, katanya ini bisa dituker jadi uang." Ucap Aurora Antusias.
"Iya, lain kali nggausah Nerima kan uang aku banyak." Ucap Alvian.
"Ihh kenapa? mereka kan ngasihnya ikhlas." Ucap Aurora.
"Uang nya buat apa?." Alvian terkekeh, melihat lirikan sinis Aurora.
"Mau buat sedekah, kemarin aku liat banyak badut, tukang becak, pengamen sama pemulung di jalan. Mereka pasti seneng kalo kita kasih sembako." Ucap Aurora Antusias.
"Oh gitu, yaudah sini aku ajarin cara ambil uangnya." Ujar Alvian, tersenyum tulus.
Video itu di unggah di akun pribadi Alvian, semakin banyak orang yang menyukai Aurora. Semakin banyak pulang yang memberikan gift lewat komentar, karena Aurora tidak pernah Live.