Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan menawarkan sejuta pengobat lara dan ketenangan untuk Selena.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33.
Ruang rapat lantai empat rumah sakit Mentari Medika itu terasa lebih dingin dari biasanya. Para jajaran direksi dan pemegang saham utama sudah duduk dikursi masing-masing dengan raut wajah tegang bercampur gelisah.
Beberapa berkas sudah berserakan di atas meja, sebagian berisi kronologi kepergian dokter Erlan dari RS Sabda Husada hingga surat ultimatum dari dr. Antonius.
“Sudah hampir sebulan dia tidak memberi kabar, dan sekarang tiba-tiba muncul lagi?” suara dr. Raja Maheswara terdengar tegas dari ujung meja. Dirut RS Mentari Medika itu menatap para direksi satu persatu, menahan emosinya.
Di sisi lain meja, Cakra Maheswara- adik dari dr. Raja Maheswara duduk dengan tegap. Wakil CEO Maheswara Holdings Grup sekaligus pemegang saham terbesar rumah sakit itu menatap layar presentasi, jari-jemari besar nya mengetuk- ngetuk pelan ujung meja. Ia tidak banyak bicara, tapi aura tenangnya membuat semua yang hadir otomatis menunduk ketika tatapan tajamnya menyapu seisi ruangan.
“Kasus seperti ini seharusnya tidak terjadi,” salah seorang pemegang saham menyela, wajahnya memerah karena kesal. “Bagaimana kita bisa menjamin keamanan pasien kalau staf bisa seenaknya pergi?”
Cakra menunduk, menatap dokumen di depannya lalu menarik napas panjang sebelum akhirnya menoleh menatap ke arah Raja. “Tapi, kita harus tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi sebelum memutuskan langkah selanjutnya,” ucapnya pelan, tapi tegas.
Raja mencondongkan tubuhnya ke depan, tangannya mengepal di atas meja saat mendengar ucapan adik nya itu. “Kronologi sudah jelas. Apa pun alasannya, ini harus ditindaklanjuti. Kita tidak bisa menganggap remeh tanggung jawab seorang dokter, terutama di rumah sakit yang reputasinya bergantung pada kepercayaan pasien.”
Hening.
Cakra tak lagi menyahut, hanya terdengar suara AC berdengung pelan dan detak jarum jam di dinding.
Tak berselang lama, terdengar suara pintu ruang rapat yang diketuk dari luar.
Tok..
Tok..
Tok...
"Masuk!"
Ceklek!
Seorang perawat pria masuk kedalam ruang rapat sambil menundukkan kepalanya sekilas.
"Maaf mengangguk dok, tapi dibawah dokter Erlan sudah tiba". Kata perawat itu
"Suruh di naik". Titah Dokter Raja
"Baik dok". Perawat itu menganggukkan kepala lalu pamit undur diri. Kemudian, berbalik badan dan bergegas melangkahkan kakinya keluar.
Ruangan itu kembali sunyi, hanya terdengar suara bisik-bisik dari direksi. Tak lama kemudian, terdengar lagi suara ketukan pintu. Sontak, semua orang langsung mengalihkan atensi nya menatap kearah pintu, melihat siapa yang muncul.
Pintu terbuka perlahan dan mucullah sosok Erlan yang berdiri diambang pintu dengan tubuh yang sedikit menegang. Ia melangkahkan kakinya dengan berat masuk kedalam ruangan tersebut lalu menunduk menyapa para jajaran direksi juga dr. Raja.
"Selamat pagi dr. Raja.. Tuan-tuan". Sapa Erlan dengan suara yang berat dan tertahan.
Raja dengan cepat memotong sapaan Erlan seraya mengangkat tangannya memberi isyarat pada pria itu. "Duduk dr. Erlan". Titahnya dengan tegas
"Baik dok". Sahut Erlan mengangguk pelan. Namun, saat ia mengangkat wajahnya untuk menatap sekeliling, matanya tak sengaja bertemu dengan Cakra yang duduk di seberang meja.
Deg!
"Pria itu..." ucap Erlan dalam hatinya
Jantung Erlan seketika berdegup kencang, suaranya terasa tercekat ditenggorokan. Ingatan tentang pertemuan mereka pertama kali langsung muncul begitu jelas. Dia, Cakra pria yang menghajar nya membabi buta saat ia memaksa Selena untuk melayani nya diatas ranjang.
