NovelToon NovelToon
Aku Pergi...

Aku Pergi...

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Luna Maharani.

Nama yang sudah lama tidak ia dengar. Nama yang dulu sempat jadi alasan pertengkaran pertama mereka sebelum menikah. Mantan kekasih Bayu semasa kuliah — perempuan yang dulu katanya sudah “benar-benar dilupakan”.

Tangan Annisa gemetar. Ia tidak berniat membaca, tapi matanya terlalu cepat menangkap potongan pesan itu sebelum layar padam.

“Terima kasih udah sempat mampir kemarin. Rasanya seperti dulu lagi.”



Waktu berhenti. Suara jam dinding terasa begitu keras di telinganya.
“Mampir…?” gumamnya. Ia menatap pintu yang baru saja ditutup Bayu beberapa menit lalu. Napasnya menjadi pendek.

Ia ingin marah. Tapi lebih dari itu, ia merasa hampa. Seolah seluruh tenaganya tersedot habis hanya karena satu nama.

Luna.

Ia tahu nama itu tidak akan pernah benar-benar hilang dari hidup Bayu, tapi ia tidak menyangka akan kembali secepat ini.
Dan yang paling menyakitkan—Bayu tidak pernah bercerita.

Akankah Anisa sanggup bertahan dengan suami yang belum usai dengan masa lalu nya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20

Hari itupun tiba....

Anisa harus bangun pagi-pagi sekali dan bersiap untuk pergi ke kantor Millanoz yang jaraknya sangat jauh dari tempat tinggalnya. Bima hanya memberikan ongkos pas-pasan untuk taksi saja, tidak ada uang jajan.

Hari pertama magang di Millanoz Group menjadi hari yang menegangkan bagi Anisa dan Sarah.

Bangunan tinggi menjulang di jantung kota itu berdiri megah dengan dinding kaca berkilauan, mencerminkan cahaya mentari pagi yang menyilaukan. Bagi Anisa, ini bukan sekadar tempat magang, melainkan juga langkah awal untuk memperbaiki arah hidupnya setelah semua luka yang ia bawa.

Setelah briefing singkat di ruang rapat lantai dua belas, Clara, kepala HRD membagikan pembagian divisi magang.

"Sarah Anindita akan ditempatkan di bagian pemasaran,” ucapnya sambil menatap tablet di tangannya.

Sarah tersenyum lega dan menatap Anisa dengan semangat.

“Sedangkan… Anisa Putri, akan di ditempatkan di bagian staff marketing. saya tahu kalian mengambil jurusan sekretaris namun kalian harus memulai segala sesuatunya dari awal." ucap Clara dengan tatapan dingin kepada Anisa dan Sarah. di sana senioritas begitu terasa kental.

"Baiklah silakan kembali ke ruangan kalian masing-masing Dan saya harap kalian bisa bekerja dengan maksimal walaupun kalian hanya anak magang."ucap Clara kembali, namun saat pintu ruangan itu terbuka seorang pemuda tampan dengan setelan jasnya tampak berdiri dengan tegap, membuat Anisa dan Sarah berhenti sejenak, pandangannya berpindah pada Anisa,

“Siapa di antara kalian yang bernama Annisa Putri?." tanya Damian.

"S-saya pak."

"Saya Damian sekretaris pribadi sekaligus tangan kanan CEO kita. Kamu akan ditempatkan di bagian promosi produk—”

Namun kalimatnya terhenti saat layar ponselnya bergetar. Ia membaca pesan sebentar, lalu mengangkat wajahnya dengan ekspresi berubah serius.

“Maaf, ada perubahan mendadak,” katanya lagi. “Sesuai instruksi langsung dari CEO, posisi Anisa dipindahkan menjadi sekretaris pribadi Tuan Jovan Millanoz.”

Ruangan itu mendadak hening.

Beberapa pegawai magang dari kampus lain saling berpandangan, sementara dua staf senior yang duduk di belakang berbisik-bisik lirih.

“Sekretaris CEO? Baru masuk langsung diangkat jadi sekretaris pribadi?” bisik salah satu dari mereka sinis.

“Wah, pasti ada ‘bantuan dari dalam’ tuh,” sahut yang lain dengan nada mencibir.

"Apalagi kalau bukan the power of orang dalam." cibir salah satu mahasiswa magang dari kampus lain.

Anisa hanya menunduk, menahan rasa gugup dan canggung. Ia bahkan belum sempat duduk di meja kerjanya, kini namanya sudah disebut langsung oleh atasan tertinggi perusahaan.

"Apa gak salah pak?."

"ini instruksi langsung dari bos." ucap Damian sembari menaikan kacamatanya.

Sarah menggenggam tangan Anisa diam-diam, memberi semangat. “Tenang, Nis. Mungkin emang kamu cocok di sana, Semangat bestie..” bisiknya pelan.

Namun tidak semua orang bisa menerima keputusan itu dengan lapang dada.

Salah seorang pegawai wanita, Clara, yang sudah tiga tahun bekerja di bagian HRD tiba-tiba berdiri dari kursinya dengan wajah tidak puas.

“Dengan segala hormat, Pak Damian,” ucapnya agak keras. “Kami semua tahu posisi sekretaris CEO bukan posisi sembarangan. Biasanya butuh masa percobaan dan pengalaman yang panjang. Sekarang tiba-tiba seorang anak magang baru langsung ditunjuk jadi sekretaris pribadi Pak Jovan. Ini rasanya… tidak adil.”

