Menjadi anak yatim piatu tidaklah mudah bagi seorang perempuan bernama Khasanah .
Sejak kedua orang tuanya meninggal ia hidup seorang diri di rumah peninggalan kedua orang tuanya ,
Bagaimana ia menjalani kehidupan sehari-hari seorang diri ? apakah akan ada seorang membawanya dalam kehidupan yang lebih baik ?
Ikuti kisahnya dan dukung karya Author 👉 like 👉 komentar 👉 subscribe 👉 hadiah 👉 vote.
Harap membaca dengan bijak dan sampai selesai agar tahu endingnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Di warung paling ujung khasanah dan Yusuf menikmati makan dengan santai . Sedari tadi keduanya belum ada yang memulai percakapan .
Sampai makanannya habis masih dalam diam . Khasanah merasa tidak nyaman karena Yusuf selalu memperhatikannya .
"Jadi kamu mau bicara apa ?" tanya Khasanah memulai percakapan.
" Oh iya sampai lupa maaf , " Yusuf dengan malu sambil mengelap bibirnya dengan tisu .
"Maaf jika aku lancang tapi tolong jawab dengan jujur , apakah kamu sudah punya pacar atau sudah menikah ?" tanya Yusuf dengan takut kalau pertanyannya menyinggung perasaan Khasanah .
Khasanah sudah menebak Yusuf pasti akan bertanya masalah ini . Ia juga tidak mau memberi harapan dan mengecewakan Yusuf .
Sebenarnya Khasanah tidak ingin memberitahu saat ini kalau dirinya sudah dilamar oleh Abdi tapi karena Yusuf ingin tahu jawabannya ia tidak mau menyembunyikannya agar tidak terjadi salah paham .
"Sebenarnya aku sudah punya kekasih dan kami akan segera menikah dalam waktu dekat ," jawab Khasanah dengan jujur .
Yusuf mencoba untuk tidak percaya tapi suara khasanah terdengar sangat jelas di telinganya hal itu membuatnya sangat kecewa dan sakit hati . Ia teringat perkataan Abdi beberapa waktu lalu dan ternyata benar kalau dirinya adalah calon suami khasanah dan sekarang dia sudah mendengar sendiri dari bibir Khasanah .
Yusuf tersenyum getir menatap wajah Khasanah yang nampak tenang dan tersenyum padanya . Seolah meyakinkan kalau dirinya telah bahagia bersama orang lain yang tentunya pilihan hidupnya .
Yusuf tidak tahu kalau lamaran itu adalah sebuah kesepakatan antara Khasanah dan tantenya Listya dan Abraham suaminya . Jika tahu pasti dia akan melarangnya dan merebut Khasanah dari Abdi .
"Apa aku boleh tahu siapa pria yang sudah berhasil memiliki mu ?" tanya Yusuf dengan suara lirih menahan airmata .
”Apa itu penting bagimu ? " Khasanah justru bertanya balik .
" Penting , sangat penting aku ingin memastikan kalau calon suamimu adalah pria baik dan bertanggung jawab juga tidak kasar sama kamu ," jawab Yusuf menatap wajah Khasanah lekat .
Khasanah menarik napas dalam lalu menghembuskan dengan pelan .
”Dia Abdi berasal dari keluarga baik-baik , " jawab Khasanah apa adanya .
Ia teringat pertama kali waktu acara lamaran dan waktu ia datang ke rumah Abdi pertama kalinya di sambut hangat oleh keluarganya .
Yusuf senyum sinis mendengar nama Abdi , ingin rasanya mengungkap siapa Abdi tapi bukan ranahnya . Ternyata benar Abdi orangnya dan itu berarti tidak ada tempat di hati Khasanah .
”Jika kamu berubah pikiran kamu bisa cerita sama aku siapa tahu aku bisa membantumu , apapun keputusanmu semoga itu yang terbaik untukmu asal kamu bahagia , " ucap Yusuf merasakan dadanya semakin sesak .
Khasanah merasa aneh dengan sikap Yusuf seolah ada yang disembunyikan namun ia tidak akan memaksa diri bertanya lebih jauh karena saat ini ia sudah memantabkan hatinya menerima Abdi apa adanya .
"Baiklah kalau begitu aku akan mengantarmu sampai rumah ," Yusuf beranjak dari tempat duduk berjalan menuju mobilnya sedangkan Khasanah dengan sepeda motornya .
"Apa tidak merepotkan mu ? ' Khasanah merasa tidak enak hati sambil menyalakan motornya .
"Aku ingin memastikan kamu aman dan selamat sampai di rumah ," jawab Yusuf tersenyum paksa .