Seketika udara di ruang rapat itu mendadak terasa lebih berat dan menghimpit dadanya.
Sedangkan, Cakra menatap Erlan tanpa ekspresi apapun. Hanya ekspresi dingin dan datar seperti biasa ia tampilkan ditempat umum, tapi ada ketegangan yang jelas terpancar dari sorot mata tajamnya. Tidak perlu kata-kata, hanya pandangan itu saja sudah cukup membuat Erlan merasa bersalah dan terintimidasi.
"Kau tahu kenapa kau dipanggil ke sini, bukan?” tanya dr. Raja dengan suara yang terdengar dingin dan tajam
Erlan mengangguk, menelan ludah nya susah payah, mencoba untuk tetap tenang. “Ya dok, saya siap menerima keputusan apapun.”Jawabnya pasrah
Raja menatap Erlan sambil mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kau hampir satu bulan menghilang dari tanggung jawabmu di RS Sabda Husada, dokter Erlan. Dan akibat keteledoranmu, satu pasien tak terselamatkan. Keluarga pasien itu menuntut pertanggungjawaban rumah sakit, dan kau yang menjadi sorotan utama sekarang,” ucap Raja dengan nada dingin, tegas, dan penuh penekanan.
Erlan menunduk, menahan rasa bersalah yang mendesak ke permukaan. “Saya tahu, Dok. Saya benar-benar minta maaf.”
“Ini bukan sekadar soal permintaan maaf, dokter Erlan". Kata Raja“Ini soal profesionalisme dan integritas seorang dokter. Kau harus mengerti, kepercayaan pasien dan keluarga mereka adalah hal utama. Tidak ada alasan untuk menghilang begitu lama.”Sambung nya
Cakra yang duduk di seberang, tetap diam dan terus menatap Erlan dengan sorot mata tajam, menyimpan rasa penasaran dan sedikit kemarahan lama yang belum terucapkan.
“Dokter Erlan,” panggil salah satu direksi terdengar tegas yang duduk disebelah sisi kanan meja. “Konsekuensi dari ketidakhadiranmu dan kelalaian di RS Sabda Husada sangat serius. Keluarga pasien meminta pertanggungjawaban, dan ini berdampak langsung pada reputasi rumah sakit kita. Kami sebagai pemegang saham tidak bisa membiarkan hal ini terulang.”
"Saya paham, Pak". Sahut Erlan lirih
Raja kembali menatap Erlan dengan tatapan dingin. “Dokter Erlan, kau boleh kembali ke Mentari Medika, tapi dengan catatan. Setiap tindakanmu akan diawasi ketat. Jika ada kesalahan fatal lagi, konsekuensinya adalah pemecatan. Apakah kau mengerti?”
Erlan mengangguk pelan, kembali menelan ludah nya dengan susah payah“Saya mengerti, Dok”
Suasana mendadak hening sejenak, hingga seketika terdengar suara Cakra yang berdehem keras membuat semua orang sontak menolehkan atensi nya menatap ke arah Cakra.
Cakra menegakkan tubuhnya, menatap Erlan dengan tatapan dingin dan mengintimdasi.
"Dokter Erlan, jika kesalahan yang anda perbuat ini karena masalah pribadi, jangan berharap itu bisa menutupi kelalaian anda. Nyawa pasien bukan permainan, dan tanggung jawab bukan sesuatu yang bisa ditunda hanya karena hati anda sedang kacau." Ucap Cakra dengan nada yang tegas namun terdengar menyindir.
Erlan yang mendengar itu hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dibawah meja dan rahang yang mengeras. Kemudian, ia mengangguk.
"Baik Pak Cakra".
.
.
.
Jangan lupa dukungannya gengss!!! Like, vote dan komen... Terimakasih 🎀🌹
ngikut aja kemana arahnya karena si cakra belum terlalu mengejar dan memohon maaf atas masa lalu ngilang tanpa pamit belum terlalu berasa efforts cintanya banyak bepikir dan minum2 hadeh
penasaran aja ama ujungnya liat para pemerannya kalo alurnya jujur udah hadeh lama