Suasana di ruangan menjadi tegang.

Beberapa pegawai berhenti mengetik, menatap Damian yang kini berdiri tegak, wajahnya tetap tenang namun tajam.

“Kalau Ibu Clara merasa keberatan,” ucap Damian dingin, “silakan langsung menyampaikan protes itu kepada Pak Jovan sendiri. Karena keputusan ini datang dari beliau secara pribadi. saya hanyalah menjalankan perintah."

Clara langsung terdiam. tak berani lagi membantah jika itu memang sudah keputusan dari CEO langsung.

Nama Jovan Millanoz bukan nama yang bisa disebut sembarangan. CEO muda berusia 29 tahun itu dikenal cerdas, dingin, dan sangat tegas. Tak seorang pun di perusahaan berani membantah keputusannya, apalagi mempertanyakan alasannya.

Damian melanjutkan dengan nada tegas namun profesional, “Dan satu hal lagi, keputusan ini bukan untuk diperdebatkan. Kita di sini bekerja berdasarkan instruksi pimpinan, bukan asumsi pribadi.”

Setelah itu, suasana ruangan kembali hening.

Clara duduk kembali, wajahnya menegang, sedangkan Anisa hanya bisa menarik napas pelan, mencoba menenangkan diri. Ia sama sekali tidak tahu mengapa CEO perusahaan sebesar Millanoz Group tiba-tiba memilih dirinya untuk posisi sepenting itu. padahal ia sama sekali tidak bahkan belum pernah bertemu langsung dengannya.

Sore itu, ketika sebagian besar karyawan sudah mulai bersiap pulang, Damian mengetuk pintu ruang kerja Anisa yang baru saja ditempatkan sementara di lantai eksekutif.

“Besok pagi jam delapan, kamu langsung ke lantai paling atas. Pak Jovan ingin kamu mulai bekerja di sana besok pagi,” katanya singkat.

Anisa menatap Damian dengan bingung. “Tapi, saya… saya bahkan belum pernah bertemu beliau. Saya takut salah bicara atau....”

Damian tersenyum kecil, kali ini lebih lembut.

“Tenang saja. Kalau Pak Jovan sampai memilihmu, pasti ada alasannya. Dia bukan tipe orang yang asal tunjuk. Jalani saja sebaik mungkin. namun hanya kata-kata inilah yang bisa saya katakan untuk saat ini, saya sudah cukup lama bekerja di bawah naungan beliau. Saya harap kamu bisa bekerja dengan teliti dan jangan pernah lalai dalam mengerjakan sesuatu yang ia perintahkan, karena Pak Jovan sangat tidak bisa mentolerir sebuah kesalahan sekecil apapun itu, bahkan jika kamu hanya salah dalam pengejaan huruf saja beliau bisa memecat kamu saat itu juga. Dan satu hal yang paling penting ketika beliau berbicara Kamu jangan pernah memotong ucapannya, karena baginya memotong ucapannya berarti kamu tidak menghargainya. dan jangan pernah coba-coba untuk menarik perhatiannya. kamu harus tetap berpakaian sopan jangan seperti sekretaris sebelumnya yang menggunakan baju seksi untuk menarik perhatian beliau. jangankan untuk tertarik justru mereka di blacklist dalam beberapa perusahaan besar.”

"Apa??, di blacklist."

"Ya di blacklist dan mereka tidak akan pernah bisa bekerja di perusahaan lain, selama perusahaan itu bekerjasama dengan perusahaan Millanoz."

"Se-separah itu?."

"Jangan terlalu dipikirkan, saya yakin kamu bisa. Pak bos gak mungkin asal comot saja."

Anisa mengangguk perlahan. Namun jauh di dalam hatinya, ada pertanyaan besar yang berputar-putar tanpa jawaban,

"Kenapa aku?, apa kelebihan aku, apa yang bikin beliau memilih aku, bagaimana kalau hari pertama aku udah ngelakuin kesalahan dan dipecat, aku harus magang di mana lagi pasti sangat sulit untuk mencari tempat magang yang baru.

Kenapa dari sekian banyak karyawan dan peserta magang, dia memilih aku, Ya ampun Nisa ujian apa lagi yang akan lo hadapi esok hari. kenapa hidup lo selalu dipenuhi dengan ujian dan masalah. kapan lo bahagianya?." monolog Nisa.

1
Ma Em
Anisa kalau Luna berbuat macam macam pada Anisa lawan saja jgn mau dihina atau diinjak injak harga diri Anisa , Anisa bkn babu tapi istri sah daripada Luna cuma selingkuhan , Anisa berhak usir Luna dari apartemen yg Anisa tinggali dan kalau Bima marah lawan jgn diam saja .
Ma Em
Cepatlah enam bulan berlalu agar Anisa bisa secepatnya meninggalkan Bima , semoga Anisa berjodoh dgn Jovan .
Ma Em
Anisa semangat dan sabar semoga enam bulan cepat berlalu lalu tinggalkan Bima seumpama Bima berubah jadi jatuh cinta sama Anisa jgn mau terima biarkan Bima dgn Luna , semoga Anisa bisa berjodoh dgn Jovan dan berbahagia .
Ma Em
Thor banyak typo harusnya disita negara bkn disiksa negara 🙏🙏
Call Me Nunna_Re: nanti di revisi ya kak🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!