" Terimakasih, " sahut Khasanah kemudian keduanya mengemudi kendaraan masing-masing dengan Khasanah lebih dulu sedangkan Yusuf mengikuti dari belakang .
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengikuti mereka siapa lagi kalau bukan Abdi . Ia ingin menjemput Khasanah tapi ternyata sedang bersama Yusuf . Ia pun hanya memperhatikan dari jarak jauh dengan menahan cemburu .
Mereka sampai di depan rumah Khasanah sedangkan Abdi berada tidak jauh dari keduanya .
Khasanah memarkirkan motornya lalu turun sambil melepas helm dan membawanya berjalan masuk ke dalam rumah .
Yusuf tidak turun dari mobil , ia hanya tersenyum sambil melambaikan tangan kepada Khasanah lalu melanjutkan perjalanan menuju rumah dengan perasaan kecewa namun juga lega karena Khasanah selamat sampai di rumah .
Abdi turun dari mobil berjalan menuju rumah Khasanah dan mengetuk pintu . Khasanah akan masuk kamar tidak jadi dan kembali ke ruang utama membuka pintu .
Khasanah terkejut melihat Abdi berdiri di depan pintu jantungnya berdegup cepat matanya menatap wajah Abdi yang sedang menahan cemburu .
Abdi ingin mencium bibir Khasanah namun ia tahan , karena sadar bukan mahram tapi ia tidak bisa menahan gejolak api cemburu dalam dirinya .
"Aku tadi mau menjemputmu tapi toko sudah tutup lalu aku kemari memastikan kalau kamu sudah pulang dan ternyata benar, " ucap Abdi sambil menarik napas panjang sejenak memejamkan mata menetralisir degup jantungnya .
Khasanah merasa bersalah dengan Abdi ia membiarkan pintu terbuka dan mempersilahkan Abdi masuk .
Abdi duduk dengan nyaman sambil menyandarkan punggungnya wajahnya menengadah melihat langit-langit atap rumah Khasanah .
Khasanah membuatkan minuman dan camilan untuk Abdi dan meletakkan di meja ruang tamu .
”Kenapa kamu bikin minuman segala , kenapa tidak ajak makan sekalian , " canda Abdi dengan senyum jahil .
Khasanah tertawa kecil mendengar ocehan Abdi .
"Masa dianggurin kan kasihan ," sahut Khasanah mengalihkan pandanganya .
Keduanya berbicara ringan sampai tidak menyadari kalau Bu Hesti datang dan berdiri di depan pintu sambil tersenyum bahagia melihat Khasanah akrab dengan calon suaminya .
"Ehem ," suara Bu Hesti menyadarkan keduanya lalu menoleh .
"Silahkan masuk , Bu Hesti ," Khasanah beranjak dari tempat duduk mengulurkan tangannya mencium tangan Bu Hesti dan mempersilahkan masuk dan duduk disebelahnya .
"Ini ada sedikit lauk buat kamu makan , " Bu Hesti memberikan tempat berisi lauk kepada Khasanah .
"Terimakasih, Bu Hesti . Kenapa selalu buatin aku lauk . Aku bisa bikin sendiri takutnya Bu Hesti kecapekan memasak banyak ," ucap Khasanah tak enak hati .
" Sudahlah tidak usah dipikirin , kamu pasti capek bekerja tidak ada yang masakin jadi biarkan ibu yang memasak buat kamu juga , " kata-kata Bu Hesti membuat Khasanah teringat kedua orangtuanya .
Khasanah memeluk Bu Hesti sambil meneteskan airmata karena terharu . Abdi melihat ketulusan Bu Hesti ikut terharu . Ia merasa bersyukur masih ada orang sebaik Bu Hesti yang mau menolong Khasanah dengan tulus .
"Bu Hesti , apa pekerjaan ibu ? ' tanya Abdi tiba-tiba ingin tahu tentang Bu Hesti .
"Ibu tidak bekerja dulu ibu adalah seorang guru tapi karena ada masalah jadi ibu dikeluarkan dari sekolah yah namanya juga kena musibah Alhamdulillah tidak sampai ke kantor polisi ," jelas Bu Hesti mengenang masa lalunya .
"Sudahlah Bu , tidak usah diingat jika membuat ibu sedih yang lalu biarlah berlalu kita jalani kehidupan sekarang ," kata Khasanah mengalihkan topik pembicaraan .
"Maaf bukan maksud saya mengingatkan masa lalu ibu , saya cuma ingin tahu pekerjaan ibu , itu saja. Maafkan saya ," Abdi merasa bersalah dengan pertanyaannya yang ia lontarkan .
"Tidak apa-apa, ibu paham ," sahut Bu Hesti dengan tersenyum .